18. Seperti Pertama Kali

36 12 0
                                    

Seperti kisah Adam dan Hawa yang dipertemukan kembali di Jabal Rahmah, Padang Arafah.

Luqman pun merasa begitu. Ini seperti pertemuan Adam dan Hawa.

Rasa cinta yang begitu menyiksanya, yang ia paksa untuk tidak tumbuh, hari ini tanpa siraman air hujan bahkan dengan panas yang begitu memanggang, cinta itu tumbuh dengan sendirinya.

Ruang cinta di hatinya diisi penuh oleh cinta kepada Aisyah, sudah tidak ada ruang untuk cinta kepada Kaomi ketika itu. Meskipun hanya hitungan detik tetapi begitulah cinta.

"Mas, lihat siapa yang datang ke Yogya?," tanya Husen kepada mas Wahyu.

"Luqman? Iya Luqman bukan?"

"Iya benar Mas Wahyu. Ini saya, sehat Mas?"

"Alhamdulillah sehat. Kapan sampai?"

"Tadi pagi mas. Bi Ayu sehat?"

"Alhamdulillah ... Bagaimana keluarga di Bandung Man?"

"Alhamdulillah keluarga di Bandung sehat Bi,"

Luqman melirik kepada Aisyah yang masih menunduk di samping bibinya.

"Assalamualaikum Aisyah,"

"Waalaikumussalam,"

"Yasudah ayo masuk. Bapak sudah shalat Sen?" tanya mas Wahyu.

"Tadi sudah Husen bantu ambilkan air wudhu mas,"

"Oh iya alhamdulillah kalau begitu. Hati-hati Aisyah," kata mas Wahyu kepada Aisyah.

Bi Ayu sangat perhatian kepada Aisyah, tangannya tak bisa lepas dari lengan Aisyah yang sedang mengandung itu.

***

Sudah jam sepuluh malam. Sejak isya tadi Luqman menghabiskan waktunya bersama pak kiai dan Husen. Aisyah sudah kembali bersama bibi dan pamannya.

Ini malam pertama Luqman menginap di pondok. Dan Husen dengan senang hati menawarkan kamarnya untuk menjadi tempat penginapan Luqman.

Luqman baru mengecek handphonenya dan dilihatnya ada dua belas panggilan tak terjawab dan beberapa pesan masuk di whatsaapnya dari Kaomi.

Tetapi yang Luqman lakukan adalah segera mematikan handphonenya. Ia tidak ingin terbawa suasana di Bandung. Ia begitu bahagia disini. Ia bisa mengenang banyak hal indah di pondok.

Pikirannya terus beradu, dan Luqman pernah mengalami hal ini ketika hari-hari pertama pernikahannya. Betapa sesak dadanya, betapa sakit kepalanya ketika mendapati Kaomi, seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenal ternyata menjadi isterinya.

Dipertemukannya kembali dirinya dengan Aisyah membuat Luqman berpikir bahwa ini adalah jalan dari Allah kalau Aisyah adalah memang jodoh yang sebenarnya.

Pernikahannya dengan Kaomi, baginya wanita itu membuat waktunya habis untuk berusaha untuk mencintainya. Sehingga Luqman menjadi sulit untuk menambah hafalan al-qur'annya.

Kepalanya menjadi semakin pusing. Luqman pun bangun dari tidurnya dan berusaha mengurangi kepusingannya dengan memijit kulit yang berada diantara kedua matanya.

***

Kaomi terkejut karena kedatangan ummi Ruyya di jam setengah enam pagi.

"Assalamualaikum,"

"Ummi? Waalaikumusaalam. Ummi pagi-pagi sekali, ada apa Ummi?"

"Ummi baru bisa kesini hari ini, kemarin ummi masih ada jadwal halqoh. Luqman kemana? Belum ke kampus, kan? Kapan Luqman check up?,"

"Masuk dulu yuk mi. Ummi bawa apa ini?"

"Ummi buatkan bubur. Kaomi harus coba, karena ini bubur kesukaan Luqman,"

Kepadamu Penggenap Imanku [2016] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang