10. Patah Hati

39 13 0
                                    

Wajah lesu Luqman sudah terlihat oleh Kaomi sejak subuh tadi. Entah hal apa yang membuat suaminya lesu begitu. Padahal di dalam hatinya, Kaomi sudah merasa bahagia atas sikap suaminya yang sedikit memiliki kemajuan itu, bahkan Kaomi tak menyangka kalau kemarin Luqman akan memeluknya.

Tapi pagi ini, terpaksa Kaomi harus menerima sikap seperti itu lagi dari suaminya. Kaomi tak banyak bicara, karena ditakutkan jika Luqman kesal, detak jantungnya menjadi tak terkendali sehingga menyebabkan penyakitnya kambuh.

Luqman masih duduk di kursi sambil memijat keningnya, biasanya setelah pulang dari masjid, Luqman akan menghabiskan waktunya sampai pergi ke kampus untuk menambah hafalannya tetapi pagi ini, ia terlihat pusing dan matanya merah karena kurang tidur.

Kaomi hanya menyuguhkan susu putih hangat dan sekaleng kue. Setelah itu bergegas keluar karena ada yang datang ke rumahnya.

"Selamat pagi bu,"

"Iya pak selamat pagi. Ada perlu apa ya?"

"Ada kiriman express untuk Bapak Luqman,"

"Ohiya," Kaomi menanda-tangani selembar kertas, "Terimakasih ya Pak,"

"Kembali,"

Kaomi menatap amplop itu dan tidak berani membukanya. Hanya melihat asal amplop itu yang ternyata dari Yogyakarta.

"Ada kiriman untuk Kak Luqman, dari Yogyakarta,"

Luqman mengangkat kepalanya dan melihat amplop itu lalu membukanya. Meskipun sudah tahu apa isi dari amplop itu dan meskipun sudah terasa patah hatinya, Luqman tetap ingin melihat undangan itu.

***

Walimatul 'ursy

Aisyah Khairunissa

&

Abi Anwar Rabani

***

Bagaimana tidak bertambah patah hati itu. Bahkan yang Luqman rasakan sekarang, bukan hanya patah hatinya, tetapi juga remuk.

"Saya pergi ke kampus dulu. Bajunya sudah disiapkan?"

"Sudah Kak,"

Luqman meletakkan undangan itu di atas meja, terlihatlah undangan itu oleh Kaomi.

Melihat namanya. Ia masih ingat betul nama wanita yang dicintai suaminya, yaitu Aisyah.

Dan sekarang Kaomi tahu, apa penyebab dari sikap suaminya pagi ini, pastilah hati suaminya itu sangat patah melihat wanita yang sangat dicintainya akan menikah dengan lelaki lain.

Tetapi tahukah, ada yang lebih patah hati disini. Kaomi. Seseorang yang seharusnya membuat hatinya berbunga-bunga malah membuat remuk hatinya, seremuk-remuknya.

Luqman pergi dengan membawa kelesuannya.

Tetapi Kaomi juga diam dengan patah hatinya. Semakin waktu bertambah, rasa sakit hatinya pun semakin bertambah akan sikap suaminya yang belum juga bisa mencintainya.

Tak apa walaupun tak sepenuh hati, setidaknya sedikit demi sedikit secara perlahan lama-lama akan sepenuh hati juga.

Tetapi tidak dengan suaminya. Ia tetap tak mencinta meski usaha telah nampak di depan mata.

***

Hari ini Kaomi pergi ke rumah ibunya. Bukan untuk mengadu, hanya ingin menenangkan hati dan pikiran sekaligus ingin menuang rindu.

Dan ternyata ada hikmahnya juga Kaomi pergi ke rumah ibunya. Ternyata ibunya sedang sakit.

"Ibu kenapa tidak telpon Kaomi kalau ibu sakit?,"

Kepadamu Penggenap Imanku [2016] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang