Pesta walimah Luqman dan Kaomi selesai pada pukul sebelas siang. Luqman segera bersiap menuju ke masjid untuk shalat berjamaah sedangkan Kaomi menunggu di rumah mertuanya yang disana masih ada ibunya juga.
Sore ini juga Luqman dan Kaomi akan menempati rumah baru mereka yang letaknya agak jauh dari tempat tinggal mereka masing-masing. Mengingat tempat mengajar Luqman yang baru, akhirnya Luqman membeli rumah yang cukup dekat dengan kampusnya.
Ada rasa khawatir sebenarnya ketika Kaomi harus meninggalkan Ibunya. Tetapi Ibu Kaomi tetap meyakinkan Kaomi bahwa dirinya akan baik-baik saja meskipun Kaomi tidak lagi tinggal bersamanya.
"Kaomi disana fokus saja menjalankan kewajiban Kaomi sebagai isteri, Insya Allah Ibu bisa jaga diri baik-baik,"
"Ibu juga kalau ada apa-apa segera hubungi Kaomi ya,"
"Tentu saja. Lagi pula siapa lagi yang harus Ibu hubungi selain Kaomi?"
Ummi Ruyya yang baru saja dari dapur menghampiri Kaomi dan ibunya sambil berdehem.
"Sekarang kan sudah ada saya, Ibu Tia. Saya juga siap kok dihubungi dua puluh empat jam,"
"Ummi," Kaomi terharu.
"Tuh kan, Ummi Ruyya saja siap untuk Ummi. Kaomi tidak usah terlalu khawatir,"
"Mamanya Kaomi biar Ummi yang jaga. Nah Luqmannya Ummi, Ummi minta supaya Kaomi yang jaga,"
"Insya Allah, Ummi. Kaomi akan menjaga Kak Luqman,"
"Yasudah kalau begitu, kita siap-siap shalat dzuhur yuk,"
Kaomi bersama Ibu dan mertuanya pun melaksanakan shalat dzuhur berjamaah di rumah.
***
Tidak banyak barang yang dibawa pindah oleh Kaomi maupun Luqman, mereka hanya membawa pakaian dan barang-barang kecil yang sekiranya sangat penting.
Perabotan seperti kursi, kasur, alat dapur dan semacamnya sudah Luqman siapkan dari jauh-jauh hari sebelum acara pengkhitbahan.
Mereka hanya tinggal merapikan sedikit dan itupun dengan mengandalkan tukang yang sudah dipanggil.
Sehingga sebelum magrib pun rumah mereka sudah bersih. Luqman pun segera bersiap-siap ke masjid. Sedangkan Kaomi masih harus memasukkan pakaiannya ke dalam lemari.
"Saya akan pulang setelah isya, jadi dikunci saja pintunya,"
"Oiya Kak. Nanti setelah pulang dari masjid kita makan malam ya, Kaomi lihat di kulkas sudah banyak bahan masakan,"
"Tidak usah. Biar saya beli makanan nanti sepulang dari masjid," Luqman memasang pecinya sambil bercermin, "Kamu juga pasti capek karena daritadi beres-beres rumah. Saya pergi dulu ya,"
"Iya Kak,"
Kaomi pergi mengantar Luqman sampai ke depan pintu. Rasa bahagia sudah muncul di dalam hatinya, perhatian yang diberikan oleh suaminya tadi sudah membuat jantungnya berdebar-debar.
Tetapi Kaomi juga merasakan kejanggalan ketika suaminya itu masih bermuka datar dan berbicara formal, sesekali ia berpikir mungkin suaminya itu masih canggung terhadapnya, dan hal itu akan Kaomi bicarakan setelah makan malam nanti.
Ia akan membahas visi misi keluarga barunya dan membahas tentang panggilan kesayangan. Ia sudah tidak sabar ingin mengajukan keinginannya, bahwa ia ingin sekali dipanggil ummi oleh suaminya, dan itu merupakan keinginannya sejak kuliah semester satu.
***
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Luqman masih merenung di dalam masjid, rasanya ia ingin tinggal di masjid saja. Tetapi ia juga merasa iba ketika ingatannya teringat pada Kaomi yang pasti sedang khawatir menunggu kepulangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepadamu Penggenap Imanku [2016]
SpiritualitéDiunggah pertama kali pada tahun 2016 Mencapai satu juta viewers pada masanya Luqman Nurhandiman, seorang pria shalih yang diuji dengan permintaan Ibunya. Menikah dengan Kaomi, wanita hijrahan yang sama sekali bukan tipenya. Terlebih lagi kepulangan...