Chapter 03

2.6K 225 23
                                    

*****

Sudah hampir dua minggu sejak hari pernikahan dan hadiah terus berdatangan tiap harinya. Kebanyakkan berasal dari Hyorin dan Seulgi yang entah bagaimana sepasang ibu dan anak itu tahu persis apa yang Sehun inginkan.

Seperti blackcard, sepatu, tas, pakaian dari LV dan Dior, berbagai macam perhiasan Cartier, Bvlgari, Rolex, serta mobil Audi dan Maserati.

Sehun menyukainya. Tentu saja, siapa yang tak suka hadiah seperti itu? Hanya saja beberapa hadiah lain terkadang sukses membuatnya ingin menangis.

Belum lagi dengan ibunya yang beberapa kali mengunjunginya, memberi kuliah tentang kiat-kiat menjadi istri yang baik, mengajarinya memasak, bahkan mengajarinya cara berdandan.

Sehun tahu betul niat ibunya, dia sangat berharap pernikahan mereka bertahan hingga maut memisahkan. Ibunya sangat berharap mereka menjadi pasangan yang bahagia. Harapan kosong itu membuat Sehun hanya bisa meringis dalam hati.
.
.
.

*****

Bersantai di home teather dengan ditemani beberapa camilan dan juga wine. Matanya yang fokus pada film cars di depan sana berbading terbalik dengan pikirannya yang melayang entah kemana.

Mabuk?

Tidak. Sehun masih sangat sadar untuk dikatakan mabuk. Dan lagi, dia tipe yang kuat minum. Pernikahan nampaknya tidak semengganggu perkiraannya. Tak ada yang menarik usai pernikahan terjadi, kerjaannya hanya seputar makan-tidur-mandi-melamun sampai stress sendiri.

Menyedihkan, dia terjebak dalam siklus pengangguran sedangkan Kai tetap bekerja di luar sana. Meski sudah menjadi pasangan menikah, Sehun bisa menghitung dengan jari berapa kali ia bertemu dengan Kai. Dia cukup senang sebenarnya, namun yang mengganggu ialah..

Kai mengabaikannya!

Tidak.

Ini tidak seperti ia tengah minta perhatian atau semacamnya. Hanya saja ini terasa membingungkan, Kai seakan menghindarinya di samping fakta waktu ketika mereka bersama sangatlah sedikit.

Kai selalu menghabiskan waktu seharian di kantor dan pulang ketika ia sudah tidur. Di paginya pun, Sehun juga tak mendapati Kai di sampingnya ketika ia bangun. Sedikit aneh, pasalnya ibu Kai pernah bilang jika Kai tipe yang sulit bangun pagi.

Mereka hanya akan duduk bersama di meja makan sebentar dan melakukan percakapan singkat yang tak berarti apa-apa. Itupun kalau Kai tidak berangkat lebih awal ke kantor.

Sehun tidak mengerti. Kai meminta pernikahan ini untuk memenangkannya. Lalu apa? Kenapa Kai tidak mengejek dan menghinanya hingga sekarang? Bukankah itu yang harusnya dia lakukan? Dia bahkan tidak repot-repot melirik Sehun.

Suara pintu yang dibuka mengambil kesadaran Sehun kembali. Dia segera pura-pura tidur jikalau itu ibunya yang berkunjung. Dia mungkin memaksanya berdandan menyambut kepulangan Kai.

Tidak, tidak, dan tidak!

Tap

Tap

Tap

Langkahnya terdengar tegas, bukan tipikal langkah ibunya. Sehun menunggu dengan gugup sampai dirasa sosok itu semakin mendekat padanya.

Aroma cologne yang memabukkan menyapa indra penciuman, Sehun bisa langsung menebak ini aroma yang sama dengan yang Kai tinggalkan di bantalnya.

"...."

!?

Itu artinya Kai? Sehun seketika meremang ketika merasakan napas Kai di lehernya. Dia tidak bisa membayangkan sedekat apa mereka sekarang. 

My Rival Is Crazy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang