by Sera
locals au; with seungmin as aksara, hyunjin as alvaro
///
alvaro selalu suka bertindak sembunyi-sembunyi. salah satunya, saat ia mengangumi seseorang.
namanya aksara. pemuda dengan tahi lalat di pipi kiri yang selalu alvaro lihat di lapangan indoor setiap pulang sekolah. yang senyumnya merekah acap kali bola oranye yang dilempar masuk ke dalam ring dengan mulusnya. yang tawanya menggema waktu tembakannya meleset dan berakhir mengenai rekan setimnya. yang dirinya kagumi, meski dalam diam dan hanya menatap dari kejauhan.
aksara tidak pernah absen tertangkap oleh kamera alvaro. ia bahkan membuat satu folder yang berisi foto candid aksara, tersimpan apik di komputernya. ada satu yang sengaja ia cetak untuk ditaruh di dalam dompet (alvaro tidak pernah membawa dompet bersamanya, jadi ia tak takut akan konsekuensi ketahuan oleh yang bersangkutan.) alvaro sadar perbuatannya sama seperti penguntit, tapi sungguh, ia tidak bermaksud apa-apa kecuali hanya karena ia menyukai aksara.
hari ini pun sama. alvaro berdiri di tribun paling atas, sengaja supaya eksistensinya tak disadari oleh dua orang di tengah lapangan sana. ada aksara, dan seorang kakak kelas yang ia ketahui namanya ialah bara. mereka sibuk berlarian merebut bola oranye dari tangan satu sama lain, mengabaikan kamera yang sedari tadi memotretnya. bunyi bola yang memantul di atas lantai memenuhi lapangan, berirama abstrak sama seperti tempo detak jantung alvaro. ia menggigit bibir, sekali lagi ulas senyum puas saat melihat hasil jepretannya tidak begitu buruk.
satu jam berdiri secara sembunyi-sembunyi bagai pengecut di sana, dan berhasil kumpulkan kurang lebih dua puluh foto, rasanya sudah cukup. alvaro mendapatkan banyak potret aksara dalam berbagai ekspresi, yang mana buat perutnya penuh akan kupu-kupu berterbangan. senyum diulas lagi.
"alvaro?"
brak
"astaga ...." alvaro kaget bukan main, tersentak mundur dengan wajah mendongak perlahan demi sebuah pemandangan aksara dengan dua bola mata menyipit penuh penuduhan. kameranya jatuh ke lantai, tapi alvaro sama sekali tak punya kesempatan untuk mengambilnya sebab tatapan aksara sudah kunci raganya.
"alvaro, lo ngapain di sini?" tanya aksara lagi, kali ini pemuda itu bahkan selangkah lebih dekat dan mengintimidasi bagi alvaro yang paniknya semakin menjadi-jadi. kaki-kaki melangkah searah, alvaro bersikeras mencari alasan logis untuk diberikan kepada aksara. tapi nihil. kepalanya memanas, seiring dengan aksara yang buatnya terhimpit di antara badannya dan kursi tribun dan dorong rasa percaya dirinya menguap entah ke mana. lidahnya kelu, satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah bernapas pendek-pendek di bawah tundukkan kepala.
adegan selanjutnya yang muncul di pikiran negatif alvaro ialah dirinya dituduh habis-habisan sebagai penguntit atau sesuatu semacam itu. ia sudah sangat siap untuk dimaki, tetapi rupanya bukan itu yang terjadi. alih-alih amarah, tawa aksara justru yang memenuhi rungu. kepala alvaro naik secara kompulsif, temui aksara yang tampak indah dalam balutan tawa dan siraman temaram lampu. tiga detik alvaro menjadi patung, dalam hati gumamkan betapa ia berterima kasih kepada tuhan yang telah menciptakan aksara sesempurna ini.
"aduh, astaga, lo lucu banget sih, haha."
aksara menyeka airmatanya yang keluar di sudut mata karena terlalu keras tertawa. ia memungut kamera milik alvaro, mengeceknya sebentar kemudian mendegus lega karena benda itu tidak rusak setelah terbanting begitu dramatisnya tadi.
"nih. lain kali hati-hati, al. barang mahal itu."
"hm ... y-ya," alvaro menggumam canggung, menerima kameranya dan mengalungkannya di leher kembali. "makasih, sa."
"ngomong-ngomong, gue beneran nanya. lo ngapain di sini? ini udah waktunya pulang padahal. lo ada ekskul? atau abis kerja kelompok?"
mereka melangkah beriringan, lewati koridor panjang yang sepi. langit mendung, dan alvaro benci hujan. tapi kali ini, ia tidak mempercepat langkahnya seperti biasa, alih-alih menyamankan diri sendiri untuk tetap sejajar dengan langkah aksara yang lambat seakan-akan mendung tidak mendistraksinya.
"ya ... gue ada ekskul tadi. jadi ... ya."
percakapan mereka berjalan dengan aksara yang mendominasi dengan banyak sekali pertanyaan serta ocehannya mengenai berbagai hal. tapi semua itu berakhir ketika dua pasang mata itu mendapati sebuah sedan hitam sudah memarkir diri di luar gerbang megah sekolah. tanpa perlu bertanya, alvaro tahu betul kenapa sedan seharga rumah mewah bak istana itu ada di sana.
"al, gue duluan ya! see you tomorrow!"
aksara melambaikan tangan, tersenyum sampai deretan giginya terpampang jelas. alvaro ikut melambai ㅡ meski gerakannya terkesan kaku dan canggung ㅡ pun tersenyum, sebagai respon impulsif. aksara sudah tak terlihat tepat bersamaan dengan pintu sedan itu tertutup. saat itulah, alvaro menghela napas, lagi.
alvaro memperhatikan semua. dari bagaimana cara aksara melangkah, masuk ke dalamnya, hingga ketika sedan itu memutar arah dan pergi dari jangkauan pandangannya. setelahnya, alvaro menatap dirinya sendiri. memindai seraya mencari-cari di bagian mana dirinya bisa menyamai kasta aksara. tapi lagi-lagi, ia tidak menemukannya.
***
Mari sapa penulis cerita ini melalui wattpad FAIRYFOX-XO dan twitter @jukyuest! :D
KAMU SEDANG MEMBACA
SPICA FOR YOU
Fanfictionspica (n.) bintang paling terang di rasi virgo. seungmin's birthday project © seungjinpedia, 2020 © cover by spearbae