Benang Penghubung

403 53 2
                                    

by Lunarr_dream

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

by Lunarr_dream

Catatan: Huruf miring berbicara dengan bahasa Inggris

///

Pertama kali melihat dia yang kemudian Hyunjin tahu si dia bernama Seungmin, sewaktu senja pergantian musim dingin di London.

Bukan karena pesona orang itu mencolok diantara beberapa orang lain yang sibuk berlarian menghindari rintik salju. Pemuda itu, si dia menggunakan pakaian normal, celana jeans panjang, sneaker putih dan sebuah baju hangat, tidak terlalu tebal. Mengabaikan hiruk pikuk dengan sibuk membaca buku di atas meja ditemani cup minuman hangat yang masih mengepulkan uap panas.

Saat Hyunjin duduk dan ingin menikmati secangkir minuman hangat di kafe favoritnya di London, sekaligus berteduh dari cuaca musim dingin bersama sekelompok orang lain. Pemuda ini duduk di bangku luar kafe dengan tenang, nampak tidak menyadari cuaca dingin. Dari balik kaca jendela besar, Hyunjin mulai menebak buku bacaan yang begitu ditekuni pemuda itu sampai mengabaikan suhu yang kembali rendah. Sebuah novel, ber-genre fantasi mungkin? Hyunjin merasa yakin tebakannya benar, sebab hanya kaca-lah pembatas mereka berdua. Lagipula, posisi duduk menyamping tapi berseberangan, mempermudah untuk ditatap.

"Pesanan anda tuan..." Suara menyapa rungu. Hyunjin mengalihkan pandang, mendapati gadis muda belia tersenyum saat meletakan minuman hangat pesanannya.

"Terima kasih," jawab Hyunjin singkat, sedikit bingung ketika sang gadis masih berdiri di tempat dan belum bergerak seinci pun.

"Ada pesanan lain?" Dia bertanya dengan nada malu-malu.

Ah...

Hyunjin tidak bodoh untuk menyadari ada ketertarikan yang nampak jelas. Bukan hal baru, prensensi Hyunjin mampu menarik sebagian besar sekitarnya.

Tatapan mata kemudian beralih pada jemari gadis itu. Seutas benang merah terikat di kelingking, cukup panjang hanya berupa simpul pendek. Kepala Hyunjin lalu terangkat menatap gadis itu dan tersenyum ramah,

"Tidak... Cukup ini saja." Jawaban pendek, menimbulkan desah kecewa.

Saat yakin gadis itu pergi, pandangan mata kembali beralih pada pemuda lain terpisah kaca yang mampu menarik sebagian besar perhatian Hyunjin sedari awal. Masih sibuk membaca, tapi tangannya kini ikut sibuk memasukan potongan biskuit ke dalam mulut.

Senyum Hyunjin mengembang tipis, dengan sengaja melirik kelingking pemuda itu.

Ada benang merah terikat pada kelingking bersimpul besar dengan tali benang panjang, sama seperti milik Hyunjin memiliki tali panjang, tapi tak terlihat ujung.

Benang merah takdir.

Itu yang dikatakan sang kakek saat pertama kali Hyunjin bercerita bahwa ia dapat melihat benang merah terikat pada setiap orang yang ditemui, sedangkan teman-temannya tidak ada satupun melihat.

SPICA FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang