Page 22

691 98 18
                                    

Jangan lupa vote dan komen chagii....








Happy Reading!













Setelah mengendarai lumayan ugal-ugalan Yujin langsung menginjak rem setelah sampai di depan rumah Wonyoung, ia membukakan pintu dari dalam. Ia langsung masuk dan menutup pintunya, Yujin langsung melajukan mobilnya .


" Kita cari kemana? "


" Ke rumah teman temannya "


" Beritahu alamat mereka "


Wonyoung mengotak ngatik ponselnya, menghubungi para orang tua teman Woojin yang ia kenal. Ia juga berusaha menanyakan keberadaan Woojin pada wali kelas Woojin, Wonyoung begiu panik dan cemas memikirkan Woojin.


Hal buruk terjadi bertubi-tubi dalam sqtu hari, sekuat-kuatnya dia tetaplah rapuh. Apalagi harus kehilangan anak yang paling ia sayangi, ia takut terjadi sesuatu pada Woojin.


" Apa yang terjadi? " Tanya Yujin.


" Dia mendengar kami bertengkar "


" Lalu? "


" Yena mengatakan hal yang menyakitinya "


" Dia mengatakan apa? "


" Dia mengatakan, kalau dia bukan anaknya. Ia memang bukan anaknya tapi hatinya terlalu murni untuk mengetahuinya secara mendadak "


" Ck, cecunguk itu "


Yujin merasakan emosinya naik saat ini, Yena mempercayakan Woojin dan Wonyoung padanya namun ia malah membuat masalah sebesar ini.


" Maafkan aku , pasti kalian bertengkar karena masalah di toko tadi sore "


" Bukan, kau tidak ada kaitannya "


" Lalu? "


" Hal lain, ah aku tau daerah ini. Ada teman Woojin di daerah sini , belok kanan Yujin "


" Oke "


Yujin mengikuti arahan Wonyoung menuju rumah teman Woojin, setelah sampai mereka menanyakan keberadaan Woojin namun tak ada disana.


Mereka melanjutkan perjalanan ke beberapa teman Woojin yang lain, sepanjang perjalanan Wonyoung tak henti-hentinya mengalirkan air mata. Luka yang ia terima kali ini terasa dua kali lipat menyakitkan, disaat ia di khianati orang yang di sayangi ia juga harus di tinggalkan Woojin yang entah pergi kemana.


Memperhatika Wonyoung yang sejak pertemuan mereka tak henti menangis, Yujin merasa iba. Ia menggerakan tangannnya mengusap punggung Wonyoung yang melamun menatap jalanan.


" Aku ibu yang buruk "


" Tidak Wonyoung, justru kau orang paling kuat yang ku temui "


" Yujin , aku butuh Woojin "


" Kita akan segera menemukannya "


Yujin juga merasakan hal yang sama dengan Wonyoung, khawatir, cemas dan takut, ia begitu menyayangi Woojin walau tak menyaksikan Woojin tumbuh ia tetap menyayangi Woojin.











Sudah hampir malam namun Wonyoung tetap ingin mencari Woojin, Yujin sudah menyarankan untuk di lanjutkan besok. Namun Wonyoung tetap memaksa, bahkan ia nekad akan mencarinya sendiri.


COMPLICATED 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang