Page 25

905 105 72
                                    

































Happy Reading!






















Hari yang melelahkan Yena lewati sendirian, pulang ke rumah yang begitu sepi dan hampa. Ia berjalan ke sopa ruang tengah, membuka sepatu dan melonggarkan dasinya. Melihat sekeliling rumah yang biasanya hangat dengan kehadiran istri dan anaknya, ia melihat ke foto keluarga yang terpajang di diding atas televisi.


Ia begitu merindukan keluarganya, terutama Woojin. Ia selalu menolak bertemu dengan Yena, tapi untungnya ia masih bisa bertemu Wonyoung.


" Hah, melelahkan "


Yena beranjak dari kursi dan pergi menuju dapur, mengambil gelas dan menuangkan air. Saat minum ia malah merasa bayangan Wonyoung berada disana, mungkin karena dapur adalah area kesukaan Wonyoung untuk memasak.


Bell pintu berbunyi ia keluar dari daour untuk segera membuka pintu, setelah di buka ternyata itu Yuri membawa sebuah kantung plastik.


" Annyeong Yena "


" Ah, a-annyeong Yuri "


" Aku bawakan makanan, kau pasti lapar "


" Eung~, aku ada ramyeon "


" Kau pernah bilang perutmu selaly tak enak jika terlalu banyak makan ramyeon, aku hanya mengantar makanan "


" Masuklah "


Yuri di persilahkan masuk , ia langsung berjalan menuju dapur untuk mempersiapkan makanannya untuk Yena. Walau ia hanya membelinya tapi ia yakin Yena sudah beberapa hari hanya makan ramyeon, apalagi tak ada Wonyoung yang biasa mengurusnya.


" Makanlah "


" Kau tidak makan? "


" Tidak, aku sudah makan "


" Oh, kalau begitu. Selamat makan "


Yena mulai melahap makanan yang Yuri bawa, ia memang kelaparan saat ini. Biasanya akan ada Wonyoung yang sudah menyiapkan makan malam, jadi ia sedikit bersyukur Yuri datang membawa makanan.


Melihat kesedihan Yena, Yuri merasa tak tega apalagi ia tau hati Yena itu terlalu lembut. Yuri meraih tangan Yena dan menggenggamnya, mengusap lembut memberi kenyamanan.


" Kau masih sedih? "


" Siapa yang tidak sedih saat di tinggalkan orang yang paling di sayang? "


" Aku minta maaf telah bersikap egois waktu itu, kau mau memaafkanku? "


" Iya, aku memaafkanmu "


" Jangan takut sendiri Yena, aku ada disini "


Yuri berpindah duduk yang tadi di hadapan Yena kini ia pindah ke sebelahnya, ia memeluk lengan kiri Yena dan menautkan tangan mereka.


" Aku mencintaimu Yena, aku akan melakukan hal apapun agar merasa lebih baik "


" Terimakasih sudah berusaha membantu "


Yena mengecup puncak kepala Yuri dan melanjutkan makannya, setelah selesai ia hanya diam memandang ke arah depan.


Yuri menangkup wajah Yena membiarkannya menghadap, Yuri mengusap pipi Yena. Wajahnya penuh dengan kesedihan yang begitu temaran, Yuri menciun lembut pipi Yena.


COMPLICATED 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang