Prologue

19.7K 916 50
                                    

Trigger Warning🔞

Explicit Hard Mature Contents, NSFW🔞
No Children area! Kalau tidak suka mohon dengan sangat segera skip saja.

Use earphone for listen to mulmed and enjoy🌚

"Ahn—Kook—" suara desahku mulai menggema ke seluruh ruangan. Jungkook tidak berniat sedikitpun menghentikan kegiatannya. Semakin memberi kenikmatan intens ketika bibirnya menyentuh perpotongan leherku, menyesap kuat—aku yakin akan menimbulkan bercak kemerahan besok pagi. Bergerak semakin ke atas dan bernapas tepat pada daun telingaku. Oh, dia sangat tahu letak titik sensitifku berada. Tangan kanannya bekerja memanjakan pucuk dadaku, sementara tangan yang lain bermain di bawah sana. Kuku jariku sudah menancap pada kulit punggungnya. Tidak mampu lagi menahan lebih lama ledakan dari dalam tubuh yang merangsek keluar. Bersiap dibawa ke nirwana oleh Jeon sialan Jungkook, kekasihku.

"Kook, I'm close," erangku dengan napas terengah dilehernya. Jungkook mengerti dan semakin semangat mengacak-acak kewanitaanku. Meloloskan jari ketiganya yang berhasil membuat membusur. Kepala mendongak dengan mata memejam nikmat. Desah tak tertahankan bersamaan dengan tubuh bergetar hebat. Orgasmeku yang kedua kali malam ini atas permainan Jungkook.

Aku berusaha mengatur napas. Membiarkan tubuh Jungkook diatasku. Bibirnya masih bekerja mengulum lembut daun telingaku, membuatku merasa geli dan sedikit terangsang kembali. Ayolah, aku baru saja mencapai puncak dan Jungkook masih berusaha membuatku naik lagi. Jujur, aku selalu kewalahan menghadapi Jungkook dan libidonya. Aku tidak menyalahkannya akan hal itu. Alih-alih menyalahkan diriku sendiri sebab tidak mampu memberikan yang Jungkook inginkan.

Yang terjadi selanjutnya, Jungkook dengan tergesa melepas fabrik terkahir yang melekat ditubuhnya. Mulai menggesekkan batang ereksinya pada labiaku. Sialnya, aku berhasil terangsang.

Sejenak Jungkook menghentikan gerakannya. Wajahnya terangkat lalu menatap lekat kedua mataku. Mata bulatnya tidak pernah gagal membuatku terpesona, "Da In— bolehkah?" pintanya ragu dengan netra yang semakin membesar. Aku bisa melihat buncahan nafsu disana. Terkadang aku juga merasa kasihan melihat Jungkook tersiksa menahan birahinya sendiri. Ya, selama ini aku tidak pernah benar-benar bercinta dengan Jungkook. Selama dua tahun kami bersama, tahap bercinta paling jauh yang pernah kami lakukan hanya sebatas petting. Selama dua tahun pula aku selalu melihatnya bersabar menahan birahinya sendiri. Aku tahu tidak mudah menahan libido terlebih ketika kami sudah melakukan sejauh ini. Tinggal selangkah lagi dan Jungkook akan mendapatkannya. Namun, aku selalu membuat dinding pembatas yang begitu tebal dan sulit untuk dihancurkan bahkan oleh diriku sendiri.

"Kook, kita sudah sepakat akan hal ini. Kau tahu aku tidak bisa melakukannya," aku bisa melihat gurat kecewa pada netra Jungkook setelah mendengar jawabanku.

Jungkook mengulas senyum, tulus sekali. "Baiklah. Tapi, bisakah kau membantuku dengan ini?" ujarnya canggung sambil menunduk untuk menunjukkan junior-nya yang masih tegak berdiri.

Aku terkekeh sesaat. Sedetik kemudian mendorong tubuh Jungkook hingga keadaan berbalik, aku menjadi berada diatasnya. "You know I always have another way to give you a pleasure," bisikku seduktif ditelinganya. Jungkook menyeringai. Kemudian matanya terpejam ketika aku mulai bergerak perlahan diatas tubuhnya. Menciumi tiap inci kulitnya. Menanamkan kecupan pada perutnya yang sudah terbentuk—berotot— dan membuatnya terlihat begitu seksi. Aku sukses membuat Jungkook mendongak dan melenguh. Sampai pada akhirnya, wajahku berhadapan dengan miliknya yang sudah menegang sedari tadi. Tanpa pikir panjang aku segera mengulum milik Jungkook yang tidak pernah bisa masuk sepenuhnya sebab ukurannya yang tidak masuk akal. Sisanya, aku menggunakan tanganku untuk memanjakannya, memijat perlahan. Semakin lama Jungkook bergerak resah. Menarik rambutku dan memegangnya. Memberi sedikit tenaga untuk mendorong penisnya semakin dalam.

"Fuck, baby. You're so fucking goodhh.. ahn—" racaunya tak karuan. Aku tahu Jungkook hampir mencapai puncak. Maka aku mengulum penisnya semakin cepat. Mengorbankan napasku yang semakin menipis. Menggunakan lidahku untuk memberi kenikmatan lebih. Benar saja, tidak berselang lama tubuh Jungkook bergetar ketika mencapai orgasmenya dan mengeluarkan semua di dalam mulutku. Harus ku akui aku tidak suka rasa sperma. Namun Jungkook selalu mengeluarkannya di dalam dan menahan kepalaku agar tidak melepaskannya.

"Song Da In, kau tahu aku sangat mencintaimu, bukan?"

"Mm-hm. I love you so much more, Koo."

Selalu seperti ini. Setelah bercinta, Jungkook selalu merengkuh tubuhku dan merapalkan betapa ia mencintaiku. Jungkook suka pelukan. Begitu pula denganku. Dia begitu mencintaiku. Dan aku juga tak kalah mencintainya. Aku sangat beruntung memiliki Jungkook dalam hidupku.

"Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku, jangan berpaling dariku." Aku hanya mengangguk menanggapi. Kadang, Jungkook bisa bersifat kekanakan. Meski usia kami sebaya, dia lebih sering terlihat seperti bayi yang butuh afeksi dan atensi berlebih. Di sisi lain, dia juga bersifat dominan dan bisa menjadi protektif. Terutama di atas ranjang. Aku suka keduanya.

Suara bel interkom menginterupsi kegiatan cuddle-ku dan Jungkook. Usai memungut kemeja Jungkook yang terbengkalai di lantai, aku berjalan menemui tamu tak diundang ini. Aku membuka pintu dan mendapati wajah asing didepanku. Seingatku, aku tidak memiliki tetangga setampan ini. Tentu saja wajahnya menjadi atensi awal ketika aku membuka pintu. Dia memang terlihat tampan—sangat. Tinggi semampai. Mengenakan kaos coklat dan celana pendek rumahan. To be honest, he's so freaking hot, tho.

"Umh, ada yang bisa ku bantu?" Tanyaku sedikit canggung setelah mengumpulkan akal sehatku kembali. Paska bercinta membuat pikiran kotorku tidak bisa hilang sepenuhnya.

"Ya, ada," suaranya terdengar berat dan seduktif secara bersamaan, "aku tetangga barumu. Unitku ada disebelah."

Oh, tetangga baru rupanya. Aku mengerutkan kening, "lalu? Apa yang bisa ku bantu?"

"Aku tidak tahu kau sedang menonton sesuatu atau memang sedang bercinta, tapi tolong pelankan suara desahanmu. Aku mendengarnya selama dua jam dan sungguh, itu sangat mengganggu."

Aku berhasil dibuat melongo. Mungkin sekarang pria ini tengah melihat wajahku yang memerah padam. Bibir terbuka dan mata membulat besar.

"Da In?" Suara Jungkook membuat perhatian pria itu mengarah padanya. Dia mengulas senyum simpul yang membuatku semakin kebingungan. "Ada apa?" Tanya Jungkook yang kini berada disebelahku dan memeluk pinggangku posesif.

"Tidak ada apa-apa, Kook. Dia tetangga baru disebelah."

Jungkook mengangguk menanggapi ucapanku. Detik berikutnya, pria itu berpaling meninggalkanku dan Jungkook. Kami saling melempar tatap tak mengerti. Namun diotakku sedang dipenuhi rasa malu karena seseorang mendengar sesi bercintaku dengan Jungkook. Aku bersumpah pemilik gedung mengatakan tiap unit apartemen ini sudah dilengkapi pengedap suara ketika aku membelinya.

Sial sekali! Apa aku harus pindah rumah saja?

Hi, so this is my new story. Seperti yang aku bilang sebelumnya, cerita ini short story ya jadi kemungkinan tidak akan jadi banyak part dan mungkin tidak akan memakan banyak words. Cerita ini tetap pakai Tae dan Da In sebagai main role—meskipun sebelumnya aku bilang tidak—karena aku gak bisa dapet feelsnya selain mereka yang jadi karakter di cerita aku pft.

So, enjoy it and please vote supaya aku tahu berapa banyak peminat cerita ini. Komen juga jangan lupa. Apalagi yang pingin cepet up😜

Last but not least, aku sudah peringatkan cerita ini including explicit hard mature content, jadi harap bijak dalam memilih bacaan. Read it at your own risks:)

I purple y'all💜

Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang