Hi, guys! Sorry it takes a long time to post. I was not so good. Baru kembali dari self healing. I was fighting with myself. Now, I'm pretty fine.
Terima kasih yang sudah bertanya dan merasa khawatir🥺 Terima kasih yang DM panjang lebar dan nanyain kabar. It means everything💜
Ok, cukup! Langsung saja ke cerita ya. Selamat membaca✨
—
Jika boleh jujur, Da In tengah membenci dirinya. Dia tidak memiliki kuasa atas perasaannya sendiri. Tidak mampu menentukan keputusan dengan cepat. Terombang-ambing di tengah rasa kalut yang semakin lama semakin membuatnya tenggelam pada kehampaan. Seharusnya, setelah di awal dia merasa sakit karena Jungkook, dia tidak perlu repot-repot memastikan lagi bagaimana perasaannya terhadap pria itu. Nyatanya, dia masih ragu.
Mendengar kabar bahwa Jungkook meninggalkan Valley Hills seperti sebuah hantaman kerasa hingga ulu hati. Ini salah satu yang Da In benci pada dirinya. Berlari secepat mungkin dari halte menuju apartemen Jungkook sambil berusaha menelepon pria itu berkali-kali. Meski tidak terdengar nada sambung, Da In tetap mencoba tanpa henti. Sementara dalam hatinya tidak begitu yakin, dia perlu melakukan ini atau tidak.
Derap kaki Da In memenuhi lift sambil menunggu denting pintu terbuka. Bajunya setengah basah sebab diluar sirimiri berjatuhan. Menggigit kuku, merasa gugup sekaligus kesal karena lift tak kunjung sampai, Da In frustasi sendiri.
Sampai di depan unit Jungkook, Da In segera menekan kombinasi pin. Tercekat sejenak. Angka itu masih sama. Tanggal hari jadi mereka. Jungkook sama sekali tidak merubahnya bahkan setelah mereka mengakhiri hubungan. Sebuah tamparan bagi Song Da In.
Apartemen Jungkook tampak begitu tenang dan sunyi. Jelas sekali sudah tidak berpenghuni selama beberapa waktu. Tujuan utama Da In tentu kamar Jungkook. Komputer gamenya masih disana. Tidak ada sampah bekas snack dan minuman yang biasanya berserakan di sekitar meja. Ranjangnya rapi dengan selimut yang tidak berpindah dari tempat. Lalu Da In berjalan menuju lemari, membuka perlahan dan tidak menemukan apapun. Kosong. Semua pakaian Jungkook sudah tidak disana.
Kembali melangkah keluar, Da In terhenti di ruang tengah. Mengedarkan pandangan pada ruangan yang masih berisi furnitur lengkap seperti terakhir kali ia melihat. Hanya saja, ada kekosongan disana. Dihatinya. Tas bahu kemudian melorot hingga menyentuh lantai. Pun tubuh Da In ikut turun berjongkok dan menenggalamkan wajah diantara kedua lutut. Tangisnya kembali pecah. Jujur, Da In tidak mengerti mengapa ia masih menangisi kepergian Jungkook. Seolah pria itu masih berarti. Nyatanya, memang begitu. Masih ada Jungkook jauh di dalam sana. Terkubur perlahan. Namun kembali lagi kala luka yang telah diberikan kembali menganga bersama kenangan. Dua tahun Jungkook menjadi pengisi kehidupannya. Tidak menjadi mudah bagi Da In melupakan pria itu begitu saja.
Puas menangis, Da In bangkit sambil menghapus air matanya kasar. Napasnya pendek-pendek, masih terisak. Berlalu meninggalkan apartemen Jungkook dengan luka dihati. Sepanjang jalan menerka-nerka, arti Jungkook bagi dirinya yang sekarang. Jelas dia tidak benar-benar menginginkan Jungkook kali ini. Lebih tepatnya, ada sebuah penyesalan yang merundung Da In, penyebab utama air matanya rebas kala memastikan Jungkook sungguh pergi meninggalkannya.
Menyandarkan kepala yang terasa berat pada jendela taksi, Da In menerawang jauh pada jalan raya. Pikirannya diliputi Jungkook. Kekecewaan, rasa sesal, frustasi. Semua yang Jungkook hadirkan setelah mereka berpisah hanya sebuah kehampaan dan luka. Namun, menjadi jahat untuk Da In juga bukan merupakan balasan yang sempurna. Mengusir Jungkook dan meminta pria itu tidak lagi menemuinya, dirasa terlalu kejam bagi gadis itu sendiri. Mengingat saat itu Jungkook mendatangi Da In dengan membawakan jjigae kesukaannya. Namun berakhir meninggalkan apartemen Da In karena pemilik rumah mengusir bahkan meminta untuk menjauh dari hidupnya. Pun masih berusaha menyakiti pemuda Jeon dengan mengatakan dia dan Taehyung sudah bercinta. Tanpa Da In tahu, kala itu Jungkook tengah membutuhkannya. Sebab hingga saat itu, Da In masih menjadi satu-satunya tempat Jungkook mengadu saat hidupnya sedang tidak baik-baik saja.
Suara denting lift terdengar ketika pintu terbuka. Da In melangkah gontai menuju unitnya. Hari ini begitu melelahkan. Rasanya ingin melempar tubuh ke ranjang dan memejamkan mata hingga esok pagi. Akan lebih baik jika ada seseorang yang bisa diajak bercerita. Mendengar keluh kesah Da In akan perasaan yang ia buat rumit sendiri. Pun seseorang yang akhir-akhir menjadi pendengar setia keresahaan Da In sedang berdiri di depan pintu. Menyandarkan punggung dengan menghisap juul. Lalu kepulan asap mengudara bersamaan dengan pandangan mereka yang bertemu.
Taehyung menyimpan juul ke dalam saku setelah bertemu pandang dengan Da In. Melambaikan tangan dan tersenyum ke arah Da In yang kini berjalan mendekat. Anehnya, hati Da In yang semula dingin menjadi lebih hangat. Mempengaruhi hormon dan sel-sel otak. Tanpa sadar membalas senyuman Taehyung dengan sendirinya.
Berhadapan sejenak, Da In mendongak memandangi netra teduh pria dihadapannya. Kemudian Taehyung menarikanya dalam pelukan. Lembut sekali. Hangat. Wangi. Tepat seperti yang Da In butuhkan saat harinya terlalu berat. Taehyung tidak banyak bertanya. Memberikan rengkuhan tulus tanpa menawari terlebih dahulu. Sangat berhati-hati dalam memperlakukan Da In hingga membuat gadis itu terlampau nyaman.
Kini Da In mengerti, alasan dia tidak lagi menginginkan Jungkook untuk kembali ke hidupnya. Kim Taehyung. Pria itulah yang mengobati luka sekaligus mengisi kekosongan yang Jungkook ciptakan. Namun, Da In tidak merasa benar. Dia takut perasaannya hanya sekadar ilusi belaka. Kehadiran Taehyung di tengah hatinya yang gersang, bisa jadi hanya sebuah fatamorgana oase yang Da In harapkan atau malah hujan yang Da In butuhkan.
Meregangkan pelukan sepihak, Da In kembali menatap kedua obsidian pekat Taehyung.
"Kim Taehyung, mau bercinta denganku tidak?"
—
Btw, Jeon Jungkook.. Blonde hair. Wtf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Right
Fiksi PenggemarMature Contents🔞 Mana yang lebih kau pilih? Tetangga tampan yang gila, atau kekasih seksi yang brengsek? -Make It Right- ©Casadelcisne, 2020 Story written in Bahasa Indonesia