22. Love Language

6.7K 715 26
                                    

Seminggu lamanya sejak Da In terakhir kali bertemu dengan Jungkook. Pemuda itu sama sekali tidak menunjukkan wajahnya di depan Da In lagi. Da In jadi berpikir, apa mungkin dia terlalu kasar hingga membuat Jungkook benar-benar menjauh darinya? Ada sedikit penyesalan dalam hati jika dia memang benar menyinggung perasaan Jungkook dengan sangat. Sisanya, Da In merasa lega sebab tidak melulu memikirkan tentang Jungkook sehingga lebih mudah untuk melupakan pria itu dan kenangan buruk yang telah diberikan.

Satu hari lagi, hari dimana perayaan galeri akan di gelar. Besok adalah harinya. Pun menjadi hari terakhir Da In bekerja di galeri Future. Da In jadi gugup sendiri. Pasalnya, ada satu hal yang membuat Da In menyiapkan diri matang-matang. Persyaratan dari Kim Namjoon yang meminta Da In memberikan presentasi atas karyanya di pameran. Menjadi satu-satunya persyaratan yang Namjoon minta jika galeri Future ingin memamerkan lukisan krusial miliknya. Sang Direktur mengiyakan begitu saja tanpa meminta persetujuan Da In. Tentu gadis itu mencak-mencak setelah mereka meninggalkan rumah Namjoon saat itu. Akan tetapi, Taehyung dan rayuan manisnya berhasil membuat Da In luluh dan menyetujui permintaannya.

Tidak terasa, sudah sebulan Da In melewati masa magang. Tinggal sedikit lagi, setelah dia menyelesaikan tugas akhir kuliahnya, dia akan segera meninggalkan almamater universitas. Mendapat gelar akademik dibelakang namanya. Mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan. Mengumpulkan banyak uang untuk dihabiskan berlibur ke tempat yang sudah ada pada list 'tempat liburan yang wajib dikunjungi' miliknya. Semoga saja semua keinginannya bisa terwujud tanpa hambatan. Melihat prospek yang sudah terpampang jelas di depan mata, seperti kesempatan menjadi pegawai tetap di galeri Future, sedikit memudahkan bagi Da In. Tentu saja kali ini Taehyung yang membantunya—lagi. Meski Da In tidak meminta, Taehyung sudah menyiapkan kubikel untuk Da In tempati saat menjadi pegawai tetap nanti.

Mengingat Direktur yang sudah menjadi seperti teman dekat itu, kini pria Kim berdiri di depan pintu apartemen Da In. Menggenggam kantong plastik di masing-masing tangan dan mengayunkan di depan wajah pemilik unit. Sekantong bir kaleng dan dua kotak ayam goreng. Berhasil membuat kedua kening Da In berkerut tidak mengerti. Namun pada akhirnya, tetap mempersilahkan masuk dan menikmati makan malam di ruang tengah.

"Apa kau sangat gugup?" tanya Taehyung selagi membuka sekaleng bir setelah menghabiskan sekotak penuh ayam goreng. Menyandarkan punggung pada sofa milik Da In. Kemudian mencondongkan tubuh menghadap gadis yang masih sibuk mengunyah paha ayam.

Meletakkan sisa ayam goreng ke dalam kotak, Da In mengangguk. "Sedikit," sahut Da In seadanya.

Taehyung tersenyum, menatap tepat obsidian Da In dan menelisik, "sepertinya ada hal lain yang mengganggumu?"

Da In terdiam sejenak, lantas memperbaiki posisinya. Menggeser tubuh hingga menghadap penuh pada Taehyung yang sudah menumpu dagunya pada sandaran sofa. Tidak sekali dua kali Da In menghabiskan waktu dengan Taehyung. Malah, akhir-akhir ini Taehyung seringkali bersikap seperti perlipur lara. Kerap mengajak Da In pergi keluar dan sering makan malam—bergantian—bersama.

"Aku mengatakan pada Jungkook aku sudah bercinta denganmu," ujar Da In tenang.

Pria itu tak nampak terkejut. Tangannya bergerak meraih helai rambut Da In. Memilin dan memainkan sesuka hati, "lalu, bagaimana perasaanmu setelah mengatakannya?"

Da In menaut alis bingung, "kau tidak menanyakan apa yang terjadi dengan Jungkook setelah aku mengatakannya?"

Taehyung menggeleng, masih memainkan rambut Da In, menyibak ke belakang telinga dan kembali menarik helai lain untuk dimainkan. Sementara jarak mereka semakin intim. Berdekatan, namun terasa nyaman. "Tentu saja Jungkook menjadi patah hati, itu sudah jelas. Lalu, bagaimana dengan perasaanmu sendiri? Apa kau merasa lega setelah mengatakannya?" ujar Taehyung lembut sekali.

Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang