12. Wildest Dream

7.3K 735 42
                                    

Malam semakin larut. Terdengar rintik hujan menabrak kaca apartemen Da In, menggema pada tiap sudut ruangan. Menjadi pemecah keheningan diantara Da In dan Taehyung yang duduk berdampingan. Sekali lagi Da In menyesap hisapan terakhir bir kaleng ditangannya. Sesekali menilik tipis pada Taehyung. Tercekat. Sebab Taehyung tengah membalas tatapannya kini. Da In menjadi salah tingkah. Mengabaikan desir anomali yang mengalir pada darahnya.

Mata Taehyung enggan beralih dari gadis disebelah. Bergerak resah dan tidak nyaman, Da In memberanikan diri melempar tatap pada Taehyung. "Oh, pukul sebelas malam! Sebaiknya kau pulang," katanya sedikit gugup. Mengalihkan pandangan sejemang pada jam digital diatas nakas.

"Kau tahu, sangat sulit berada di dekatmu," ujar Taehyung tiba-tiba. Berhasil membuat Da In menaut alis dalam. "Ku rasa aku tidak bisa menahannya malam ini," imbuhnya. Berakhir dengan pertemuan antar bibirnya dan Da In. Terkesiap sejenak. Tubuh Da In menegang seketika. Semua terjadi begitu saja hingga Da In tidak mampu memproses yang sedang terjadi. Anehnya, tubuh Da In sama sekali tidak memberi penolakan. Malah debum kencang terdengar hingga telinganya sendiri.

Atmosfer menjadi semakin panas manakala Taehyung memperdalam ciuman. Melumat penuh gairah. Dengan perlahan mendorong tubuh Da In terbaring tanpa melepas tautan bibir mereka. Da In yang masih kehilangan jiwanya jadi bersikap submisif. Entah Taehyung yang terlalu lihai dengan ciuman memabukkan atau Da In yang kehilangan separuh kesadaran karena birnya dan terbuai dengan sentuhan Taehyung. Yang pasti mereka sudah setengah telanjang sekarang. Hanya tersisa underwear pada tubuh keduanya. Lagipula tidak butuh waktu lama untuk Taehyung melakukan hal itu.

Kembali tangan Taehyung melucuti sisa fabrik yang melekat. Da In masih setia mengikuti permainan pria diatas tubuhnya. Tidak dipungkiri jantungnya hampir meledak dengan semua kejadian spontan ini. Namun disisi lain, stimulusnya tidak bekerja untuk sekadar memberi refleks penolakan. Taehyung terlampau lihai.

Sesaat Da In mendapat kontrol dirinya kembali. Tangkas menahan tubuh Taehyung dan membuat pria itu terhenyak. Miliknya sudah tegang dan berkedut hebat di bawah sana. Sangat siap melakukan penetrasi. Membayangkan betapa nikmatnya liang Da In yang sudah menjadi teman fantasi permainan solonya.

"T-tunggu, Taehyung.. aku.. belum pernah melakukannya," Da In berucap dengan kedua pipi memerah—tersipu.

"Benarkah? Kalau begitu aku akan melakukannya dengan hati-hati. Aku tidak akan menyakitimu."

Tanpa melepas pandangan sedikitpun dari obsidian tajam Taehyung, Da In mengangguk penuh keyakinan. Da In masih tidak percaya akan melepas hal yang selama ini selalu dijaga baik-baik. Terlebih pada tetangga gila yang baru dikenal dan sering mengganggunya. Da In akui pesona Kim Taehyung sangat tidak main-main. Tidak bisa diremehkan.

Taehyung bekerja keras mengoyak tubuh Da In. Ini adalah pengalaman pertamanya bercinta dengan seorang perawan. Lebih nikmat dari yang selama ini dia bayangkan. Pun ditambah desahan merdu Da In yang membuatnya tertarik saat pertama kali mendengar tanpa sengaja. Kali pertama Taehyung menjadikan Da In objek fantasi liar. Dan kini dia berhasil membuat suara itu menjadi nyata terdengar ditelinganya.

Da In semakin mengeratkan genggaman pada lengan Taehyung. Menciptakan goresan luka dari kuku yang sempat menancap. Matanya memejam bersamaan dengan rasa nikmat yang menghujani tubuh. Punggungnya membentuk busur kala klimaks menghampiri. Mengerang hebat atas orgasme luar biasa yang Taehyung berikan.

Netra Da In terbuka. Peluh sebiji jagung memenuhi dahi. Matanya mengerjap menatap langit-langit kamar. Tangannya bergerak memencet tombol pada jam alarm yang tengah berbunyi. Sangat menganggu! Tidak membiarkan Da In memastikan Taehyung mencapai klimaks sebelum matanya terbuka. Bagaimanapun Da In lebih suka seks yang dilakukan secara konsen. Memberi dan diberi kenikmatan dengan persetujuan dari kedua pihak.

Tunggu, apa itu penting sekarang?

Detik berikutnya Da In menyibak selimut dan menegakkan punggung. Pertama kali mendapati refleksi dirinya dari kaca yang berhadapan langsung dengan ranjang tidur. Wajahnya memerah penuh keringat. Lalu mengacak rambut sambil mengerang.

"Mimpi sialan!"

Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang