15. Unsteady

8.5K 701 40
                                        

Selesai membersihkan diri Da In memakai pakaian Taehyung yang ada dalam lemari di kamar mandi. Sebenarnya pakaiannya masih bisa digunakan, hanya terlalu malas mengambil baju yang tercampak berantakan di lantai. Setelahnya Da In berdiri mematung di depan cermin. Menatap refleksi diri dengan tatapan anomali. Di dalam kepalanya sedang bising. Namun Da In tidak begitu yakin hal apa yang mendominasi pikirannya saat ini. Semua terlalu rancu dan kacau.

Sejemang setelah menghabiskan beberapa menit menatap diri sendiri, Da In mulai melangkah keluar. Tidak mendapati Taehyung di kamar, Da In kembali mencari keberadaan Taehyung menuju living room. Di sebelah kanan, pintu balkon terbuka. Da In mendapati presensi Taehyung yang sedang memunggunginya tanpa menggunakan baju, hanya celana rumahan yang ia pakai sebelumnya. Dari tempatnya semula, Da In bisa melihat kepulan asap yang sudah pasti berasal dari mulut pria itu. Benar saja. Tepat saat menyadari kehadiran Da In, Taehyung menoleh dengan tangan masih mengapit rokok yang tersisa setengah. Menatap dari ujung kepala hingga kaki. Tidak terlihat keberatan dengan Da In yang menggunakan pakaiannya. Hanya saja, Da In terlihat lucu tenggelam dalam kaos hingga selutut.

Keduanya menikmati langit senja bersama. Cakrawala tampak seperti sebuah kanvas biru yang disiram cat oranye dan ungu bersamaan. Indah sekali. Dalam hening berdampingan, berkutat pada pikiran masing-masing. Taehyung masih setia menyesap sisa sigaretnya. Hingga habis menyisakan filter yang tinggal beberapa senti, Taehyung menekan ujung api pada asbak. Memecah keheningan dengan berbasa-basi. Menanyakan hal-hal kecil dan ditanya sebaliknya.

"Taehyung, aku ingin bertanya sesuatu, tapi kau harus menjawab dengan jujur," Taehyung menghela napas sesaat lalu mengangguk, "why didn't you do it?"

Taehyung mengalihkan pandang pada gadis disebelahnya, "do what?"

"You know—it.." ucap Da In ragu.

Kembali pria jakung itu memperhatikan langit yang hampir kehilangan gurat senja, "a consent, Da In.  Aku tahu kau memberiku persetujuan untuk melakukannya. Tapi kau mengatakan itu saat berada di bawah tekanan. Aku tidak ingin kau menyesalinya setelah melakukan itu," sesaat Taehyung menilik pada Da In yang tengah menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan, "aku juga tahu kau tidak pernah benar-benar bercinta. Melakukan penetrasi."

Kedua pipi Da In bersemu tiba-tiba. Matanya beralih kesembarang arah. Tidak lagi ingin menatap Taehyung. Jika bisa, ingin segera pergi saja dari sana. Sekarang dia yakin betapa banyak wanita yang sudah bermain bersama Taehyung diatas ranjang. Bahkan Taehyung bisa membedakan seseorang yang sudah melakukannya dan belum hanya dengan melihat. Tipikal orang yang menilai dari luar. Namun nyaris tidak pernah salah.

"Never trust a word in the middle of sex. Semua yang terucap saat bercinta ada dibawah kendali alam bawah sadar. Kau tidak bersungguh-sungguh saat mengatakan hal itu. Birahimu yang menuntunmu untuk berucap, bukan logika."

Seperti sedang ditampar kenyataan, begitulah perasaan Da In sekarang. Berusaha keras membasahi tenggorokan yang mendadak kering. Jantungnya seakan ditikam benda tajam. Pikirannya kembali pada masa-masa indah bersama Jungkook. Tepatnya, memori saat mereka bercinta. Berkali-kali Jungkook mengatakan bahwa ia begitu mencintai Da In. Seingat Da In, Jungkook kerap merapal hal itu hanya saat mereka bercinta. Jika yang Taehyung katakan adalah benar, maka jawaban dari pertanyaannya selama ini; Jungkook tidak pernah benar-benar mencintainya.

"Song Da In, sekarang aku yang akan bertanya," ujar Taehyung membuyarkan lamunan Da In, "apa kau melakukan ini untuk balas dendam?"

Da In menautkan alisnya dalam, "a-aku tidak mengerti."

"Kau bercinta denganku untuk membalas mantan kekasihmu. Kau ingin membuktikan kau juga bisa meniduri pria lain sama seperti yang dia lakukan,"

Da In merasa sangat naif dan pengecut. Jawabannya tertahan ditenggorokan. Sebenarnya, dia tidak benar-benar memiliki sebuah jawaban. Akalnya serasa mati. Setelah hubungannya berakhir dengan Jungkook, Da In seperti kehilangan arah. Masalahnya, dua tahun bukan waktu yang singkat. Dari sekian banyak kenangan yang mereka ciptakan bersama, bukan perkara mudah untuk dilupakan begitu saja. Akan tetapi Da In sendiri tidak begitu yakin, semua yang ia lakukan semata-mata untuk melampiaskan kekesalan pada Jungkook. Pasalnya, pria yang tengah menatapnya dalam kini telah menjadi alasan jantungnya berdegup dua kali lebih cepat beberapa saat lalu. Pun Da In yakin, debum dalam hatinya bukan sekadar rasa gugup akibat pergumulan yang mereka lakukan.

Dering ponsel menginterupsi momen keheningan yang terjadi. Menyadari ponselnya berbunyi untuk yang kesekian kali, Da In melangkah menggebu meninggalkan Taehyung dan pertanyaannya yang belum mendapat jawaban. Sengaja. Sekaligus menghindar dari pertanyaan yang memang tidak ingin dijawab itu.

Meraih ponsel dalam tas di atas sofa, Da In memastikan nama yang tertera dilayar.Panggilan dari Min Yoonhee. Tanpa ragu Da In menggeser ikon hijau dan membawa ponsel ke telinga. Setelah mendengar pekikan dari seberang sana, tubuh Da In mendadak tegang dan membeku menatap kosong lurus kedepan.

"Kau sulit sekali dihubungi! Aku dan Jungkook ada dirumahmu sejak dua jam lalu. Cepat kembali!"

Kalian tim balikan atau move on?😌

Ini tetangga dan mantan pacar, biar makin pusing mau pilih yang mana.

Ini tetangga dan mantan pacar, biar makin pusing mau pilih yang mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang