4. An Ambiguous Fidelity

7.7K 984 24
                                    

PLEASE READ!

Hi guys, I just want to remind you, please don't be silent readers. Aku juga butuh diapresiasi. Aku tahu kalian berminat dengan cerita ini tapi cuma sekedar baca dan tidak pencet tombol bintang. Jadi aku mohon apresiasinya, ya!

Tidak apa-apa kalau tidak mau kasih komentar apapun. Tapi tolong jangan malas vote. Biar aku ga segan juga mau update.

So, please, biasakan vote sebelum membaca, ya:)
Thank you

Sepulang teman-teman dari rumahnya, Da In membersihkan sisa kaleng bir dan remahan snack yang tercecer. Sesudahnya, berpelukan dengan Jungkook di sofa sambil menonton film dari list yang sudah disiapkan. Terdiam dan memperhatikan layar kaca, menyebabkan Jungkook yang terbiasa aktif dan banyak bergerak lama kelamaan menjadi bosan. Hingga ia menemukan sesuatu yang menarik. Mengganggu Da In yang sedang serius dengan menelusupkan telapak tangan kedalam kaos yang Da In kenakan. Semakin menjamah bagian-bagian sensitif. Da In berhasil melenguh, sementara Jungkook tersenyum asimetris dari belakang tubuhnya.

"Kook, kau tahu aku belum menyelesaikan film ini karena terakhir kali kau melakukannya. Sekarang, tidak boleh lagi," sergah Da In sebelum Jungkook melanjutkan ke tahap selanjutnya. Da In memang sudah empat kali menonton film yang sama. Karena dia tidak pernah menonton hingga akhir, tidak sempat. Jungkook penyebabnya.

"Aku bosan," bisik Jungkook ditelinga Da In, "kau tahu aku tidak bisa berdiam terlalu lama."

Ya, Da In teramat tahu. Kekasihnya ini tidak bisa diam lama. Pasti akan melakukan apapun, asal bergerak. Cepat merasa bosan. Dan Da In selalu diusik. Namun selalu diladeni. Jungkook-nya terlalu ahli dalam menggoda. Menyentuh tiap titik sensitif. Memberi kenikmatan yang selalu berhasil membuat Da In menjadi submisif.

Seperti sekarang misalnya. Hanya beberapa detik saja, Jungkook berhasil membuat Da In terbaring pasrah menerima sentuhan. Mengecup di sana-sini. Meninggalkan jejak kepemilikan pada setiap inci kulit. Berakhir dengan lidah yang menari-nari di bawah sana. Membuat Da In mengerang dengan desah tertahan. Bohong jika Da In tidak menyukainya. Dia bahkan membantu Jungkook dengan melepas baju dan branya sendiri. Mengarahkan tangan prianya menuju gundukan padat di dada. Sedangkan dia menengadah. Menikmati lihainya lidah Jungkook yang hampir membawanya menuju puncak.

Melihat Da In kepalang nafsu, Jungkook segera melucuti pakaiannya sendiri. Menanggalkan seluruhnya hingga telanjang bulat. Bagian selatan sudah berdiri tegak. Lalu kakinya berusaha meregangkan paha Da In. Bersiap memasuki lubang senggama yang sangat diidamkan selama ini. Sayangnya, Da In yang tersentak membuat Jungkook ikut berhenti.

"Da In.. kumohon.. Sekali saja. Tidak masuk sepenuhnya. Hanya kepala saja, hm? boleh ya?" jelas sekali Jungkook sedang frustasi secara seksual. Bagaimana tidak? Selama ini Da In sangat gigih menahan. Padahal sudah sampai pada tahap ini.

"Kook, kita sudah membicarakannya kan? Kau yang paling mengerti aku," lirih Da In menatap dalam pria diatas tubuhnya, "tapi aku masih bisa membantumu. Kau mau yang mana? Dengan tangan atau mulut? Pilih saja."

Jungkook terdiam. Tak lekas menjawab. Menatap Da In dengan pandangan yang sedikit berbeda—kecewa. Memang bercinta tidak bisa dijadikan tolak ukur dalam menjalin hubungan. Dia menyayangi Da In. Teramat. Tapi tidak munafik, dia juga butuh kepuasan. Dengan tangan atau mulut, tentu dia puas. Tapi ingin lebih dari itu. Pun pilihan Jungkook kali ini membuat Da In mengerutkan kening—tidak keduanya.

Atmosfer berubah seketika. Jungkook beranjak. Mengambil pakaian Da In yang terbengkalai di lantai dan mengenakan pada tubuh kekasihnya. "Kook, kau baik-baik saja?"

"Tidak."

Da In menghela napas berat. Setelah mengenakan pakaian kembali, dia menarik lengan Jungkook untuk duduk disebelahnya. Meraihwajah Jungkook dan mengunci netra Jungkook lamat-lamat.

"Maafkan aku. Aku juga ingin sekali melakukannya denganmu, Kook. Tapi tidak sekarang. Aku harap kau bersabar hingga aku siap nanti."

Pria bermarga Jeon itu hanya mengangguk. Memberikan pelukan pada Da In dan berbisik parau ditelinganya, "kau tahu aku sangat mencintaimu." lirih Jungkook tulus sekali.

Da In mengangguk. Pada saat seperti ini, Da In menyalahkan dirinya karena membuat Jungkook bersedih. Dia sendiri tidak ingin seperti ini. Namun setelah malam ini, setelah melihat gurat kecewa di wajah sang kekasih, ada satu hal yang membuat Song Da In gusar.

Kehilangan.

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Make It RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang