Dunia Da In sedang mengalami titik balik. Paginya menjadi berubah. Rasanya semua akan semakin terasa berbeda kedepannya. Seperti saat ini misalnya, terdiam duduk memandang Direktur Kim berbicara menjelaskan rencana pengadaan acara peringatan galeri, namun jiwa Da In tengah meninggalkan raganya. Dengan pikiran berkelana jauh dari topik yang sedang Direktur Kim bahas.
Jika bukan karena mimpi sialan semalam, tidak mungkin Da In jadi terdistraksi pada setiap pergerakan Direktur Kim. Tidak bisa lagi memandang pria itu dengan cara yang sama. Maksud Da In, jika sebelumnya dia hanya sekedar mengagumi paras luar biasa tampan, semalam bahkan dia melihat hingga bagian tubuh yang tertutup rapat. Nyata sekali. Bisep padat yang mengunci pergerakan tubuhnya. Otot perut bak pahatan tercetak sempurna. Pun bagian yang paling membuat Da In semakin penasaran bagaimana wujud asli bagian itu. Dia dapat mengingat jelas betapa tidak masuk akal ukuran Taehyung yang menerobos masuk miliknya. Sesak, sakit dan nikmat bersamaan. Seingatnya milik Jungkook tidak sebesar milik Taehyung. Meski hanya di dalam mimpi, Da In berhasil merasa ngilu tiap kali membayangkan milik Taehyung yang mengoyak tubuhnya.
"Song intern, apa rapat pagi ini kurang menarik untukmu?" sindir Taehyung sukses membuat Da In kembali pada dunia nyata. Mengalihkan tatapan seduktif pada pusat Taehyung menuju netra pria itu. Pulpen yang semula digigit menjadi terlepas begitu saja.
Semoga saja tidak ada yang menyadari apa yang baru saja Da In lihat!
"Maaf, Direktur Kim. Saya hanya memikirkan konsep souvenir untuk acara peringatan galeri," sanggah Da In terdengar lancar sekali. Seperti baru saja tidak memikirkan hal lain.
"Baiklah. Kita akhiri pertemuan ini," ujar Direktur Kim sambil merapikan lembar proposal di meja, "Song intern, kau harus segera menyelesaikan proposalmu hari ini dan menyerahkan padaku secepatnya." Titah Taehyung tegas. Da In mengakui Taehyung benar-benar profesional dalam bekerja.
Ketukan langkah dari heels Da In terdengar begitu teratur. Membawa berkas di tangan berjalan lurus menyusuri lorong menuju ruangan Taehyung. Jeda beberapa sekon sebelum Da In melayangkan tangan pada pintu bertuliskan Head Office. Lantas seseorang dari dalam mempersilahkan Da In masuk. Hal pertama yang Da In tangkap saat masuk ke dalam adalah Kim Taehyung menyimpan bokong rapi di atas kursi. Kacamata bertengger apik pada pangkal hidungnya. Tampak serius membaca beberapa laporan di atas meja. Jujur, Taehyung terlihat lebih atraktif saat berurusan dengan pekerjaan.
Momen keheningan terjadi beberapa saat. Kesempatan bagi Da In memperhatikan Taehyung yang sedang khusyuk menyelesaikan bacaannya. Bagi Da In, Taehyung terlihat cukup manis seperti ini. Tidak ada tatapan tajam mengintimidasi. Tenang dan fokus pada suatu hal. Sisi lain dari seorang Kim Taehyung yang diam-diam membuat Da In tertarik.
"Sudah puas memperhatikanku?" suara berat Taehyung tiba-tiba saja mengudara. Berhasil membuat Da In terhenyak dan mengalihkan pandang.
Lantas mendengkus, Da In kembali menarik wajah memandang Taehyung yang sudah melepas kacamata. Menyodorkan map berwarna biru berisi proposal. "Aku belum menyelesaikannya. Tapi, karena kau menyuruhku kesini aku jadi mengerjakan terburu-buru," keluh Da In.
Pria Kim memusat atensi penuh pada wanita dihadapannya. Mengulas senyum simpul yang paling Da In benci, sebab ia tahu tiap kali Taehyung tersenyum demikian, akan ada hal yang tidak baik terjadi. "Aku memanggilmu bukan untuk itu, Song Da In," ujarnya kemudian melipat kedua tangan ke atas meja.
Lihatkan? Da In semakin yakin akan ada hal buruk setelah ini. Tatapan Taehyung kembali mengintimidasi. Mengubah atmosfer ruangan menjadi tegang dalam hitungan detik. Oh, apa ini soal Da In yang tidak begitu memperhatikan rapat pagi tadi?
"Apa kau tertarik dengan sesuatu pada diriku?" tanya Taehyung tanpa basa-basi. Tidak memberi kesempatan Da In untuk mencerna pertanyaan ambigunya, Taehyung kembali berucap dengan singkat, padat dan mengejutkan. "Aku melihatmu memperhatikan milikku selama rapat berlangsung."
Sial. Tepat sasaran. Da In menjadi tercekat dibuatnya. Tidak menjawab ataupun mengelak, Da In hanya memundurkan tubuh menjadi bersandar pada kursi. Terkesiap total dan salah tingkah karena Taehyung yang selalu gamblang. Tentu Da In sama sekali tidak memiliki jawaban atas pertanyaan Direktur itu. Akan memalukan jika Da In mengakui hal tersebut. Namun membantah pun akan percuma, sebab Taehyung sudah lebih dulu mengetahuinya.
"Apa kau penasaran bagaimana bentuknya?" tanya Taehyung lagi, nadanya seduktif dengan tatapan mematri pada hazel Da In.
Da In mengerjap pelan, "D-direktur Kim, kita sedang berada di tempat kerja. S-sebaiknya—"
Belum pungkas Da In berujar, Taehyung segera memotong kalimat Da In, "jadi kau ingin melihatnya di luar galeri? Tidak masalah."
"T-tidak!" sergah Da In tangkas, "bukan begitu maksudku. Kim Taehyung, aku tidak bermaksud melakukannya."
Taehyung mengangguk-angguk. Menegakkan punggung dan melipat tangan pada dada. Menatap pongah. "Baiklah. Kalau begitu kau kehilangan kesempatan."
Kedua alis Da In menukik. Percakapan dengan Taehyung selalu alot. Kim Taehyung terlalu abu-abu bagi Da In. Sulit dimengerti. "Kesempatan?"
Kembali Taehyung mendekatkan wajah. Kali ini merendahkan suaranya hingga terdengar lebih seperti berbisik, "ya. Kesempatan untuk melihat masterpiece yang bisa membuatmu menganga dan merasa ingin untuk menungganginya."
Da In meneguk ludah. Taehyung kelewat terang-terangan. Tidak sekalipun membiarkan Da In bernapas lega tiap kali mereka berbicara. Seharusnya Da In bisa menyangkal dan melayangkan kutukan pada Taehyung, tetapi yang terjadi malah terbungkam dan menelisik pada netra Taehyung.
"Kembalilah keruanganmu. Aku bisa gila jika terlalu lama berdua bersamamu disini," Taehyung berdecak frustasi. Sementara Da In bergeming ditempatnya. Memperhatikan Taehyung yang mengalihkan pandangan. Meraih proposal Da In dan membalik lembar demi lembar.
"Kim Taehyung," panggil Da In menatap lurus pada pria didepannya, "apa kau sedang berpikir untuk menyetubuhiku?"
Kelewat berani, Da In berusaha mengimbangi Taehyung. Berbicara terang-terangan tanpa berpikir lawan bicaranya akan merasa terkejut dengan lontaran kalimat yang terucap. Tidak peduli. Sedangkan Taehyung berhasil bungkam. Benar-benar terkesiap, namun tidak ditunjukkan. Susah payah menelan air liur dan menahan sesuatu dibalik celana dalam yang mulai terasa mengetat. Suara lembut Da In berbanding terbalik dengan hal yang diucapkan. Pun Taehyung berhasil terangsang.
Merasa tertantang, Taehyung menutup kembali map ditangannya. Mendominasi Da In hanya melalui tatapan tajam. Menurunkan dagu sambil mengulas senyum miring, "kau ingin mencobanya?" balas Taehyung pada akhirnya.
—
Aku upload jam segini. Biar jadi teman malam minggu. Jangan lupa vote, love<3
Aku juga upload chapter pertama Something's Gotta Give. Sebenarnya mau upload kalau sudah rame aja ceritanya. Tapi aku coba dulu, siapa tahu makin banyak yang minat sama cerita barunya. Vibesnya beda sama cerita ini ya. Lebih dark dan kompleks. Mending langsung dilihat sendiri, coba deh kalian baca juga. Siapa tau cocok;)

KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Right
Fiksi PenggemarMature Contents🔞 Mana yang lebih kau pilih? Tetangga tampan yang gila, atau kekasih seksi yang brengsek? -Make It Right- ©Casadelcisne, 2020 Story written in Bahasa Indonesia