15. Nikah Kontrak 2 (20+)

2.3K 116 3
                                    

Hallo balik lagi sama Arin buat yang gak suka silahkan pulang 😂
Budayakan vote sebelum membaca dan koment setelah membaca ya teman-teman
Terimakasih sebelumnya 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.

Disinilah Ilyana ia sedang menangis di kamar milik sahabatnya Arina Natasya atau yang kerap di sapa Arin.

"Udah sih ngga usah nangis." Dengus Arin yang sudah jengah menatap sahabatnya itu.

Sedari tadi Ilyana terus menangis meraung-raung. Ilyana merasa di khianati dan di hancurkan oleh Ali dan Chelsea. Apalagi saat ini Ilyana harus menerima fakta bahwa Maxime, kekasihnya tengah menghamili teman kuliahnya dan mereka terpaksa harus menikah. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah paribahsa yang tepat menggambarkan dirinya saat ini.

Menjadi janda di usia muda dan lebih parahnya sekrang ia juga di khianati oleh kekasihnya. Sungguh nasib yang sangat malang.

"Gua sebel Rin! Hiks hiks gua kesel.." Ilyana kembali meraung-raung bak orang kesetanan.

"Ya terus mau gimana udah terlanjur Ilyana! Mau lu nangis darah pun semua akan tetap sama saja, nasi sudah menjadi bubur. Menyesal saat ini sudah tak ada guna."

Ilyana menghela nafasnya kasar, "gua ngga mau cerai dari Ali!" Tukasnya penuh keyakinan sembari menyeka air matanya.

Arin nampak terkejut mendengar ucapan Ilyana, "maksut lu?" Arin menatap sahabatnya itu bingung. Bukankah ini yang Ilyana inginkan, bercerai dengan Ali. Namun, kenapa sahabatnya itu malah berkata demikian. Dasar wanita aneh.

"Nanti Ali ketawa dong kalo lihat gua di buang sama Maxime!" Ilyana mendengus sebal sembari memasukkan kripik singkong kedalam mulutnya.

Sedangkan di tempat Ali.

Ali tampak menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerjanya. Ali mengurut pangkal hidungnya pelan, jujur saat ini kepala Ali rasanya ingin meledak.

"Lu gila Li! Lu kenapa malah nyium gua sih! Dan sekarang lihat kesalah pahaman ini! Lu bawa-bawa gua dalam masalah rumah tangga kalian." Bentak Chelsea yang sudah melupakan sopan santunya dalam berkata kepada boss sekaligus sahabatnya itu. Chelsea tak perduli jika ada karyawan lain yang mengetahui dirinya tengah berkata tak sopan pada boss besar mereka. Namun yang Chelsea inginkan sekrang adalah meminta penjelasan pada Ali. Chelsea tak ingin di cap sebagai wanita murahan, perebut suami orang. Kerana faktanya Chelsea tak seperti itu.

"Bisa gasih Shea lu diem! Gua pusing." Ali mengacak rambutnya frustasi.

Chelsea mendengus kesal pada Ali, "Gimana gua bisa diem kalo lu ngelibatin gua dalam rumah tangga lu yang toxic itu!" Sarkas Chelsea pada Ali.

"Arghhh... " Ali  mengacak rambutnya frustasi. Seharusnya dulu memang ia tak menerima perjodohan gila itu.

Flash Back 2 tahun yang lalu.

"Apa Ma di jodohin? Ali gak mau," tukas Ali menolak mentah-mentah perjodohan yang di ajukan mamanya itu.

"Tapi sayang kamu harus mau ngga ada penolakan. Apalagi umur kamu kan juga udah mapan. Udah siap buat nikah, kamu mau nunggu apa lagi sayang?"

Ali menghela nafasnya kasar, "ma Ali ngga bisa, apalagi nikah sama orang yang ngga Ali cinta ma." Aki menatap sang mama sendu berharap ada rasa iba dari mamanya.

"Bisa pasti bisa, cinta bakalan tumbuh seiring jalannya waktu sayang," tukas Resi terus memaksa sang putra.

"Ma nikah itu hal yang sakral, sekali seumur hidup bukan buat mainan. Apalagi calon Ali anak di bawah umur ma, Ali ngga mau. Ali gak yakin bisa bimbing dia kalo umur kita aja terpaut sangat jauh. Ali pria dewasa Ma umur Ali 30 tahun sedangkan dia? Dia hanya gadis belia yang baru saja berulang tahun ke-17 Ma. Gimana bisa Ali nikah sama dia?"

Kumpulan Short Story - ALIANDO SYARIEF & PRILLY LATUCONSINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang