(Cerita ini mengandung adegan kekerasan)
Seorang gadis nerd yang suka dibully, disuruh-suruh, dihina, dianggap menjijikan dan sering dianggap kuman.
Namun, dia akan menjadi sangat mengerikan jika berada di dunia hitam. Dengan tatapan tajam dan ding...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy reading❤
~~~~~
"Jangan buat gue marah. Gue kejam jika membalas."
●
●
●
Melody berbalik,
Dor!
"Shh..." ringis Melody ketika lengannya terkena peluru. Melody melihat orang yang menembaknya sedang nyengir.
"Sorry, Dy. Enggak sengaja. Peluru gue meleset." Kata Mawar tanpa dosa.
"Hm." Melody berdehem pelan. Dia kembali melanjutkan mencari leader Black Does yang batang hidungnya belum nampak. Bersembunyi dimana leader pengecut itu?
Mawar mencebik kesal.
Padahal gue mau ikut. Ah! Gue ikutin diem-diem aja, lah!
Melody mencari ke semua ruangan tetap saja belum ketemu dengan leader Black Devil. Tak menyerah, Melody berjalan menuju ruang bawah tanah, tempat terakhir yang belum Ia cari.
Melody melihat sekeliling ruang bawah tanah yang kotor, bau busuk sangat menyengat indra penciumannya. Dengan mayat busuk ada di mana-mana. Berbeda sekali dengan ruang bawah tanah Black Devil yang bersih dan wangi.
Melody memasuki ruangan yang pencahayaannya sangat minim. Di dalam ruangan terdapat seorang Pria yang Ia cari-cari keberadaannya sedari tadi. Melody memiringkan kepalanya sambil menyeringai.
"Ketemu."
Melody semakin masuk kedalam, berhadapan langsung dengan Pria itu yang umurnya berbeda 5 tahun dengannya.
"Kita ketemu lagi, Melody." Ujar Pria itu, panggil saja Ia, Ridwan. Leader dari Mafia Black Does.
"Hm. Kita bertemu kembali dimana kematian akan menjemput lo."
Ridwan tersenyum meremehkan. "Lo salah. Lo yang bakal mati di pertemuan kita hari ini!" Dengan nada percaya diri.
Mawar yang sembunyi tak terlalu jauh, ingin sekali tertawa melihat kepercayaan diri Pria itu.
Belagu banget. Entar modyar nangis!
Melody menaikkan satu alisnya. "Kita liat, lo yang mati atau gue." Melody melemparkan Pistolnya kesembarangan arah. Begitu juga Ridwan.
"Gue sebenernya enggak mau bunuh lo. Kalau aja lo terima perasaan gue. Ini semua enggak bakal terjadi!"
"Ah.." Melody menatap remeh Ridwan. "Cowok kaya lo enggak pantes bersanding dengan gue. Bangun, Ridwan!"
