Prolog

2.5K 183 34
                                    

"Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu."

Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni.

***

Dersik angin menerpa tubuhku, terasa sejuk sekaligus hangat. Ya, karena memang saat ini musim gugur sedang terjadi, wajar saja.

"Mau ke mana?" tanya seseorang dengan sebelah tangannya sudah menahan pundakku yang saat ini hendak bangkit berdiri.

Kutolehkan wajahku ke arahnya dan kukecup pipi itu, "Mau ketemu Jisoo hihihi, bye bye," jawabku seraya pergi meninggalkan teman-temanku yang lainnya.

Langkah kakiku teramat ringan, seperti tak ada beban apapun. Apalagi kalau bukan karena rasa semangat yang bergejolak di dalam diriku.

Lelahku berganti dengan rasa senang yang teramat sangat, saat melihat tubuhnya sedang duduk dengan sebelah tangan memegang cangkir yang sudah bisa kutebak berisikan Macchiato Latte kesukaannya.

Senyum di wajahku tak bisa kusembunyikan lagi dan kulangkahkan kakiku dengan riang gembira memasuki cafe tersebut. Saat tubuhku sudah berada tepat di sampingnya, kurebut sesuatu hal yang sedang diperhatikannya itu, yang mana kadang-kadang berhasil membuatku cemburu.

Pandangan matanya mengikuti ke mana perginya handphone yang sudah berpindah tangan itu. Ia hanya bisa menggeleng pelan seraya melambaikan tangannya sebagai isyarat agar aku sedikit menundukkan tubuhku, "Nunduk," titahnya.

Cup.

"Sini handphonenya," ujarnya seraya menagih handphone miliknya agar segera dikembalikan.

Aku menggeleng seraya menunjuk pipi sebelah kiriku, "Satu lagi belum."

Cup.

"Tuh udah, siniin handphoneku!" Gadis dihadapanku mulai merajuk.

Lagi-lagi aku menggelengkan kepalaku, "Eum ... belum, ini, giliran ini," ujarku seraya menunjuk tepat di bibirku.

Cup.

"I love you," ujarnya pelan. Apa yang baru diperbuatnya membuat tubuhku mematung dan tak lama setelah itu sudut bibirnya terangkat, lalu menggoyang-goyangkan tangannya dihadapanku. Hal itu membuat kesadaranku terkumpul dengan penuh dan aku mulai menyadari sesuatu hal yang hilang dari genggamanku.

"Curang kamu, Chuuuuu!"

"Yang terpenting tugasku udah selesai," jawabnya dengan seringai penuh kepuasan.

"KURANG LAMA, JISOO!!!!!!"

***

TAKBER JISOO TAKBER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TAKBER JISOO TAKBER... CANTIK BANGET MOMMY. MOMMY CANTIK BANGET SI AH!!!!:(

24HRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang