20

486 65 13
                                    

Selamat Membaca

***

Dengkuran halus yang terdengar sangat manis dari mulut Soojung membuat senyumku sedikit mengembang di tengah pikiran yang sedang bersitegang. Perkataan Soojung sangat mengganggu perasaanku, segala kemungkinan sudah masuk dalam list cocoklogi tapi tak ada titik terang sedikitpun.

"Mommy ngomong apa sih sampe kamu kaya tadi?" gumamku pelan dengan kepala Soojung yang sudah berhasil kukecup.

Tak ada manusia di muka bumi ini yang dapat berhasil mengambil seluruh hatiku selain Soojung. Dan, permintaannya untuk melakukan kencan dengan idol lain adalah satu permintaan tersulit yang tak akan pernah bisa aku kabulkan. Bagaimana bisa ketika hatiku tertanam dalam untuknya, tapi ragaku harus sedikit bermurah hati memberikan skinship pada seseorang yang berhasil menjamah hatiku barang secuilpun tidak, itu adalah tindak kejahatan dalam urusan percintaan karena sudah mempermainkan seseorang demi kepentingan diri sendiri, dan itu sangat murahan.

Apakah Soojung ingin aku bertingkah murahan seperti itu?

Aku sangat dan teramat sangat memahami, dibalik ia ingin merasakan-keadilan-karena Soojung-pun terjebak di dalamnya, atau memang mungkin ada maksud lain, atau bahkan hasutan dari oranglain. Aku tahu Soojung melebihi siapapun, bahkan jika bisa kujelaskan, aku hafal warna dalaman setiap hari yang dia pakaian, karena Soojung adalah orang yang sangat teratur.

Jauh dari Soojung adalah mimpi buruk, dan menjalin hubungan dengan seseorang selain Soojung adalah akhir dunia untukku. Aku mencintai Soojung bukan semata-mata karena dia cantik, kaya, atau yang lainnya. Melainkan karena Soojung adalah orang pertama yang mengajarkan apa itu kasih sayang, perhatian, dan cinta. Soojung kecil memang tak pernah ada pikiran untuk menjatuhkan hati padaku, atau mungkin saat inipun ia masih ragu-ragu, aku tahu itu. Tapi, seiring berjalannya waktu ia tak bisa mengendalikan kapal yang ia tumpangi, nahkoda itu goyah diterjang ombak perasaanku yang bergemuruh hebat.

Satu-satunya yang kupunya adalah Soojung, walau aku tahu sampai akhirpun aku dan dia tak akan pernah bisa bersama sebagaimana mestinya perasaanku inginkan. Tembok dibelakangku, dan dibelakang Soojung teramat kokoh untuk dihantam oleh tubuh kami yang sudah remuk digerus perasaan kalut masing-masing. Dan, ini adalah alasan mengapa Soojung tak menginginkan ikatan yang jelas diantara kami, ia takut jika suatu saat tembok itu akan menimpa kami, menghimpit, hingga tak bisa meronta.

Soojung adalah ketidakmungkinan yang aku percayai akan menjadi mungkin. Walau aku dengan sadar tahu bahwa sampai kapanpun memang ia tak akan pernah bisa menjadi mungkin. Tapi, Tuhan, andai hati ini bisa sedikit mengeluh mengenai percintaan yang begitu rumit. Kenapa? Kenapa harus aku dan Soojung yang begini?

"Kalau bukan Soojung, mau siapa lagi?" gumamku dengan kedua mata yang sudah terpejam. Kedua tanganku memeluk tubuh Soojung erat seakan aku tak ingin membiarkan dirinya terlepas dari pelukanku. Ya, biarkan saja, selagi semuanya masih bisa diredam akan aku redam, selagi semuanya masih belum terbongkar aku akan terus menikmati moment ini, bersama Soojungku tersayang.

Erangan dan rentangan tangan membangunkanku, Soojung dengan senyum lebar di wajahnya mengecup pipiku, "Morning sayang." Dan setelah itu ia bangkit mendudukan dirinya di tepi tempat tidur, dan kembali melihat ke arahku dengan sisa senyum di wajahnya saat tahu lenganku sudah penuh dengan jejak rambut miliknya.

"Pegel, ya?"

"Pegel lah ampun," jawabku seraya mengubah posisi tidur menjadi memunggunginya dengan boneka pemberianku dulu yang kujadikan bantal guling.

Soojung menarik tubuhku menjadi terlentang, ia dengan sekuat tenaga menarik boneka itu dari pelukanku, "Kamu ilerin boneka ini, abis lehermu kutebas!" pekiknya dengan kedua mata melotot.

24HRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang