14

637 73 13
                                    

Selamat Membaca

***

"Tuhan tau apa yang terbaik. Ketika ia menghadirkan cinta lalu cinta itu menyakiti keduanya. Pada dasarnya, ia sedang mengajarkan sesuatu hal. Bahwa pengorbanan terbesar dalam mencintai adalah melepaskan," gumam Krystal membaca bait dari buku yang tadi siang Jisoo baca.

"Layaknya kisah Radha dan Krishna?" tanya Krystal kepada Jisoo yang sedari tadi memandang wajah samping kekasihnya dengan senyum di wajah.

Jisoo mengangguk pelan, lalu mulai mengangkat kepalanya dari atas bantal, "Radha dan Krishna hadir untuk mengajarkan cinta ke dunia ini. Fakta bahwa mereka tidak berakhir bahagia sebagai sepasang kekasih di bumi, mengajarkan bahwa pengorbanan terindah dari cinta adalah keikhlasan dan kelapangan hati," ujar Jisoo dengan sebelah tangannya meraih buku itu lalu meletakannya di atas meja.

Krystal mengerutkan dahinya, "Kalo gitu, berarti sia-sia dong?"

"Sia-sia gimana, sayang?"

"Karena cinta harus diperjuangankan. Karena cinta harus butuh kejelasan. Betulkan?"

Jisoo mengangguk pelan, "Betul. Tapi, bagaimana jika semesta tak mengizinkan untuk bersama? Bagaimana jika Tuhan berkehendak lain? Simplenya begini, sayang...

...Tidak semua cinta, perasaan, dan hati berpulang pada pemiliknya. Tidak semua cinta berlabuh dengan indah ditempat yang diinginkan. Ada kalanya mereka harus berpetualang lagi, mencari lagi, hingga pada akhirnya ia menemukan tempat yang layak, menurut kehendak semesta tentunya. Daya dan upaya manusia tak bisa berbuat banyak akan hal itu, kan? Harapan terlalu lemah jika dijadikan pacuan, terlalu samar, dan mudah sirna...

...Dan juga, dalam prinsip percintaan. Tidak ada kata kesia-siaan jika kedua belahpikah saling mencintai. Itu hanya masalah takdir, berharap dikehidupan berikutnya bisa dipertemukan lagi dengan takdir yang jauh lebih baik. Takdir yang menyatukan kedua belahpihak tanpa bisa dipisahkan oleh siapapun. Ibaratnya, walau dunia menentang jika takdir berkata lain, mereka bisa apa, kan?

Krystal terdiam, ia memandang sendu ke arah Jisoo yang masih mengembangkan senyumnya. Dia paham maksud dari setiap kata yang diucapkan gadis pecinta chikin ini, "Kita juga?"

"Iya."

"Tapi, kan...?"

"Tolong jangan salah paham, sayang. Bukan berarti aku menyerah, ya. Tapi, jikalau memang begitu takdirnya, aku hanya ingin menjadi seperti Radha dan Krishna, tidak bisa bersama tapi hati dan jiwanya menyatu...

...Radha adalah Krishna, dan Krishna adalah Radha. Sumber kekuatan Krishna adalah Radha, dan Radha adalah penyempurna Krishna...

...Sama seperti kita. Soojung adalah Jisoo, dan Jisoo adalah Soojung. Sumber kebahagiaan Jisoo adalah Soojung, dan sumber kepercayaan diri Soojung adalah Jisoo, betul?" ujar Jisoo dengan senyum khas miliknya.

Krystal lagi-lagi terdiam. Hatinya dibuat tak karuan. Pembahasan saat ini terlalu berat untuknya, bukan karena ia tidak mengerti, melainkan ia takut. Takut Jisoonya suatu saat nanti akan pergi, atau dirinya yang akan pergi. Hanya ada dua pilihan tersebut, jika menelisik lagi, tak ada pilihan untuk 'bertahan', ini benar-benar tidak adil.

"Kok diem?" tanya Jisoo dengan mengusap punggung tangan Kekasihnya.

Krystal menggeleng dengan menghela napas, "Kita bahas yang lain aja, bisa?" pinta Krystal dengan tatapan sendu.

Jisoo mengangguk, "Maaf, ya...

...Tapi, lambat laun kita memang perlu membahas ini. Membahas bagaimana kita ke depannya."

24HRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang