10

731 101 5
                                    

Selamat Membaca

***

Setelah terjadi drama di depan asrama beberapa saat yang lalu, Jisoo mengajak Krystal untuk menghangatkan tubuh di dalam kamarnya. Krystal mengedarkan pandangan kesegala sudut ruangan yang mana sepertinya Jisoo tak pernah membersihkannya.

"Chu, debunya banyak gini, apa pernapasanmu baik-baik aja?" tanya Krystal setelah jarinya mengusap lemari buku yang terletak tak jauh dari posisinya berada.

Jisoo menggeleng dengan kedua tangan membawa cangkir berisikan coklat hangat, "Baik-baik aja kok. Biasanya ada cleaning service yang bersihin, tapi akhir-akhir ini dia ga masuk...

...nih," seraya Jisoo menyerahkan coklat panas itu kepada Krystal.

Sinar rembulan menemani keheningan yang terjadi diantara mereka berdua. Dengan coklat panas ditangan masing-masing, dan tatapan yang tak bisa fokus menatap pada satu titik, membuat mereka semakin dirundung kecanggungan.

"Duh, kok panas banget, ya," gumam Jisoo pelan dengan pandangan matanya melirik Krystal dari ujung matanya hingga membuat Krystal mengembangkan senyumnya dengan malu-malu.

Krystal berdehem, "Dingin kok. Panas dari mananya," timpalnya dengan tertawa pelan, lalu pergi berjalan mendekat ke arah sofa.

Jisoo menggaruk-garuk tengguknya yang tidak gatal itu. Lalu mengubah posisinya dengan mengikuti ke mana tubuh Krystal bergerak. Dengan anggunnya, gadis dengan rambut panjang lurus itu menyesap coklat hangatnya, lalu menyimpan cangkir itu di atas meja. Untuk beberapa saat Jisoo terpana, setiap gerak-gerik yang diciptakan oleh sang empunya ini membuat Jisoo mati kutu.

"Kamu kurusan, ya?" ucap Jisoo dengan sebelah tangannya mencubit pipi Krystal pelan.

Krystal menggeleng, ia tak marah akan apa yang dilakukan Jisoo pada pipinya itu, "Engga tau juga sih. Emang keliatannya kurusan, ya?"

"Huum. Makan dong."

Lagi-lagi Krystal menggeleng, "Engga ah. Udah malem, ditambah engga laper juga."

Kruyuk...

Tampaknya antara perkataan dan kenyataan tidak berjalan sesuai keinginanya. Mulut dan perut tak bisa diajak kompromi, dan hal itu tentu membuat Krystal malu setengah mati.

Jisoo menggeleng dengan sebelah tangannya yang lain mencubit pipi Krystal yang masih kosong, lalu semakin mencubit kedua pipi itu dengan gemas, "Tuhkan... sok-sokan bilang ga laper. Mulutmu tuh harus disumpel ya, biar ga bohong terus!"

"Aish, kapan aku bohong sama kamu si, Chu? Lagian ini sakit sayang ih," keluh Krystal dengan melepaskan tangan Jisoo dari pipinya dengan paksa, lalu mengusap bekas cubitan yang Jisoo tinggalkan di sana.

"Sayang, sayang. Enak aja. Nyonya!" timpal Jisoo dengan membuat pandangan matanya ke arah lain, membuat Krystal hanya bisa termangu tak percaya akan balasan dari Jisoo.

Krystal berdecak dengan menganggukkan kepalanya pelan, "Oh, gitu? Sekarang kamu mau pake kata-kataku ya?"

Jisoo memalingkan wajahnya dengan kedua alis yang saling menaut, "Hah?"

"Iya nyonya besar. Puas?"

"Ih apaan, kok kamu jutek gitu?"

"Loh, yang duluan jutek siapa?"

"Oh, mau balas dendam nih?" tanya Jisoo dengan dagu yang terangkat ke atas.

Melihat hal itu Krystal hanya bisa berdecak pelan, sungguh pertengkaran yang tidak berguna, pikirnya.

24HRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang