06

660 114 4
                                    

Selamat Membaca

***

Krystal yang saat ini sedang duduk di bangku belakang, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sungguh ia tak bisa memahami maksud dari Jisoo yang tiba-tiba seperti itu. Bagaiman bisa Jisoo bersikap begitu tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Walau sebenarnya diantara mereka tidak ada ikatan status hubungan yang jelas, tapi Krystal menginginkan Jisoo bereaksi lain, ia ingin Jisoo melarangnya. Gadis itu berhak marah padanya.

Ya, Jisoo selama ini selalu memanggil Krystal 'sayang' dan menganggapnya sebagai 'pacar' hingga Krystal terbiasa. Entah siapa yang kejam, tapi keduanya menikmati hal ini. Padahal ada seseorang yang berharap lebih, dan ada seseorang lainnya yang berusaha menjaga harapan itu. Walau semuanya akan sia-sia, mereka berdua tetap bertumpu pada harapan yang mereka buat masing-masing.

Berperan sebagai kekasih Jisoo sungguh membuatnya gelap mata. Krystal melihat ke arah handphonenya, yang mana banyak sekali pesan masuk, tapi terasa kosong. Karena tak ada Jisoo yang mencarinya. Krystal tau, Jisoo tak akan lama marah padanya. Lagi-lagi, ia memupuk harapan baru dalam hatinya, bahwa Jisoo akan kembali lagi seperti sebelum-sebelumnya.

"Iya, kita cuma butuh waktu," gumamnya pelan, lalu menyimpan handphone itu di atas pahanya dan mengedarkan pandangan matanya ke arah luar jendela dengan senyum tipis terlukis di wajah.

Sesampainya Krystal di rumah, ia melihat ke arah rumah Jisoo. Belum terlihat penampakan mobil yang tadi pagi digunakan Jisoo terparkir di halaman rumahnya.

"Udahlah," gumamnya lalu melangkahkan kaki memasuki rumah.

Hampa.

Hanya ada dirinya seorang diri di dalam rumah, sang kakak sedang melakukan pemotretan di Paris. Sedangkan kedua orangtuanya memang sudah lama menetap di Amerika. Biasanya Jisoo akan menemaninya sampai sang kakak pulang. Menghabiskan sisa malam berdua, dengan melakukan apa saja yang membuat jantung berdebar, dan kebahagiaan menjalar disetiap sudutnya. Tapi sepertinya malam ini, ia akan menikmati sunyi senyapnya suasana seorang diri.

Tubuhnya lelah, pikirannya juga lelah, tapi hatinya jauh lebih lelah lagi. Krystal memutuskan untuk berbaring di atas tempat tidur. Ia tak perduli dengan rambutnya yang masih basah karena beberapa saat yang lalu ia baru saja selesai melakukan aktivitas bersih-bersihnya di kamar mandi. Lagi-lagi, tangannya meraih handphone yang entah ini sudah keberapa kalinya, tapi belum ada juga pesan masuk dari Jisoo. Ia kesal, rasanya saat ini Krystal ingin mencurahkan segala beban dipundaknya dengan memeluk tubuh Jisoo hingga tertidur dipelukannya.

Krystal membutuhkan Jisoonya.
Krystal merindukan Jisoonya.
Tapi?
Krystal tak bisa berbuat apapun.
Ia bingung, harus memulai dari mana. Apa yang bisa membuat seorang Jisoo luluh?
Bodoh.
Bahkan dia tak mengetahuinya. Sebab apa? Sebab selama ini, Jisoo yang banyak mengalah.

"Soo-yaaaaa," teriaknya memanggil Jisoo dengan wajahnya sudah tenggelam di boneka kesayangannya. Boneka pemberian Jisoo dulu.

***

Setelah kepergian Krystal, Jisoo berusaha bangkit berdiri dan berjalan kembali ke ruang latihannya. Lisa menatap bingung ke arah Jisoo yang saat ini berbeda dari sebelumnya.

"Tadi Jisoo abis ketemu siapa?" tanya Lisa dengan menyenggol Jennie yang saat ini sedang asik mendengarkan lagu bersama dengan Chaeyoung.

Jennie melepas earphonenya, lalu ikut memandang ke arah Jisoo, "Tadi 'kan ada kak Ital di bawah. Gue kasih tau itu makanya Jisoo langsung turun. Emang lo ga liat?"

Lisa menggeleng, "Engga."

Jisoo mulai berkemas, membereskan beberapa barang bawaannya yang tergeletak di lantai. Dengan raut wajahnya yang sedikit kusut, ia berjalan meninggalkan Jennie, Lisa, dan Chaeyoung begitu saja.

24HRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang