Selamat Membaca
***
Sesampainya di apartment Lisa, pemandangan pertama yang ia lihat adalah Chaeyoung dan Lisa yang duduk di sofa ruang tamu. Tak ada penampakan Jennie sejauh mata Jisoo memandang. Langkahnya mendekat ke arah dua sahabatnya ini, ia tepuk pundak Chaeyoung dan duduk tepat diantara mereka berdua.
"Astaga, Chu. Sofa tuh masih luas, kenapa milih nyempil di sini si?" celetuk Lisa dengan sedikit menggeser posisinya memberikan ruang untuk Jisoo duduk.
Jisoo menggeleng dengan telunjuk berada di atas bibir Lisa, "Shut up, girl! Jennie mana?" tanyanya dengan kembali mengedarkan pandangannya ke segala arah.
Chaeyoung menunjuk salah satu pintu kamar dengan dagunya, "Di dalem situ tuh. Lo bujuk sana, kita udah gantian bujuk Jennie buat keluar tapi dia enggak mau," ujar Chaeyoung seraya diikuti anggukan setuju dari Lisa.
Jisoo terdiam sejenak dengan kepala yang terus berpikir, "Jennie pasti butuh waktu sendiri, kan? Tapi, kalo enggak ditemenin sama sekali malah bahaya. Aduh, pagi-pagi otakku ngebul banget ya Tuhan," gumam Jisoo dalam hati dengan raut wajah meringis.
"Kenapa lo?" tanya Chaeyoung dengan menyenggol lengan Jisoo.
Lisa mengangguk, "Iya, lo kenapa si? Lo mikirin apa, Chu?" tanya Lisa juga dengan raut wajah penasaran.
Jisoo menghembuskan napasnya pelan dengan menggelengkan kepalanya. Lalu, ia bangkit dari duduknya dengan pandangan mata lurus ke arah pintu di mana ada Jennie di dalamnya. Tubuh Jisoo memutar menghadap kedua sahabatnya yang menatapnya penuh dengan harapan, "Bisa, ya? Semangat!" celetuk Jisoo dengan kedua tangannya menggenggam sebelah tangan Chaeyoung dan sebelah lagi tangan Lisa.
Chaeyoung dan Lisa membalas genggaman tangan itu bentuk dukungan untuk Jisoo, "Iya, bisa. Semangat, Chu!" seru mereka berdua penuh harap.
Jisoo mengangguk dan mulai melepaskan genggaman tangan itu. Ia mulai berjalan mendekat ke arah pintu kamar dengan jatung yang berdetak kencang. Ada rasa gugup yang bersarang di dalam dirinya, Jisoo berpikir ada satu sisi di mana ini bukanlah ranahnya untuk masuk dan membujuk Jennie karena ia tau di saat-saat seperti ini pasti Jennie membutuhkan ruang untuk menenangkan dirinya sendiri. Di sisi lain, sebagai seorang sahabat, Jisoo tidak bisa tinggal diam dengan berduduk manis menunggu Jennie keluar dengan keinginannya sendiri, bagaimanapun masalah ini harus dibicarakan agar menemukan titik temu.
Tuk tuk tuk.
Jisoo mengetuk pintu itu tiga kali, "Jenn? Gue masuk, ya?" ujarnya dengan sebelah tangan sudah mulai membuka pintu.
Pandangan mata Jisoo seketika buram. Apa yang dilihatnya saat ini, seperti memutar kembali ingatan terdahulunya. Bahwa Jisoo seperti sedang melihat dirinya sendiri di masa lalu, di mana kabar kencan Krystal dan Kai terendus oleh publik. Hatinya seketika sesak, melihat punggung Jennie dan rambut berantakannya membuat hatinya semakin tersayat-sayat. Kesedihan itu bisa Jisoo rasakan walau Jennie belum berucap satu katapun padanya.
Rintihan demi rintihan, isakan demi isakan memekakan telinga Jisoo. Ia tak sanggup lagi, tapi Jennie butuh dukungan dari mereka sahabatnya.
Jisoo lagi-lagi berusaha menguatkan dirinya sendiri, beberapa kali juga ia mencoba menghembuskan napasnya untuk sekadar mengatur detak jantungnya.
Setelah dirasa siap, Jisoo mehampiri Jennie yang terduduk di bawah lantai dengan punggung yang menyandar di tempat tidur. Melihat langsung kondisi Jennie membuat lutut Jisoo lemas, ia terduduk tepat dihadapan Jennie. Jisoo bergegas mengatur raut wajahnya agar Jennie tak melihatnya.
"Jenn?" panggil Jisoo pelan dengan merengkuh tubuh Jennie ke dalam pelukannya.
Jennie membenamkan wajahnya di bahu Jisoo dan membalas pelukan Jisoo dengan lemas, "Chu, Tzuyu ... hiks," ujar Jennie pelan dengan isak tangin yang masih terdengar jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
24HRS
FanfictionJika Tuhan bisa menambah waktu, aku ingin menikmati waktu denganmu lebih banyak daripada 24jam dalam sehari. Cerita asli : babyccima Tanggal pembuatan : 22 September 2020