Selamat Membaca
***
Beberapa hal terjadi di muka bumi ini sering dikaitkan dengan kata kebetulan, padahal semua itu adalah takdir. Ya karena memang Tuhan tidak menciptakan sesuatu hal secara kebetulan, melainkan karena memang sudah ditakdirkan.
Seperti halnya jatuh cinta.
Tuhan menciptakan manusia bukan sebelas-duabelas, melainkan Miliaran, itupun benih-benih yang sudah dibuat belum masuk dalam hitungan. Bayangkan, dari sekian banyak manusia di muka bumi. Aku? Harus menjatuhkan hati pada satu makhluk ciptaan Tuhan seperti dia? Dia yang saat ini sedang berdiri dengan pandangan fokus ke arah handphone dan kaki yang tidak mau diam, bergerak seolah-olah sedang menendang batu kerikil.
"Chu ... lama, ya?" tanyaku dengan tubuh yang sengaja kucondongkan ke arahnya dan kedua tangan memegang tali tas ranselku.
Gadis cantik yang baru saja kupanggil dengan sebutan 'Chu' itu memandangku dengan senyum tipis di wajahnya, "Untung aku sabar. Ayo, pulang," ajaknya seraya mengusap kepalaku pelan lalu menggenggam tanganku.
Kami berdua berjalan dengan tangan yang berayun. Rasa senang berhasil membuat senyum di wajahku rasanya tak pernah mau berhenti.
"Chu?" panggilku tiba-tiba.
"Eum?" balasnya dengan pandangan lurus ke arah handphonenya.
Kulepas genggaman tanganku, tapi gadis ini langsung menariknya kembali, "Jangan jauh-jauh, ah!" ujarnya seraya memasukkan genggaman tangan kami yang sedang menaut ke dalam jaket hoodienya.
"Liat sini dong. Ada apa sih? Chu, kamu 'kan tau aku paling ga suka kalo dicuekin!" ucapku seraya memasang wajah cemberut.
Gadis cantik di sampingku ini menyunggingkan senyumnya, lalu menyerahkan handphonenya kepadaku, "Nih."
"Ngapain? Aku ga butuh handphone. Bekas kamu lagi, kalo baru sih aku bisa pikir-pikir dulu."
"Siapa juga yang mau kasih handphoneku ke kamu sih?" jawabnya dengan terkekeh dan kepala yang menggeleng pelan.
"Itu, itu, maksudnya apa coba?" tanyaku seraya menunjuk arah handphone yang masih ia sodorkan padaku.
Ia tergelak dengan kini langkah kakinya ia hentikan, membuat langkah kakiku juga ikut terhenti, "Ini aku kasih handphoneku, biar kamu yang simpan. Bukan berarti ini buat kamu, ya. Enak aja bekas, kamu tau 'kan aku baru beli sebulan yang lalu!"
"Iya iya iya iya nyonya!" balasku dengan raut wajah malas.
"Tadi kamu mau ngomong apa?" tanyanya dengan tubuh condong ke depan dan kepala yang menoleh ke arahku yang kini sedang mencoba untuk memandang ke arah lain.
"Ga tau, keburu lupa."
"Ngambekan!" ledeknya dengan mengacak-acak rambutku.
"KIM JISOO!!!!!!" teriakku dan langsung menghujaninya dengan pukulan di bagian lengannya. Entahlah, sepertinya hal ini menyenangkan untuk sang pelaku sampai-sampai ia tergelak.
Jisoo menahan tanganku dengan sisa-sisa tawanya, "Sakit sayang."
"Sayang, sayang, panggil Nyonya!"
"Kamu sebenernya siapa sih? Majikanku? Terus aku pembantu?" tanyanya dengan raut wajah sedih.
Melihat hal itu membuatku sedikit luluh dan merasa gemas akan tingkahnya, "Eum ... engga, eum ... itu, nanti aku kalo udah punya anak mau dipanggil Nyonya. Iya itu maksudnya," jawabku dengan asal.
"Oh, jadi nanti kalo anakmu pup tinggal teriak, 'Nyonya, dedek pup!', gitu?" tanyanya.
"Eum ... engga juga sih. Ya pokoknya nanti kalo dia minta uang, ga langsung aku kasih. Aku suruh-suruh dulu sampe dia bilang 'Iya, Nyonya', hehehe," jawabku dengan seringai di wajahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
24HRS
FanfictionJika Tuhan bisa menambah waktu, aku ingin menikmati waktu denganmu lebih banyak daripada 24jam dalam sehari. Cerita asli : babyccima Tanggal pembuatan : 22 September 2020