21

755 77 20
                                    

Selamat Membaca

***

Tak ada kebahagiaan yang mutlak di dunia ini. Kalimat tersebut berputar di kepalaku terus menerus bercampur aduk dengan pikiran lainnya yang membuat kepalaku semakin pusing. Sedari awal harusnya aku tahu, bahwa bagaimanapun semesta tidak akan pernah ada dipihakku. Walau, Soojung sebenernya memilihku.

Kanal berita online seharian penuh membicarakan kepergian Krystal Jung bersama Kai EXO dalam rangka pemotretan salah satu majalah ternama dunia. Dan brengseknya, Soojung dengan santai berjalan dengan sebelah tangannya berada di dalam genggaman lelaki tersebut. Aku bukan hanya sekadar marah, tapi ingin murka dan menghancurkan jagat raya. Tapi, lagi-lagi aku sadar akan posisiku di dunia ini bahwa aku tak lebih dari sekadar debu di udara yang tak ada artinya apa-apa.

Dilihat dari segi manapun, seorang Krystal Jung yang orang pikir berpacaran dengan Jongin memang terlihat serasi. Pantas saja begitu banyaknya yang mengelu-elukan mereka berdua dan mendo'akan agar mereka langgeng hingga jenjang pernikahan. Padahal dibalik do'a-do'a baik yang tak akan pernah ada satupun yang ikut ku-Aamiin-kan ada perasaan seseorang yang terkoyak habis-habisan.

Kekasihku digondol lelaki berbadan kotak-kotak.

Kuhempaskan tubuhku ke atas tempat tidur dengan handphone yang masih terus kumainkan. Tiba-tiba fokusku teralihkan saat benda yang sedang kugenggam berpindah tangan pada seseorang yang kini sudah berdiri dihadapanku.

"Bertamu pagi-pagi, bangunin orang yang lagi enak-enak ndusel, tapi kerjaannya malah diem terus rebahan di kamar. Mending susul aja ke Amerika, please jangan kaya orang susah dong!"  keluhnya dengan kedua tangannya sudah terlipat di atas perut.

Aku mengubah posisi tidurku menjadi menyamping dan memunggunginya, lalu meraih bantal untuk dijadikan sebagai sesuatu hal yang bisa kupeluk, "Ya mana gue tau kalo Tzuyu lagi nginep di sini!" tukasku dengan wajah yang hampir tenggelam di dalam bantal.

Jennie duduk disebelahku, ia mengusap dan menepuk pundak beberapa kali, "Jangan diem aja kaya orang bego, Chu. Jangan kaya gue yang apa-apa selalu Tzuyu yang bergerak demi hubungan ini. Kalo kak Ital emang enggak bergerak, seenggaknya lo yang berusaha. Gimanapun biar semuanya berjalan lancar harus ada yang ngalah!"

"Gue harus kaya orang tolol nyusul dia ke sana? Jenn, gue bisa apa kalo mereka mau ketemu sama orangtua Soojung? Kalo emang Soojung mikirin perasaan gue, dia enggak bakalan nge-iya-in pertanyaan gue soal hal itu!"

"Ya terus ngapain galau di rumah orang?"

"JENNIE BANGSAT!!!!!!" teriakku dengan tubuh yang sudah memutar berhadapan padanya dengan raut wajah seolah-olah sedang menangis.

Terlihat pergerakan dari arah sofa, Tzuyu berjalan mendekat ke arahku dan Jennie yang saat ini sedang baku hantam seperti anak kecil. Jennie menyadari kehadiran kekasihnya, kedua manusia ini terlihat manis saat bersama, tatapan mata hangat yang diberikan Tzuyu dan balasan manja dari Jennie sungguh menjadi pemandangan yang menggelikan untuk kuakui bahwa mereka penuh dengan perasaan cinta. Dan, alangkah brengseknya hal itu mereka pertontonkan dihadapan seseorang yang sedang patah hati, sialan.

"Hih, jangan sok romantis depan gue deh!" tukasku dengan kini sudah memalingkan wajah ke arah lain.

Tzuyu menyodorkan sebelah tangannya yang kini sedang kupandangi dengan raut wajah bingung, "Bangun dulu, Chu," ujarnya lembut. Aku menerima bantuan itu dan kembali mendudukan tubuhku disebelah Jennie sedangkan Tzuyu masih berdiri dihadapanku.

Kedua mataku membelalak lebar, memandang Jennie dan Tzuyu secara bergantian saat Tzuyu memilih berjongkok dihadapanku sedangkan Jennie hanya tersenyum seraya mengangguk, seakan ia mengerti dan memahami kebingungan yang sedang melandaku.

24HRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang