"Udah, jangan nangis terus. Emangnya air mata lo itu bisa diisi ulang kayak air galon?"
Macaronia terkekeh namun masih mengusap air matanya dengan sapu tangan krem tadi. Setidaknya dia masih bisa tertawa saat ini karena lawakan dari teman barunya (lagi) ini.
"Apaan, sih, Bang Sen, lawak mulu dari tadi."
Tertebak, dengan melihat muka Shandy saja dapat membuat siapa pun tertawa, tak terkecuali Macaronia. Ternyata Shandy adalah gudang jokes yang receh namun tetap saja lucu. Entah mengapa, mungkin memang bawaan dari lahir sudah jadi duta komedi.
Shandy menyodorkan suatu barang lagi. Lollipop berbentuk hati, tak lupa warna pelangi. Macaronia terperangah, Shandy pikir dia ini anak umur lima tahun? Lollipop untuk apa?
"Ini apa?"
Shandy menggaruk kepalanya. "Ya lollipop lah, lo nggak lihat ini bentuknya permen lollipop yang dijual mamang-mamang itu loh!"
Ya bener juga, sih. Batin Macaronia yang berkecamuk ingin menerkam Shandy saat ini juga.
Macaronia menggeleng gemas, ucapan Shandy tidak menjelaskan pertanyaannya sama sekali. "Ih maksudnya buat apa?"
"Ya dimakan, Neng."
Oke lah. Macaronia menyerah berdebat dengan seorang Sandy Maulana S. E. si akang lawak ini. Merebut lollipop dari tangan Shandy dan mengulumnya. Macaronia menatap Shandy dengan tatapan yang sulit diartikan, entah gemas atau jengkel, matanya terlihat sinis.
"Santai bu bos, saya cuma bercanda lho tadi, slow!"
Macaronia baru teringat, mengapa Shandy bisa tahu kalau dia berkuliah di sini dan ada apa urusan dia dengannya sampai-sampai bersusah payah ke sini? Dunia itu berkaitan, tapi semua alurnya yang putus-putus. Dan … Macaronia benci teka-teki dunia.
"Bang Sen ...."
Shandy hanya berdeham sembari memainkan rambutnya, sesekali meniup poni yang sudah cukup menutupi dahinya itu.
"Ngapain, sih, ke sini? Disuruh Fenly?" ucapnya to the point. Sudah menjadi kebiasaannya blak-blakan.
"Dih, kok pede!"
"Ya terus apa?"
Shandy membenarkan posisi duduknya. "Main sama temen-temen gue, yuk!" ajak Shandy yang mengabaikan pertanyaan Macaronia.
Mata Macaronia membulat. Wah sangat random sekali pikiran orang ini. Baru kenal langsung suka ajak-ajak seperti ini. Tapi, jika dilihat memang Shandy orang yang baik dan tidak mencurigakan.
Macaronia tertawa pelan. "Emangnya lo punya temen, Bang, hahahaha …."
"Heh, nggak ada yang lucu, ya. Di sini yang boleh lucu cuma gue. Titik, nggak pake tanda koma apalagi tanda tangan, soalnya tanda tangan gue mahal!"
Macaronia berdecih, harus sabar harus sabar, spesies seperti Shandy memang kudu ditangani dengan ahli dan juru kunci yang tepat. Tapi masalahnya bukan dia ahlinya.
"Gimana?"
Permen lollipopnya lagi-lagi gadis itu kulum. "Hah? Apanya?"
Macaronia berhenti sebentar, lalu seperti mendapatkan ingatan langka. "Oh, permennya? Enak, kok! Manis kayak gue, makasih, ya!"
Raut muka Shandy langsung berubah asem. "Kok permennya! Gini nih kalo kuliah kebanyakan madol!"
Cowok berponi itu menyentil dahi Macaronia, sedikit gemas dengan pikiran acak dari gadis di sampingnya ini. "Gimana? Mau ikut main nggak sama gue? Asik loh!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]
Fanfiction[58/58] - romansa; angst; drama MEMPLAGIAT = MENYONTEK MENYONTEK = DOSA Tolong hargai tulisan orang lain dengan tidak menjiplak bagian-bagian cerita baik banyak maupun sedikit. Terima kasih. ❝Berawal dari masa lalu, kisah kita ternyata berlanjut hin...