Masih diam. Ketiga laki-laki di sekitar Macaronia masih menagih jawaban dari mulutnya. Rasa penasarannya lebih besar daripada niatnya untuk meminum kopi dingin yang sudah mulai berembun pada gelas masing-masing.
Lovanoga memindahkan posisi duduknya menyamping, menatap adiknya lekat. "Lo belom jawab pertanyaan Fiki, tuh! Lo kenal?"
Jantung perempuan ini semakin berdetak kencang seiring kata per kata meluncur dari mulut abang kandungnya itu, lalu mengembuskan napasnya. Ia mau berbohong, demi kebaikan semuanya. Demi kebaikan Lovanoga yang selalu mengusiknya. Demi Fenly yang selalu menjaganya, dan demi Fiki yang terlihat lebih penasaran tentang dirinya.
"Bukan siapa-siapa, kok."
Terlihat, Fiki mengulum senyum. Ia senang sekali saat melihat ekspresi kebingungan cewek di depannya. Fenly masih menelisik perubahan ekspresi di wajah Macaronia, ia sangat tahu betul jika Macaronia sedang menyembunyikan sesuatu. Ia pasti mengenal laki-laki yang memberikan selembar kertas kepadanya.
Lovanoga menyedot es kopinya, lalu melirik muka adiknya itu dengan mata menyipit. "Dahlah capek wawancara sama orang kayak dia, percuma juga."
Perempuan di sampingnya mengerang marah lalu memukul pundaknya cukup keras, enak saja dibilang seperti itu. Untuk mengalihkan topik pembicaraan, Macaronia teringat, ia mempunyai dua bungkus cokelat berkemasan warna ungu yang sengaja dibawa. Fenly suka sekali dengan cokelat, makanya ia membawa itu untuk diberikan kepadanya.
Macaronia mengulurkan cokelat di hadapan Fenly. "Nih! Gue sengaja bawa cokelat buat lo, stok di rumah ternyata banyak banget, dan gue keinget kalo lo suka banget sama cokelat."
Fenly tersenyum senang, raut wajahnya menjadi bersemangat kembali dan cerah. Mantan kekasihnya ini masih saja mengingat makanan kesukaannya yang tidak pernah berubah itu. Ia langsung menerima cokelat pemberian Macaronia dengan senang hati, tentunya.
Tak lama, Macaronia mengulurkan cokelat yang satunya ke Fiki. Yang diberi malah tampak bingung.
"Buat gue juga?" tanya Fiki sambil menunjuk dirinya sendiri. Macaronia mengangguk lalu tak lama Fiki menerimanya dengan hati gembira, tidak menyangka perempuan ini juga peduli kepadanya.
Fenly yang tadinya semringah sekarang terlihat sedikit murung. Mengetahui bahwa cokelat yang diberikan Macaronia bukan spesial hanya untuknya, tapi juga untuk Fiki. Ia menunduk sebentar, apakah ia tidak bisa menghilangkan rasa ini untuk Macaronia? Mengapa bisa terjebak dengan perasaan seperti ini?
"Buat gue mana?"
Jitakan berhasil dilayangkan Macaronia ke abangnya yang menagih cokelat itu. "Ngawur aja, situ punya stok sendiri di rumah!"
Muka Fenly kembali datar dan tatapannya kosong, ia selalu mengingat saat-saat dia dan Macaronia bercengkerama di jalanan yang sepi dua tahun lalu itu. Pikirannya melayang kembali ke masa lalu saat melihat Macaronia menjitak kepala Lovanoga barusan, bercengkerama dengan lepas.
Jalanan malam ini cukup lengang, dua sejoli ini tidak menyangka mereka akan melihat peristiwa langka ini di ibukota. Jalanan yang sepi dan lampu kota yang berkelip terang. Angin malam menerpa rambut sebahu milik Macaronia, yang setelahnya dirapikan oleh cowok di sampingnya. Fenly meraih rambut kekasihnya dengan pelan, lalu menaruhnya di atas telinga.
Teringat, Fenly mengantongi sebuah jepit hitam polos di celananya. Memasangkannya di rambut Macaronia. Sekarang, perempuan di depannya terlihat semakin manis karena tidak ada rambut yang kabur-kaburan menutupi wajahnya.
"Dapet dari mana, Fen, jepitnya?"
Fenly membeku, bingung mau menjawab apa. Detik berikutnya ia malah tertawa lebar sembari merangkul perempuan di sampingnya dengan gemas.
![](https://img.wattpad.com/cover/211176485-288-k491189.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]
Фанфик[58/58] - romansa; angst; drama MEMPLAGIAT = MENYONTEK MENYONTEK = DOSA Tolong hargai tulisan orang lain dengan tidak menjiplak bagian-bagian cerita baik banyak maupun sedikit. Terima kasih. ❝Berawal dari masa lalu, kisah kita ternyata berlanjut hin...