Macaronia berjalan tertatih-tatih sembari menahan perih di siku dan lututnya. Sialnya, ia malah memakai jeans selutut dan kaos berlengan pendek, sehingga mau tak mau siku dan lututnya terluka. Aji yang membantunya berjalan langsung sigap memberikan tempat duduk sofa di ruang tengah.
"Gue tinggal bentar, ya, cari kotak P3K," izin Aji yang sudah menatap Macaronia dengan khawatir, lalu ia pergi untuk mencari kotak P3K untuk mengobati Macaronia. Fiki yang baru saja menuruni anak tangga terakhir langsung mendekati Macaronia dengan wajah yang tidak kalah khawatir dari Aji.
"Lo kenapa? Siku sama kaki lo berdarah!" pekik Fiki yang sudah duduk di sebelah Macaronia, yang ditanya hanya menampilkan senyum secara paksa. Perih sudah dirasa menjalar dari siku dan lututnya menuju seluruh tubuhnya. Ngilu sekali rasanya.
"Geser, Fik, gue mau obatin Oni."
Suara Aji sudah menggema di ruang tengah. Ia sudah kembali membawa kotak P3K di tangan kirinya, sedangkan di tangan kanannya ada segelas air mineral. Gelas itu sudah disodorkan di hadapan Macaronia yang perlahan meminum air pemberian laki-laki kalem itu. Aji mengambil alih tempat yang diduduki Fiki. Fiki mendengkus kesal dan bergeser ke sofa lain.
Wajah pucat sudah dipasang oleh perempuan cantik ini. Walaupun darah yang keluar dari kulitnya hanya memancar sedikit, apa pun itu rasanya tetap saja sakit dan perih. Aji sudah membersihkan sisa darah yang berada di siku dan lutut Macaronia dengan pelan, Macaronia sesekali mengaduh yang membuat Fiki dan Aji ikut meringis ngilu.
"Tahan, ya, sakitnya, abis ini gue kasih alkohol di luka lo," ucap Aji lembut, Macaronia hanya mengangguk pelan. Tatapannya beralih ke Fiki yang tampak tidak suka saat Aji mengobatinya seperti ini.
Macaronia bingung berada di posisi ini. Ia tahu Fiki menyukainya, dan ia juga tahu Aji diam-diam memerhatikannya dan memberi sedikit rasa padanya. Yang ia takutkan justru pada keadaan Fenly, ia merasa tidak enak hati kepada mantan kekasihnya itu. Sebersit rasa peduli dan ingin menjaga perasaan laki-laki itu sangat besar. Maka dari itu ia tidak mau menaruh harapan pada kedua laki-laki yang berada di sekitarnya saat ini.
Shandy dengan tidak berakhlaknya datang dari dapur dengan jurus lompat kodoknya, aneh-aneh saja kelakuan manusia satu ini. Di lehernya sudah dikalungkan makanan ringan satu renceng dan ia masih saja melompat-lompat hingga di depan sofa tunggal, lalu duduk normal di sana.
"Bang Sen apaan, sih?" Fiki sudah menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatap Shandy dengan wajah sinis.
Shandy tertawa. "Pangeran datang loh ini, bukannya disambut malah ditimpuk omelan."
"Pangeran kodok aja gaya!"
Teriakan itu keluar dari mulut orang yang baru saja datang. Fenly sudah mengambil tempat di sofa kosong, menatap Shandy dengan menelisik, hal konyol apa lagi yang diciptakan oleh seorang Shandy Maulana ini?
Shandy melirik Fenly. "Lu iri banget sih sama sang pangeran!"
Fenly hanya memutar bola matanya malas, lalu mencuri tatap pada perempuan yang berada di hadapannya, Macaronia. Terlihat, Aji sangat telaten sekali mengobati luka Macaronia. Macaronia sangat nyaman dan tidak terganggu selama proses pengobatan itu. Luar biasa Aji ini.
Shandy menyobek salah satu camilan yang dikalunginya dan memakannya dengan lahap. "Mau nggak, Fen?"
Fenly menggeleng. "Udah kenyang gue."
"Perasaan belum makan dah dari tadi, udah main kenyang aja. Lu makan angin tadi di luar?" ledek Shandy yang sudah diberi delikan mata oleh raja ngegas, Fenly.
"Abis makan hati, makanya kenyang banget."
Ucapan yang dilontarkan Fenly membuat Macaronia refleks menatap Fenly lekat. Apa maksudnya itu? Cemburukah Fenly saat melihat Aji dan Macaronia seperti ini? Atau ada hal yang lain?
![](https://img.wattpad.com/cover/211176485-288-k491189.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]
Fanfiction[58/58] - romansa; angst; drama MEMPLAGIAT = MENYONTEK MENYONTEK = DOSA Tolong hargai tulisan orang lain dengan tidak menjiplak bagian-bagian cerita baik banyak maupun sedikit. Terima kasih. ❝Berawal dari masa lalu, kisah kita ternyata berlanjut hin...