〄029| Harus Apa?

272 75 2
                                    

Laki-laki berkacamata asal Salatiga ini langsung merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya yang empuk, raganya hampir saja remuk setelah menanggapi omongan Shandy di ruang tengah tadi. Fenly masih sibuk memainkan ponselnya di kasur. Zweitson masih membaca keadaan, ia ingin bertanya kepada Fenly tentang tadi pagi namun masih ia urungkan karena raut muka Fenly terlihat seperti dirundung banyak masalah.

"Lo mau tanya sesuatu, kan, ke gue, Son?" terka Fenly yang masih menatap layar ponselnya, tidak berniat mengubah posisi bahkan melirik Zweitson pun tidak.

Zweitson terkejut, apa Fenly dapat membaca pikiran manusia? Sungguh hebat sekali teman sekamarnya ini.

"Hah? Gimana, Fen?"

"Muka lo muka-muka orang kepo. Apaan, mau tanya apa ke gue?" tanya Fenly yang saat ini sudah menatap Zweitson yang kebingungan itu.

"Anjir! Itu nanya apa lagi nagih utang?" ejek Zweitson yang saat ini menatap Fenly dengan mata memicing.

Fenly terkekeh. "Gue nanya biasa aja padahal nggak pake ngegas."

Dua dari mereka setelah ini hanya diam. Zweitson yang enggan bertanya dan Fenly yang masih memikirkan sosok yang pergi bersama Macaronia tadi pagi. Kalau iya memang benar orang itu dapat membahagiakan Macaronia, Fenly sudah Ikhlas menerimanya.

"Son …."

"Hmm."

Akhirnya Fenly membuka suara lagi, deheman Zweitson terdengar cukup pelan di telinga Fenly sehingga ia harus kembali memanggil Zweitson dengan lebih keras.

"Soni!"

"Iya! Apa, sih, Fen? Tadi gue udah ham hem ham hem kayak nisya sablon loh!" dengkus Zweitson yang saat ini menampakkan raut muka cemberut.

"Sejak kapan nisya sabyan ganti nama?"

"Ih nggak penting bahas itu, tadi manggil kenapa, deh?" Zweitson masih sibuk men-charge ponselnya lalu kembali duduk di kasur.

Fenly mengembuskan napasnya, lalu mengumpulkan niat dan nyali untuk bercerita tentang pagi tadi. Zweitson yang terlihat sudah tahu topik yang akan dibahas lawan bicaranya ini langsung menatap fokus.

"Gue udah bikin Oni nangis, Son," ujar Fenly lirih. Mata Zweitson malah membulat, ternyata bukan menceritakan masalah Macaronia yang pergi bersama orang lain?

"Kok bisa?"

"Gue nyanyiin lagu di depan dia yang ceritanya sama persis kayak keadaan gue dan Oni sekarang. Gue membangkitkan kenangan gue sama dia. Gue juga bilang ke dia, kalo gue dan dia harus sama-sama menjaga, sama-sama saling menguatkan meskipun kita nggak sejalan."

Hati Zweitson ikut terenyuh mendengar cerita Fenly. Memang, perbedaan bukanlah segalanya, tapi … karena perbedaanlah mereka tidak dapat bersatu dan sejalan, mungkin saat ini hanya bisa beriringan.

Zweitson masih diam dan lanjut mendengarkan cerita Fenly yang sudah kembali disambung.

"Gue bahkan udah akrab banget sama abangnya Oni. Sering main bareng, bercanda bareng juga. Keluarga kita udah saling kenal, dan Mama ... Mama sayang banget sama Oni, selalu titip salam setiap gue mau ketemu Oni dan nyuruh gue untuk berhubungan baik sama Oni terus. Gue nggak tega kalo gue ngejauhin Oni dan melanggar perintah Mama yang pengen gue untuk baik sama Oni seterusnya. Gue bingung, Son, sama keadaan ini."

Zweitson sudah mendekat ke kasur Fenly dan duduk di samping Fenly yang menunduk. "Fen, Mama lo bener, lo emang harus tetep kontakan terus sama Oni meskipun ... kalian udah nggak sama-sama lagi. Dan … lo nggak salah kok, Fen. Yang harus lo lakuin sekarang adalah tetep berhubungan baik sama Oni sesuai dengan keinginan Mama lo, Mama lo pasti punya alasan tertentu di balik nyuruh lo untuk tetep berhubungan baik sama dia."

Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang