〄024| Menguak Fakta Kecil

271 76 0
                                    

Zweitson sudah membopong tubuh Macaronia sampai depan pintu dorm dengan susah payah, berapapun berat tubuh perempuan ini tetap saja Zweitson kewalahan mengangkat dengan tubuh mungilnya ini. Zweitson memberi kode dengan menendang-nendang pintu depan karena kedua tangannya sibuk menahan tubuh gadis yang sedang pingsan ini.

"GUYS, SIAPA PUN YANG LAGI DI DALEM TOLONGIN GUE SEKARANG, URGENT!" teriak Zweitson dari luar.

Fenly yang mendengar suara berisik dari luar rumah langsung menuju pintu dan segera membukanya. Mukanya langsung diliputi rasa khawatir setelah mengetahui perempuan yang berada di tangan Zweitson adalah Macaronia dan ia langsung mengambil alih gendongan Macaronia dari Zweitson yang terlihat keberatan.

Fenly membawa Macaronia ke sofa panjang dan membaringkannya di sana. Zweitson yang terlihat kelelahan itu langsung duduk di sofa tunggal, mengatur napasnya yang terengah-engah.

"Oni kenapa, Son?" tanya Fenly dengan gurat wajah sangat khawatir. Sekarang, Fenly sudah mengusap dahi perempuan di hadapannya dengan pelan, lalu memandang wajah gadis itu yang sudah pucat. Ia sungguh tidak tega melihatnya.

Zweitson menegakkan badannya, sedikit melakukan stretching. "Gue juga nggak tahu, Fen. Gue tadi ketemu dia di taman dan akhirnya kita ngobrol, dia tadi nyender di bahu gue tiba-tiba, dan pas gue cek lagi dia udah pingsan. Gue nggak ngerti apa penyebab dia sampe bisa pingsan gini."

"Kenapa lo nggak anter dia ke rumahnya aja, sih?" tanya Fenly sedikit kesal dan berlutut di depan sofa yang ditempati Macaronia.

Zweitson menautkan alisnya. "Gue aja nggak tahu rumah Oni di mana, gimana gue bisa anter dia ke sana, Fen!"

Fenly salah berucap. Benar saja, Zweitson belum pernah sama sekali ke rumah mantan kekasihnya itu. Pikirannya sudah tidak jernih karena terlalu fokus dengan keadaan Macaronia saat ini. Dengan gusar, ia menuju dapur dan mengambilkan dua gelas air mineral untuk Macaronia dan Zweitson.

"Sorry, Son, omongan gue tadi. Ini minum dulu, gue tau lo capek abis bopong Oni." Fenly sudah menyodorkan segelas air mineral di hadapan Zweitson, lalu segera diterima dan habis dalam satu teguk. Zweitson benar-benar haus rupanya.

Fenly beralih ke Macaronia yang masih belum sadarkan diri di sofa itu, ia mengoleskan sedikit minyak angin di pelipis Macaronia dan perlahan memijatnya. Shandy yang turun dari tangga langsung menyapa mereka yang ada di ruang tengah dengan lawakannya, sayangnya tidak tepat dilakukan di saat-saat menegangkan seperti ini.

"Eh, ada putri tidur di sini!"

Fenly menatap Shandy tajam, bukan waktunya untuk bercanda di saat genting seperti ini. Zweitson yang mengerti tatapan Fenly itu langsung menarik Shandy untuk duduk di dekatnya.

"Oni pingsan, bukan tidur, Bang Sen!" bisik Zweitson tepat di telinga Shandy yang seketika terkaget lalu diam.

"Sorry, Fen, gue nggak tahu," ucap Shandy yang serius namun tidak digubris oleh Fenly. Ia masih saja memijat pelipis gadis itu perlahan, berharap dengan ini Macaronia segera sadar dari pingsannya.

Fiki yang baru keluar dari ruang latihan ikut terkejut karena ada perempuan di ruangan ini. Fiki mendekat ke ruang tengah tanpa bertanya apa-apa dan sudah melihat Macaronia dengan wajah yang pucat. Ingin sekali ia membangunkan gadis itu dari pingsannya namun apa daya sudah ada Fenly yang siaga di sampingnya. Fiki duduk di sofa sebelah Zweitson dan Shandy yang sedari tadi hanya menatap kedua lawan jenis itu.

"Fik, Son, tolong panggilin yang lain, suruh mereka ke ruang tengah," pinta Fenly tiba-tiba.

Fiki dan Zweitson saling menatap heran namun tetap menurut dan segera ke kamar atas untuk memanggil yang lain untuk turun ke ruang tengah. Fiki menuju ke kamar Ricky dan Aji. Sedangkan Zweitson ke kamar yang ditempati Farhan dan Gilang.

Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang