Fenly mengelus-elus punggung tangan Macaronia dengan halus dan pelan. Gadis di sampingnya ini terlihat sedikit hilang kendali dan badannya gemetar. Fenly pun sudah tahu jika Macaronia memiliki fobia kegelapan atau biasa disebut nyctophobia. Kepalanya menyandar di bahu Fenly sembari memejamkan mata. Meskipun lampu sudah hidup, tapi siapa yang tahu perasaan si fobia gelap ini masih berperang dengan rasa takutnya?
"Lo tenang, ya. Semuanya baik-baik aja, kok. Semua udah terang, lampunya udah hidup."
Macaronia seperti ingin mengucapkan sesuatu tetapi tertahan, dadanya terasa sesak, masih terbayang gelap yang menyelimuti beberapa menit tadi. Semua ini akibat ulah jahil Shandy yang memainkan MCB listrik di asrama, seperti sudah menjadi kebiasaannya menjaili dengan mematikan listrik di sini. Mukanya sekarang diliputi rasa bersalah karena tidak tahu akan berujung seperti ini, dimana Macaronia shock dan terlihat pucat pasi seperti sekarang.
"Eh, gue minta maaf, Oni. Gue bener-bener nggak tahu kalo lo fobia gelap." Sangat tidak biasa melihat Shandy yang biasanya sering melawak berubah menjadi sosok yang serius. Macaronia sudah merasa lebih baikan dan tersenyum menatap Shandy, apakah Shandy sedang mengubah sifatnya menjadi seorang yang serius?
"Lo, sih, nggak bilang Fen, kalo dia punya fobia gelap. Kalo gue tahu kan tadi gue bisa siapin lampu emergency selusin buat Oni!"
Oke, Macaronia terkekeh kali ini. Ia tidak jadi memberi apresiasi Shandy yang ia kira sudah menjadi manusia serius dan normal. Yang lainnya menimpuki Shandy dengan kulit kacang dan menggebukinya pelan. Terlalu lawak orang yang satu ini. Gilang—yang masih mengeringkan rambutnya itu—tiba-tiba duduk di sebelah Macaronia dan jangan lupa senyum manisnya itu selalu candu bagi siapa pun yang mendapatkannya.
"Hai, Gilang di sini! Lo namanya Oni, kan? Maaf banget tadi kebetulan pas lo dateng, gue masih mandi, hehe."
"Iya, nggak apa-apa kok, Bang Gilang, santai aja."
"Emang gitu, tuh, kebiasaan dia mandi lama. Dia yang mandi, kita yang berantem," celetuk Shandy lagi yang sedang sibuk menggulir aplikasi Instagram.
Fenly mengalihkan pandangan ke Macaronia lagi. "Lo udah enakan, kan? Masih pusing?"
Seperti sudah mengerti kebiasaan Macaronia jika berhadapan dengan gelap, Fenly sangat detail sekali soal keadaan terburuk Macaronia yang akan tiba-tiba hilang kendali dan pasti kepalanya masih berputar saat ini karena shock.
"Masih sedikit, but i'm okay, Fen."
Fenly bergegas mengambil air mineral ke dapur untuk Macaronia; Fiki bergerak mendekat ke sofa panjang yang diduduki Macaronia dan Gilang, lalu duduk di sebelah gadis yang masih tampak terkulai lemas itu.
"Lo yang kuat, ya. Jangan pingsan. Gue nggak bisa bopong lo ntar."
Zweitson yang berada jauh di sana bersuara. "Apaan sih, Fik. Oni kayaknya nggak mau juga dibopong lo, sih."
Tiba-tiba, dari belakang Macaronia ada tangan yang mulai memijat pelipisnya pelan. "Sini, Aji pijitin kepalanya, biar agak enakan."
"Wah, Akhi kamu berani sekali menyentuh dahi cantik Ukhti ini. Cepat singkirkan tanganmu itu, hei!" pekik Ricky yang terdengar dramatis macam sinetron televisi dan di sebelahnya—ada Zweitson yang sudah ingin menyikut tepat di perut Ricky. Seperti tuli, Aji tetap melanjutkan pijatannya di pelipis Macaronia tanpa mengindahkan suara Ricky.
"Biarin, aja, sih, Rick. Aji, kan, niatnya baik."
Farhan berucap enteng sekali seperti itu, lagi-lagi tersenyum simpul ke arah Macaronia. Sepertinya kehadiran gadis ini membuat delapan laki-laki di asrama menjadi sedikit genit dan tebar persona, oh ralat—tujuh laki-laki itu. Karena pada dasarnya satu di antara mereka ada yang sudah jauh lebih dekat duluan dengan Macaronia, siapa lagi kalau bukan Fenly. Mereka bertujuh itu apa tidak ingat bahwa beberapa dari mereka sudah ada yang mengikat janji dengan perempuan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]
Fanfic[58/58] - romansa; angst; drama MEMPLAGIAT = MENYONTEK MENYONTEK = DOSA Tolong hargai tulisan orang lain dengan tidak menjiplak bagian-bagian cerita baik banyak maupun sedikit. Terima kasih. ❝Berawal dari masa lalu, kisah kita ternyata berlanjut hin...