Fenly masuk ke dorm dan sudah digeret paksa oleh seseorang. Lampu di ruangan lantai satu sengaja dimatikan dan sedikit pencahayaan. Fenly tersentak, namun tetap tidak bersuara dan wajahnya tetap tenang. Ia rasa ia tahu siapa yang menariknya seperti ini dengan kencang.
"Lo lama banget! Lo yang keluar gue yang was-was, Fen!" bisiknya hampir tidak terdengar, Fenly berdecak malas.
Fenly menggoyangkan lengannya yang dicekal Gilang, berusaha melepasnya. Iya, Gilang yang menariknya tadi. Fenly bergerak menuju dapur, berniat mencari sekotak susu di kulkas. Gilang mengikuti langkahnya di belakang.
"Lagian gue udah di sini, kan?"
Nah, dapat! Fenly meraih susu berperisa cokelat itu dan meneguknya, Gilang menggeleng heran. Bisa sesantai inikah sikap Fenly? Bagaimana jika Farhan mengomelinya karena sudah pulang dini hari seperti ini, apalagi hari ini grup mereka akan banyak jadwal latihan.
Tadi saja, saat menelepon Fenly, Gilang harus melipir ke kamar Zweitson dan numpang mengomelinya di sana. Ya, kalau di kamar Gilang bisa-bisa kena omelan Farhan. Gilang menyibakkan rambutnya, sedikit kesal dengan kesantaian Fenly ini.
"Bukan masalah itu, Fen. Farhan itu udah mewanti-wanti lo dan Fiki untuk nggak terlalu memfokuskan Oni. Kita juga punya kesibukan sendiri. Gue juga yakin, Oni sangat mengerti keadaan kita, kok."
Susu yang diminum Fenly sudah habis dan kemasan kotak susu itu sudah jatuh tepat di tempat sampah di dapur. "Udah, ya, gue mau tidur nih. Kata lo jam enam latihan, kan?"
Fenly meninggalkan Gilang sendirian di dapur, ia sudah melangkah menuju kamarnya dan menemui Zweitson yang sudah pasti terlelap. Gilang menganga. Setega itu Fenly meninggalkannya seperti ini? Padahal ia rela tidak tidur lebih awal hanya untuk menunggui Fenly setidaknya sampai menginjakkan kaki di rumah ini. Dengan embusan napas kasar, Gilang kembali ke kamarnya dengan muka cemberut.
"Sialan, berasa ngajak omong kipas angin kosmos gue tadi!" omelnya sangat pelan, untungnya Fiki, Farhan, dan Shandy tidak terbangun mendengar ini.
"Berisik! Jangan banyak bacot lo!"
Teriakan Fiki membuat Gilang seketika kaget dan refleks melirik. Ternyata Fiki mengigau. Sepertinya ia sedang mimpi buruk. Gilang mendekat ke kasur Fiki, hanya duduk tanpa bersuara di tepi kasur itu.
"Lo jangan gangguin YouN1T, ya! Minggir lo!" teriak Fiki yang masih memejamkan mata dan tangannya bersiap untuk menghajar angin di depannya, sungguh lawak sekali.
Gilang takut, Fiki mengigau seperti ini baru kali ini. Karena tidak tega, Gilang membangunkan Fiki sebelum terlewat sampai nanti. Gilang menggoncang-goncang tubuh si tinggi berkali-kali.
"Fiki! Bangun, Fik!"
Si bungsu masih memasang muka sebal dan tangannya ancang-ancang ingin melawan semua yang ada di hadapannya, masih dengan posisi tidur.
"UDAH, FIK! BANGUN FIKII!" teriak Gilang yang bukan membuat Fiki terbangun, tapi malah Shandy dan Farhan yang terbangun dari tidurnya. Farhan mengucek matanya lalu melirik sinis Gilang.
"Apa sih, Lang? Berisik banget!"
Gilang hanya menunjuk Fiki yang masih bersikap waspada, anak itu belum juga bangun dan kembali berteriak.
"Woi jangan nyolot! Lo berani ngelawan YouN1T? Hadapin dulu gue!"
Farhan membulatkan matanya, ia terlewat kaget ketika Fiki berteriak seperti itu. Apakah Fiki tidak membaca do'a sebelum tidur? Shandy yang masih mengumpulkan nyawanya melirik separuh raganya dengan heran, mengapa Fiki bisa sampai mengigau seperti itu? Ini parah sekali!

KAMU SEDANG MEMBACA
Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]
Fanfic[58/58] - romansa; angst; drama MEMPLAGIAT = MENYONTEK MENYONTEK = DOSA Tolong hargai tulisan orang lain dengan tidak menjiplak bagian-bagian cerita baik banyak maupun sedikit. Terima kasih. ❝Berawal dari masa lalu, kisah kita ternyata berlanjut hin...