Fenly?
Dua lawan jenis ini sedang duduk berhadapan di kafe dekat rumah si perempuan. Petang tadi, Mama dan Papa si perempuan memaksa agar menemani Fenly keluar untuk sekadar berbincang-bincang. Padahal badannya ingin sekali untuk rebahan di pulau kapuk itu.
"Oni, gue kangen lo."
Macaronia mendelik kaget. Apa ucapan Fenly barusan? Kangen? Apa-apaan ini, bisa serangan jantung mendadak Macaronia dibuatnya! Seorang Fenly Christovel tiba-tiba mengatakan perasaannya yang spontan dengan terang-terangan? Sangat langka sekali.
Macaronia hanya menyesap Green Tea-nya dengan gusar, sesekali melirik laki-laki di hadapannya dengan senyum tipis. Canggung, tidak tahu harus merespon dengan cara apa. Fenly tersenyum manis. Sekali lagi, tersenyum manis. Manis.
"Kenapa? Gue emang salah ngomong, ya?" Fenly menaikkan alis kirinya. Dengan seperti itu saja terlihat Macaronia semakin terbata. Pasalnya, cowok yang dihadapannya ini dahulu pernah menjalin hubungan dengannya dua tahun lalu.
Macaronia tersenyum paksa. "Engga. Sama sekali nggak salah omong, kok. Cuma ... lo ngerti kan, Fen, gue ... canggung."
"Iya, gue ngerti."
Perempuan di depan Fenly buru-buru meralat ucapannya. "Maksud gue ... gue juga kangen sama lo."
Fenly merogoh kantong celana putihnya dan mengeluarkan sesuatu yang mungkin Macaronia ingat. Barang itu, sangat mengingatkan dia pada satu janji yang mengikat, meskipun sekarang harus terlepas erat. Gelang perak minimalis itu masih saja disimpan Fenly dengan baik, meskipun ada noda di bagian bandulnya.
Pergelangan tangan Macaronia menghangat. Fenly menariknya pelan dan membuka telapak tangan Macaronia. Jangan ditanyakan lagi, jantungnya sudah berdegup kencang layaknya pertama kali berpacaran dengan laki-laki berdarah Gorontalo itu. Fenly meletakkan gelang perak itu dan menutup telapak tangan Macaronia, isyarat agar ia menyimpannya baik-baik.
Macaronia tersenyum simpul lalu menatap kembali gelang perak itu. Ingatannya terbang berlalu, kembali tahun baru.
Malam yang penuh bintang dan cahaya bulan terang benderang selalu menjadi tontonan favorit bagi Fenly dan Macaronia. Tak pernah satu malam mereka lalui tanpa melihat lautan bintang di langit malam. Senyum Fenly semakin merekah ketika ada senyuman lain yang menimpalinya, oh, siapa lagi kalau bukan senyum kekasihnya, Macaronia.
"Malam ini, hari di bulan terakhir ini, aku nggak mau banyak omong, Oni. Aku cuma mau bilang, aku mau melindungi kamu seutuhnya. Maaf, aku nggak seromantis yang lain yang bisa bawa pacarnya ke tempat-tempat indah, dan cuma bisa ngasih kamu ini."
Fenly memasangkan gelang perak minimalis di pergelangan tangan kiri kekasih yang sangat ingin dia lindungi, yaitu Macaronia. Senyum perempuan di depan Fenly sudah merekah seiring bulir air mata menetes perlahan di pipi tembamnya.
"Menurutku, ini hal paling romantis yang pernah kamu lakuin ke aku. Tapi maaf, Fen, kita nggak akan bisa lanjut. Aku takut, kalo pada kenyataannya rasa ingin melindungi satu sama lain ini saling kuat dan rekat."
Fenly mendengkus sedih. Ia sudah tahu pasti akhirnya akan begini. Begitupun juga Macaronia, ia juga tahu jalan ceritanya dengan Fenly akan berakhir seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]
Fanfic[58/58] - romansa; angst; drama MEMPLAGIAT = MENYONTEK MENYONTEK = DOSA Tolong hargai tulisan orang lain dengan tidak menjiplak bagian-bagian cerita baik banyak maupun sedikit. Terima kasih. ❝Berawal dari masa lalu, kisah kita ternyata berlanjut hin...