〄020| Sandi-wara?

313 78 2
                                    

Laki-laki tinggi ini memasuki asrama dengan tergesa. Napasnya sudah tidak beraturan karena ia baru saja lari dari rumah Macaronia menuju dorm anak-anak UN1TY. Mukanya terlihat kaget setelah mengetahui orang yang membuatnya buru-buru kembali ternyata sudah datang dengan memasang muka datar. Perut Shandy tiba-tiba mual, shock sedang menyerangnya saat tahu Kak Patrick—produser UN1TY itu—sudah duduk di ruang tengah bersama ketujuh temannya. Bahkan sup jagung yang baru beberapa menit ia telan meronta ingin keluar, untungnya ia sanggup menahan.

"Maaf Kak Pat, Shandy telat. Aku baru aja jogging tadi terus mampir ke rumah Oni," ucap Shandy jujur.

Mata Fenly tidak bisa bohong, menatap Shandy dengan ribuan pertanyaan. Mengapa ia bisa ke rumah Macaronia sepagi ini? Jadi ini alasan Shandy ingin keluar untuk lari pagi dan malah berakhir di rumah Macaronia? Jadi ini juga yang membuat Shandy selalu mengusik Fenly saat asyik menelepon Macaronia dan menyapanya?

Udah lah, Fen, lagian Oni bukan siapa-siapa lo lagi. Mana mungkin juga Bang Sen ada apa-apa sama Oni. Ucap Fenly menenangkan dirinya sendiri dalam hati.

"Kan saya udah bilang kemarin malem, saya pagi ini mau dateng, mau ngecek kondisi kalian. Dan Farhan, kamu udah briefing, kan, ke semuanya kalo Kak Pat mau ke sini pagi ini?" tanya Patrick cukup tegas, membuat Farhan, Zweitson, dan Gilang terkaget lalu menunduk.

Kalau kalian mau tahu mengapa seorang Patrick Effendy tiba-tiba ke asrama mereka, itu penyebabnya adalah masalah Fiki tempo hari, kaki Fiki yang terkilir saat latihan. Makanya Fiki langsung menunduk takut setelah mendengar bentakan Patrick.

"U-udah Kak Pat, aku udah bilangin ke semuanya semalem," jawab Farhan sedikit terbata, sosok leader di grup ini ternyata punya nyali yang ciut juga.

Patrick beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat Shandy, laki-laki itu masih terpaku di tempatnya. "Ini lagi! Udah tahu hari ini saya mau dateng, malah paginya keluyuran. Kan habis lari pagi bisa langsung balik ke dorm, kan?"

Teriakan Patrick berhasil membuat Shandy spontan memejamkan mata, suara Patrick sangat memekakan telinganya. Dengan takut, Shandy mengangguk pelan di hadapan Patrick. Produser mereka itu menghela napasnya kasar, menetralkan emosinya sesaat. Yang lain juga tidak menyangka kalau Patrick akan semarah ini perihal Shandy yang terlambat datang dan beralasan karena habis jogging.

"Duduk!"

Patrick menyuruh Shandy yang masih berdiri di hadapannya untuk duduk bergabung dengan yang lain di sofa. Shandy menurut dan sedikit gemetaran berjalan menuju sebelah Farhan. Beberapa dari mereka menahan tawa melihat ekspresi Shandy yang ketakutan itu. Zweitson dan Gilang dengan kuat menggigit bibir bawah masing-masing, takut suara tawa mereka terdengar di saat suasana tegang seperti ini.

"Kalian nggak usah ketawa! Kalian juga sama aja," ucap Patrick dengan suara rendah, masih belum membalikkan tubuhnya menghadap mereka. Zweitson dan Gilang yang menahan tawa seketika terkejut dan langsung menunduk.

Patrick melangkah menuju sofa, mendekati Ricky yang duduk sendirian di sana lalu duduk di sampingnya. "Saya udah berkali-kali bilang, jaga satu sama lain."

Semuanya kompak diam. Tidak ada yang berani membuka suara karena jika Patrick sudah berbicara serius seperti ini, artinya ada masalah yang fatal.

"Kalo latihan jangan maksa, inget batas tubuh kalian masing-masing!" Patrick menatap ke arah Fiki yang sudah menampakkan air muka takut, rasanya seperti ingin menangis meratapi kaki kanannya yang masih berdenyut nyeri itu, ditambah sindiran dari Patrick membuat ia harus menahan air matanya lagi untuk turun. Fenly yang di sebelah Fiki, langsung merangkulnya pelan. Ia tahu perasaan laki-laki kelahiran Palembang itu. Perasaannya terlalu sensitif jika disinggung terang-terangan seperti ini.

Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang