〄047| Dari Macaronia, Untuk Fenly.

341 71 11
                                    

Bukan Macaronia namanya kalau tidak keras kepala. Setelah merasakan nyeri di perutnya selama kurang lebih dua jam, ia memohon kepada Lovanoga, abangnya itu untuk izin pergi ke dorm bersama Fiki. Padahal Fiki tidak memaksa sama sekali kepada Macaronia agar menjenguk Fenly yang sedang sakit.

Keras kepala ya tetap saja keras kepala. Batu. Apa pun keinginannya harus terpenuhi. Lovanoga dengan berat hati mengizinkan Macaronia pergi ke dorm bersama Fiki dalam keadaan belum pulih. Lovanoga juga mewanti-wanti Fiki agar menjaga Macaronia selama di dorm.

Saat ini, Macaronia dan Fiki bersamaan masuk dorm dan mendapati Shandy dan Farhan sedang duduk di ruang tengah, menikmati acara televisinya. Macaronia menghampiri sofa yang diduduki Shandy. Fiki berjalan ke kamar Fenly-Zweitson.

Shandy menoleh semringah. "Eh ada elu, mau nagih utang? Sini duduk dulu."

"Ini tamu, ya! Bukan rentenir, huh!" dengkus Macaronia yang sudah duduk di samping Shandy, laki-laki itu mengacak rambut Macaronia pelan. Shandy juga merindukan anak ini rupanya.

Farhan menatap Macaronia penasaran. "Oni? Lo lagi sakit? Kok pucet banget?"

Shandy yang baru menyadari langsung menatap Macaronia lebih lekat. "Eh iya, lo pucet loh? Sakit?"

"Apaan sih kalian, gue nggak apa-apa, kali!" elak Macaronia sedikit terkekeh. "Kalian nggak pernah lihat cewek kalian pucet karena bulanan?"

"OH KARENA ITU!" pekik Shandy dan Farhan bebarengan, Macaronia hanya mengangguk pelan.

Bohong banget gue, nyeri datang bulan sama nyeri ini lebih parah nyeri karena susu, sih. Batin Macaronia sambil menggigiti bibir bawahnya, menahan nyeri yang masih tersisa di perutnya.

Fiki sudah keluar kamar bersama Zweitson dan duduk di ruang tengah. Zweitson sibuk dengan ponselnya dan Fiki menatap Macaronia, memberi isyarat untuk segera ke kamar Fenly.

"Gue izin ke kamar Fenly dulu, ya?"

Semuanya mengangguk dan tak acuh, mereka harus memberi waktu untuk mereka berdua—Fenly dan Macaronia—untuk mengobrol bersama. Fiki terlihat sedikit murung karena ini. Aji yang baru datang dari dapur langsung duduk di samping Fiki.

"Udah Fik, mungkin ini yang terbaik buat kita," ucap Aji sembari menepuk pundak Fiki, Fiki hanya mengangguk lemah.

Shandy, Farhan, dan Zweitson saling berpandangan lalu mengedikkan bahunya bersamaan. Tidak mau ikut campur dengan urusan mereka.

Macaronia menyentuh gagang pintu kamar dan perlahan membukanya diiringi helaan napas pelan. Macaronia takut akan mengganggu Fenly yang sedang istirahat. Pintu berhasil dibuka dan Macaronia menutup pintu kamar dengan hati-hati. Sekali lagi, takut Fenly terganggu.

"Fen," panggil Macaronia pelan.

Macaronia duduk si tepi kasur Fenly lalu menyentuh lengan Fenly yang hangat. Laki-laki itu menatap Macaronia dengan mata sayu dan muka pucat. Tangan Macaronia beralih pada dahi Fenly yang teraba hangat nyaris panas.

"Udah minum obat?" tanya Macaronia yang diberi gelengan oleh Fenly. Fenly juga anak yang keras kepala.

"Ck! Minum obat dulu dong—"

"Gimana? Udah dapet cokelatnya, kan? Janji gue terpenuhi, kan?" tanya Fenly dengan suara paraunya. Macaronia mengangguk lalu beralih pada semangkuk bubur yang berada di meja.

"Fen, makan dulu, ya? Abis itu minum obat, jangan sampe drop kayak gini, loh!"

Fenly menggeleng. "Gue udah makan tadi dikit."

Carita de Macaronia || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang