🌻22. Akhirnya🌻

66 12 4
                                    

Brakk....

Aryl menendang pintu itu begitu kencang, hingga menimbulkan suara yang sangat keras.

Semua mata menoleh ke arah pintu.

Aryl masuk ke ruangan, di ikuti oleh teman-temannya yang lain. Sementara Izza, Bulgia, Aidah,  dan juga Aisyah masuk melalui pintu belakang ruangan.

Sekarang Marisa dan juga para anak buahnya di kepung, salah satu anak buah Marisa yang memiliki postur tubuh begitu besar pun menyerukan agar menyerang Aryl dan teman-temannya.

Marisa membulatkan matanya melihat keberadaan Aryl.

Sementara teman-teman Aryl kini sudah adu tonjos dengan para anak buah Marisa.

Bugh....

Candra menendang perut lelaki kekar yang hampir saja memukul Ikhwan dari belakang, sementara Ikhwan hanya bergeming di tempat tanpa melawan musuh yang sekaranng ini membuat kacau karena keadaan yang begitu menegang bersumber dari semua orang yang kini saling melempar pukulan.

Candra berdecak "Wan! Lawan elahh...hah... hah... gu-e gue gak bisa lindungi lo terus" pinta Candra ngos-ngosan.

Ikhwan meneguk saliva nya susah, seumur hidup ia tidak pernah memukul orang, dan hari ini ia harus melakukannya, karena memang itu yang harus ia lakukan.

Ikhwan mengangguk kemudian maju beberapa langkah dan langsung meninju rahang cowok yang baru saja akan memukulnya.

Taufik dan juga Yusuf kini bekerja sama mereka saling membelakangi dan mulai memukul para penjahat itu membabi buta.

Bugh...

Dimas tersungkur, sudut bibirnya robek dan mengeluarkan cairan kental berwarna merah akibat salah satu dari penjahat meninju rahangnya kuat.

Nugrah yang melihat itu langsung saja beralih menendang punggung laki-laki yang baru saja meninju Dimas hingga laki-laki itu langsung terhuyung ke depan, Nugrah beralih mendekati Dimas, mengulurkan tangannya bermaksud untuk membantu Dimas berdiri.

Dimas menerima uluran tangan Nugrah "Thanks..." gumam Dimas, dan Nugrah hanya mengangguk menatap sekeliling kemudian melanjutkan aktivitas adu tonjok nya pada para penjahat tersebut.

Sementara itu Izza, Aidah, Bulgia, dan juga Aisyah kini sudah menghampiri Liyah, menatap gadis itu begitu nanar.

Begitu pula Aryl, cowok itu masih berdiri dengan tubuh kakunya ketika melihat pemandangan di depannya, ia melihat Liyah yang sudah menutup mata tanpa ada balutan kain di kepalanya.

Dengan cepat, Aryl membuka jaketnya, menyampirkan jaket tersebut pada kepala Liyah.

Aryl menatap Marisa dengan rahang mengeras dan juga kepalan tangan yang begitu kuat.

Baru saja Aryl maju selangkah, tiba-tiba ia berhenti ketika melihat Aisyah yang langsung berjalan mendekati Marisa.

Plakkk.....

Satu tamparan mengenai pipi Marisa, hal itu membuat semua orang kecuali para anak buah Marisa yang sudah terkapar tak berdaya menatap pada sang empu terkejut.

"Lo!" Tunjuk Aisyah pada wajah Marisa. "Beraninya lo nyakitin kakak gue!" Aura panas mulai mencekam melihat Aisyah yang kini menatap Marisa penuh kebencian.

"KENAPA LO LAKUIN INI HAH!" Teriak Aisyah kencang.

"Dia—" tunjuk Aisyah pada kakaknya yang berada di dalam pelukan Aidah.

"Dia orang yang baik, dia orang yang sabar, dia tidak pernah nyakitin orang, dia gak pernah mukul orang, tapi kenapa lo lakuin ini ke kakak gue? Apa kesalahan kakak gue sama lo? Sampai-sampai lo nyulik dia dan nyiksa dia di tempat seperti ini" lirih Aisyah sambil terisak pelan.

InsyaAllah IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang