🌻23. Trauma🌻

66 11 0
                                    

Happy Reading

"Aku harap Liyah baik-baik saja" ujar Izza di angguki oleh teman-temannya.

Saat ini Liyah dkk, Aryl dkk, Aisyah, dan juga kedua orang tua Liyah tengah berada di depan ruang inap Liyah.

Syamsul, Aryl dan teman-teman Aryl sudah menyelesaikam masalah tentang Marisa, gadis itu terjerat masuk penjara selama 5 tahun, karena kasus penyekapan yang hampir menuju pembunuhan, beberapa tahun lalu Marisa juga sempat di masukan penjara karena hampir membunuh salah satu Siswi di sekolahnya sendiri, namun gadis itu berhasil kabur, dan saat ini masa penjaranya di tambah menjadi 7 tahun.

Semua yang berada di depan ruang inap harap cemas dan berdoa agar Liyah baik-baik saja. Tidak lama kemudian, seorang dokter perempuan berhijab keluar dari ruang tersebut.

Syamsul dan Tarin langsung beranjak dan menghampiri dokter yang bernama Nisa tersebut.

"Dok! Bagaimana dengan keadaan anak saya?" tanya Tarin khawatir.

Syamsul terus menerus mengelus pundak istrinya, berusaha menyalurkan ketenangan.

Dokter Nisa tersenyum, "pasien baik-baik saja, beberapa luka sudah kami obati, hanya saja pasien mengalami trauma akibat apa yang menimpanya hari ini, kita hanya perlu berdoa dan berharap agar pasien bisa pulih dan kembali bisa beraktivitas seperti sedia kala" jelas Dokter Nisa.

Izza dan teman-temannya menunduk, mereka merapalkan doa meminta kepada Allah agar Liyah selalu baik-baik saja.

Sementara itu Aryl hanya diam mematung di tempatnya duduk, teman-temannya yang lain pun sama, mereka semua hanya bisa diam dan tidak megeluarkan kalimat sedikit pun.

"Apa anak saya sudah sadar dok?" tanya Syamsul kali ini, karena Istrinya yang sudah tidak sanggup untuk kembali bertanya.

"Alhamdulillah pasien sudah sadar dari masa kritis" jawab Dokter Nisa.

"Apa kami bisa menjenguknya?"

"Bisa. Tapi pasien masih butuh banyak istirahat, jadi pergunakan waktu menjenguknya dengan baik, Pak Bu"

"Baik dok, Terima Kasih"

Dokter Nisa mengangguk "Sama-sama, kalau begitu saya permisi Assalamu'alaikum" Dokter Nisa melenggan meninggalkan semua orang yang berada di sana.

"Wa'alaikumussalam"

Tarin dan juga Syamsul pun begegas memasuki ruangan di susul oleh Aisyah, Izza, Bulgia, Aidah, dan beberapa teman Aryl.

Pintu tersebut di buka begitu pelan, dapat kita lihat seorang gadis yang sudah di baluti oleh kerudung berwarna putih tengah berbaring di atas brankas. Mata gadis itu memandang kosong langit-langit ruangan itu dengan pikiran menerawang jauh entah kemana.

Tarin kembali menitikkan air matanya melihat kondisi anak sulungnya tersebut, ia pun kini mengambil duduk di samping ranjang tempat Liyah berbaring.

Sementara Syamsul dan juga Aisyah berdiri di sisi lain ranjang itu.

Teman-temannya yang lain hanya diam berdiri menatap nanar Liyah yang masih setia pada posisinya.

InsyaAllah IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang