🌻20. pertolongan🌻

60 13 4
                                    

Sebelum di baca, harap-harap siapkan hati nurani kalian.

Happy Reading

'Bagaimana bisa?' Batin Aryl sambil menatap tangan Aisyah di mana ia tengah menggenggam sebuah gelang.

"Bagaimana kejadiannya??" itu suara Candra, cowok itu menatap Aisyah meminta penjelasan.

Aisyah pun mulai menceritakan bagaimana kejadian penculikan Liyah.

"Oke kita akan bantu kalian buat cari Liyah" ucap Candra final.

Candra melirik Aryl yang masih diam menatap gelang yang berada di tangan Aisyah.

"Ryl! Lo ikut kan?"

Pertanyaan dari Candra membuat Aryl spontan mengalihkan pandangannya dari gelang tersebut.

Ia menatap Candra yang juga tengah menatapnya seolah meminta persetujuan.

Aryl mengangguk "hm. Gue ikut" jawab Aryl.

"Za!" panggil Dimas.

Izza langsung menoleh.

"Gue yang bawa mobil lo!" ucap Dimas yang langsung di tanggapi oleh Izza.

"Iya kak"

Dimas mengangguk kemudian melirik Nugrah yang berdiri di sampingnya.

"Nug! Lo bawa motor gue" ucap Dimas menadapat anggukan dari Nugrah.

"Yaudah...gue duluan" pamit Dimas pada Aryl, Ikhwan, Nugrah, dan juga Candra.

"Okee kita bakal nyusul" ucap Nugrah.

"Kita juga pamit kak" ucap Izza sopan.

"Assalamu'alaikum" ucapan salam dari Izza, Dimas, dan juga Aisyah di balas oleh Aryl, Candra, Ikhwan, dan Nugrah.

"Wa'alaikumsalam"

Setelahnya Dimas, Izza, dan Aisyah pun melangkah meninggalkan cafe menuju mobil milik Izza yang sudah terparkir di area parkiran sekitaran cafe.

Aryl mengambil kunci mobil miliknya yang berada di atas meja cafe yang di tempatinya barusan. Setelah itu ia melirik Ikhwan yang berdiri di sampingnya.

"Wan! Lo bareng gue" titah Aryl pada Ikhwan.

Ikhwan menangguk "hm. Nug! Can! Gue sama Aryl duluan yah, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Aryl dan Ikhwan pun melenggan meninggalkan tempat.

"Lo bareng gue ajalah Can!" pinta Nugrah pada Candra yang masih menatap kepergian Aryl dan juga Ikhwan.

"Terus motor gue, mau lo kemanain?" tanya Candra.

Nugrah mengendikkan bahu, "titip aja ke mbak Suti" balas Nugrah santai kemudian melangkah meninggalkan Candra yang masih cengo di tempatnya.

Mbak Suti adalah Mbak penjual bubur di warung dekat sekoalh mereka, yang memang tidak begitu jauh lokasinya dari cafe yang mereka tempati saat ini.

Namun, bagaiamana bisa Candra menitip motornya pada Mbak Suti yang saat ini kemungkinan tutup warung karena pulang kampung akibat menjenguk keluarganya yang tengah sakit.

Candra mengacak rambutnya frustasi, 'bisa-bisanya Nugrah mengatakan hal itu Dengan begitu santai' batin Candra kemudian ikut melangkah menyusul Nugrah.

****

Perlahan mata itu terbuka, pandangannya masih remang-remang kemudian kembali megerjap beberapa kali, setelah pandangan itu kembali jelas seperti semula yang pertama ia tangkap adalah ruangan gelap yang dapat kita ketahui jika tempat ini tak terawat dan nampak begitu kumuh.

InsyaAllah IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang