#Tisa's POV
"Ngga ada yang ketinggalan kan?" Ibu bertanya dari dapur.
"Semoga ngga ada. Tisa udh recheck dari semalem sih." Kataku sambil mengecek kembali keperluan yang harus dibawa.Hari ini tahun ajaran baru. Hari pertamaku sebagai mahasiswa. Berkat kerja kerasku selama ini akhirnya aku masuk di salah satu kampus ternama di kotaku. Tentu saja dengan jalur beasiswa.
Aku hidup berdua dengan Ibuku sejak aku di bangku SMP. Ayahku?kabur dari rumah. Dulu hidupku baik-baik saja. Sampai satu waktu Ayah dan Ibu bertengkar. Ku fikir setiap Ayah pulang kerja, mereka selalu bertengkar. Nyaris berbulan-bulan. Dan ada satu hari dimana Ayah tidak kembali pulang kerumah. Kalian fikir hanya sebatas itu saja?Tentu tidak. Laki-laki brengsek itu pergi dari rumah dengan meninggalkan hutang yang sama sekali tidak kami ketahui. Bahkan sertifikat rumah sudah di jual oleh laki-laki itu.
Sejak itu, Ibu dan aku hidup berdua. Kami pindah ke rumah sewa kecil nan murah. Disitu Ibu membuka kedai makanan kecil-kecilan untuk membiayai hidup dan pendidikanku. Karna usiaku belum cukup untuk kerja sambilan, sepulang sekolah aku hanya membantu ibu di kedai.
Wisa, sahabatku sejak aku sd. Kadang ikut membantu di kedai. Keluarga Wisa juga banyak membantu kami di titik terendah kami. Aku dan Wisa satu sekolah sampai kami SMA. Walaupun dia lebih tua satu tahun dariku, dia lemah. Seringnya aku yang harus menjaga dia.
Sejak umurku sudah cukup untuk kerja sambilan, aku membantu ibu mencari uang. Sampai saat ini aku masih bekerja di coffeeshop bersama Wisa setiap pulang sekolah dan di akhir pekan aku sambilan di mini market. Lumayan uangnya bisa dipakai untuk kehidupan kami, dan membeli kebutuhan pendidikanku.
"Ini bekalmu." Suara ibu mengejutkanku.
"Ah ya terimakasih bu." Aku membawa tas jinjing kotak bekal."Tisaaaaa." Seseorang berteriak dari depan rumah.
Aku buru2 membereskan barangku.
"Wisa, Ibu titip Tisa lagi ya. Maafin ngerepotin nak Wisa terus." Ibu berkata pada Wisa.
"Ah enggak kerepotan bu. Malah Tisa yg ngejagain Wisa terus hehe." Wisa memperlihatkan giginya.
"Udah ayo jalan." Aku duduk dibelakang dan mengeplak helmnya.
"Aduh" Wisa mengaduh.
"Berangkat dulu Bu." Wisa melajukan motornya
"Tisa berangkat dulu Bu. Inget tutup kedai jam 6. Gaboleh kemaleman." Aku berteriak dari jauh sambil melambai.
"Bekal Wisa di tas itu juga ya Tis." Ibu berteriak.Kampus.
"Maba udah dikumpulin di lapangan tuh." Wisa memarkirkan motornya.
"Nih bekal lo." Aku memberikan kotak bekal pada Wisa.
"Ih ketus amat. Ramah dikit kek Tis. Btw kalo bisa langsung aktif cari temen Tis. Gua tau berat banget buat lu tapi gua gamau liat lu sendirian terus. " Wisa memberikan nasihat.
"Masalahnya dunia kampus beda sama dunia pas kita SMP atau SMA, mostly senior2 disini emmm pada rese2. Jadi please Tis anteng2." Dia menambahkan.
"Iya kyk lo. Rese." Aku memutar bola mataku. Aku menghela nafas.
"Iya gue usahain nyari temen. Thanks nasehatnya lho. Lagian gua juga ngga pernah nyari masalah deh." Aku menunduk sadar kalau hari2 ke depanku akan berat.
"Iye ngga nyari masalah. Tapi masalah yang nyari lu. Dahhh nanti hubungin gue aja kalau istirahat. Biar kita makan bareng. Pokoknya kalo ada apa2 hubungin gue. Gue duluan ya." Dia terkekeh mengelus kepalaku. Wisa memang kadang bisa menjadi sosok kakak yang diandalkan, tapi jarang haha.
"Iyaa bye." Aku melambaiAku berjalan menuju lapangan dan berbaris mengikuti barisan sesuai jurusan. Entah kenapa orang2 tidak berhenti menatapku. Ada yang salah memang dengan penampilanku? Diantara maba2 yang memakai pakaian terang dan nuansa musim panas, memang sih aku memilih memakai leather jaket hitam kesayanganku atau jaket keberuntunganku. Agak aneh dan suram memang. Tapi hitam memang warna favoritku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor. [Park Sungjin] | Day6 AU✔
Fanfiction[TAMAT] "Bau ini, bau favoritku selain bau masakan ibu. Bau ini membuatku sejenak melupakan semua masalahku. Petrichor nama aromanya. Tapi seketika semuanya berubah, otak ku tidak lagi bisa menemukan kilas balik kebahagiaan saat menghirupnya." - Tis...