Chapter 6

59 11 0
                                    

#Tisa's POV

Ah sial. Aku malah menangis di depan orang asing. Aku mengusap mataku supaya tidak menangis. Baru 1 bulan kuliah tapi rasanya sudah seberat ini. Apa aku tidak usah kuliah saja ya. Biar full cari uang saja untuk Ibu. Biar ngga jadi beban buat Ibu juga. Setidaknya kalau aku ngga kuliah. Pengeluaran kami berkurang.

"Al." Aku tersentak terkejut. Kak Swara memandangiku.
"Kamu melamun." Kata dia.
"Eh iya kenapa kak?tadi ngomong apa?" Aku bertanya.
"Saya minta maaf. Saya pastiin Jiyah ngga ngadu ke Janita, dan ngga bawa2 kamu." Kata dia.
"Ngga usah kak. Malah nanti tambah ribet kalau kak Swara terkesan ngebela saya. Saya ngga mau melebar kemana2." Kataku.
"Dari awal saya udah menghindari circle kak Janita, dan kak Swara masuk diantaranya. Saya beriktikad baik karna menganggap kak Swara customer minimarket saja." Kataku menjelaskan.
Kak Swara terdiam.
"Maaf kak kalau kakak tersinggung sama kata2 saya yang kasar. Saya bener2 minta maaf." Aku membungkuk dan beranjak berdiri.
"Sekali lagi terimakasih rokoknya. Senang berkenalan dengan kak Swara." Aku mengakhiri percakapan, aku tidak ingin lagi berurusan dengan dia ataupun semua circle kak Janita.

Beberapa hari setelahnya. Di kampus.
"Tisaa, mau kemana?" Suara kak Janu memanggilku.
"Perpus. Kenapa?" Tanyaku
"Ngga sama Rana?" Dia bertanya.
Aku menggeleng.
"Rana belum selesai ngerjain tugas. Lagian gue juga cuma bentar sih ini." Kataku.
"Gue temenin deh?lagi gabut nih gue." Dia menawarkan diri. Aku mengangkat alis.
"Terserah dah." Aku melangkah pergi. Sebenarnya aku lebih suka sendiri, tapi untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan sebenarnya lebih aman dengan Kak Juna. Setidaknya berteman dengan kaka tingkat bisa menjadi sedikit perlindungan.

"Nyari apa?" Kak Juna bertanya
"Arsitektur Kota."
"ArsiKot mah gue adaaaa." Kak Juna mengangkat alisnya.
Aku menatapnya.
"Hah?gue baru tau kalo lu arsi." Aku tertawa.
"Ahahah iya juga ya. Dari awal cuma tau kalo sama2 fakultas seni. Gue jurusan arsitektur, Erik jurusan musikologi, lexa jurusan koreografi." Kata Kak Juna menjelaskan.
"Loh kak Lexa sama kayak Rana." Kataku.
"Iya juga ya. Udh sebulan tapi baru tau jurusannya apa hahahha." Aku tertawa. Dia juga.
"Pantes aja pas lu bilang ada beberapa kelas yang beda sama Rana, ternyata emang beda jurusan." Dia terkekeh. Aku mengangguk
"Yaudah besok gue bawa ArsiKot nya deh, kalo butuh apa2 bilang gue aja. Enak kan sama2 anak arsi." Kata dia.
"Senangnyaa ada yang sejurusan yang ku kenal hahaha. Makasih kak Juna. Sayang bgt dehh pokoknya." Aku membentuk jariku tanda hati.
"Tai lu giliran gini dibaikin guenya haha." Dia tertawa.
"Hehe iya laah." Kataku meledek

Aku dan Kak Juna pada akhirnya menunggu yang lain di lorong belakang.
"Btw si Janita, ngga ada ngapa2in lu kan?" Tanya kak Juna tiba2.
Aku menggeleng.
"Ngga kak. Gue kabur2an pokoknya tiap jam istirahat ke sini. Kalo ngga kesini ya dikelas. Atau kabur ke perpus." Kataku menjelaskan.
"Ngga capek Tis?gua jd kasian sama lu. Sorry banget yg waktu itu gue nyeletukin Swara sama Jiyah. Gua ngga mikir panjang." Dia menunduk.
"Haha ngga papa kak. Bagus sih gua jadi jarang ketemu orang2 juga. Lebih aman gini. Ya ngga papa harga yang harus gue bayar supaya merasa aman. Daripada gue kena masalah lagi." Kataku melamun.
"Maaf ya. Gua jadi ngga enak sama lu. Abisnya gimana ya, gua kesel banget tiap liat Swara. Apalagi Jiyahnya." Raut muka Kak Juna berubah kesal.
"Emang..kalo boleh tau kenapa sih?Wisa juga waktu liat Kak Swara di minimarket langsung marah2 gitu. Ngga pernah gue liat Wisa se uring itu." Kataku bercerita.
"Jelas sih Wisa yang paling kesel. Sebenernya gue juga ngga enak sama Wisa." Kak Juna menghela nafas dan mulai bercerita. Aku mendengarkannya dengan serius. Bagaimana kak Juna, Wisa, kak Swara dan kak Yota pernah saling dekat satu sama lain. Lalu semuanya tiba2 berubah.
"Harus gua akuin gua juga brengsek ngejauhin Wisa. Gua belum minta maaf semenjak itu. Tapi berkat lu, gue sama Wisa bisa temenan lagi, ya walaupun agak canggung awalnya." Kata kak Juna setelah selesai bercerita.
"Tapi Wisa kayaknya ngga marah sama lu deh kak. Soalnya pas pertama lu nyapa Wisa yang setelah 'insiden hari pertama' gue, Wisa sama sekali ngga marah2 ke lu, kayak pas Wisa ketemu kak Swara atau kak Yota." Kataku.
"Gue juga marah banget sih ke mereka. Sumpah bucin banget. Setelah pacaran, bener2 ngga ada waktu buat ngumpul sama sekali. Gue juga benci banget sama Jiyah sama Irena, kayaknya mereka cuma ngincer popularitasnya Swara sama Yota. Cewek2nya penuh tipu daya, cowok2nya bego. Udah fix pas. Janita sempet pernah nyoba deketin gue, tapi guanya acuh, ya gila aja gua udh benci bgt sama orang2 di circle Janita trs dia malah deketin gue kyk gitu. Males banget join di circle mereka. Mending gue main sama Erik sama Lexa walaupun jadi nyamuk." Kata kak Juna kesal. Aku tertawa.

Petrichor. [Park Sungjin] | Day6 AU✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang