Chapter 7

58 9 0
                                    

#Juna's POV

Jeglek. Cklek.

Suara pintu dikunci. Seno dan Jiyah menghilang di balik pintu. Aku memandang jijik kepergian mereka. Ngomong2 aku tidak menonton mereka lho. Setelah mengambil beberapa bukti foto. Aku langsung bersembunyi kembali. Tisa sudah berhenti menonton dari awal Seno dan Jiyah memulainya, sampai sekarang dia masih menunduk dan menutup telinganya.

"Tis..." aku menepuknya.
"Tis." Aku menepuknya lagi.
"Tis udah." Dia membuka telinga dan mengangkat kepalanya.
Entah kenapa wajahnya pucat pasi matanya sayu.
"Hmmmpphh." Dia menutup mulutnya.
"TIS LU KENAPA?!" Aku panik.
Dia buru2 berdiri, ke arah pintu.

Jeglek.jeglek.

Dia berusaha membuka pintu yang terkunci dengan tangan satunya. Aku buru2 membukanya. Dia bergegas turun ke lt.9, aku mengikutinya setelah ku tinggalkan barang ku di rooftop dan mengunci pintu itu. Tisa berlari menuju toilet terdekat tangga rooftop. Jarang yang kesini karna toilet ini di ujung gedung. Tisa masuk dan aku menunggu diluar.

"HOEEEKKKKKKK!!" Terdengar suara dari dalam kamar mandi. Dia muntah? Aku menunggu cukup lama diluar. Setelah itu Tisa muncul dengan wajah pucatnya dan berkeringat. Dia masih diam, namun melangkah kembali ke rooftop, aku mengikutinya.

Aku menyodorkan air minumku kepadanya setelah kami duduk di rooftop kembali. Dia meminumnya, mengatur nafas sambil memejamkan mata.
"Sorry. Gue ngga kuat liatnya." Dia berkata singkat, masih menuup matanya.
"Post Traumatic Stress Disorder." Dia menatapku.
"Hah?" Aku bingung, dia diam. PTSD?sebuah gangguan pasca kejadian traumatis. Tisa mengidap PTSD.
"Jangan bilang, lu pernah jadi kor-"
"Bukan. Bukan itu." Dia memotong kalimatku.
"Ayah gue. Ayah gue sama selingkuhannya." Dia berkata singkat dengan raut wajah sedih dan marah.
Aku diam. Selama ini Tisa tidak pernah cerita apapun. Yang aku, Dana, dan Rana tau paling hanya sebatas dia tinggal berdua dengan ibunya. Tisa kerja di coffeeshop dan minimarket. Ibunya buka kedai dan tentbar. Yah hanya seputar keterbatasan finansial keluarga Tisa. Sekarang aku baru menemukan potongan yang hilang, sepertinya Ayah nya lah penyebab semua itu.

"Gue langsung kebayang kejadian itu. Ibu mergokin Ayah gue sama selingkuhannya lagi mesum dirumah. Gue ngga bisa lupa, karna sejak hari itu, hidup gua bener2 berubah. Ternyata orang bangsat di dunia ini bukan cuma Ayah gue. Kak Jiyah yang tampangnya gue fikir paling baik, ternyata kelakuannya 11:12 sama ayah gue. Jijik gue." Tisa bercerita dengan kesal. Aku menganga, baru tau perihal ini.
"Sorry gue ngga tau." Kataku
"Ngga papa. Gua juga ngga pernah cerita ke siapa2. Berhubung lu pasti bingung knp gua sampe kyk gitu liat org mesum. Krn gua se jijik dan se trauma itu." Kata dia memejamkan matanya.

Sumpah. Aku kira kehidupan seperti itu hanya ada di drama tv saja. Ternyata temanku mengalaminya sendiri. Aku tidak tahu bagaimana Tisa bisa bertahan seperti itu. Bagaimana dia bisa sekuat itu. Kalau aku di posisinya mungkin aku bisa saja terjerumus ke pergaulan terlarang sebagai pelarian dari hidup yang terlalu kejam.

#Wisa's POV
Aku menunggu Tisa di parkiran seperti biasa. Dana tentu saja bersamaku.
Di kejauhan aku melihat Tisa, Rana dan Juna.
"Tisa kenapa?" Aku baru menyadari wajah Tisa yang pucat.
Rana menggeleng. Juna menghindari tatapanku.
"Ngga papa gue ngga enak badan doang. Kyknya hr ini gue izin ngga kerja dulu ya Wis. Sorry banget." Dia memohon.
"Yaudah iya ngga papa. Lu pucet banget. Yaudah gue anter dulu deh." Kataku khawatir.
"Ngga us-"
"Gue aja, Wis. Lu kan langsung kerja." Kak Juna memotong kalimat Tisa
"Sama gue aja kak. Rumah gue kan searah juga, lebih cepet malah kalo lewat rumah Tisa." Kata Dana tiba2.
"Ehh, ngga usah Dan." Tisa menolak.
"Udah napa, nurut sekali2. Keras kepala banget Tis kalo dibilangin." Rana mengomel. Akhirnya Tisa menurut.

Tisa membonceng di belakang Dana.
"Pegangan Tis. Kabarin kalau udah sampe rumah. Cepet sembuh ya lu." Rana berkata khawatir. Tisa masih menjawab sambil mengacungkan jempolnya.
"Cuma butuh istirahat bentar kok."
"Dan, gua titip Tisa ya." Aku menatap Tisa yang sedang memakai helm, khawatir.
Dana mengangguk.
"Yaudah ati2 lu berdua." Juna berkata.
"Yo balik ya." Dana melajukan motornya.

Petrichor. [Park Sungjin] | Day6 AU✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang