Chapter 15

54 10 1
                                    

#Tisa's POV

5 hari di Hadong sangat menyenangkan sekali. Akhir Agustus kami sudah memulai semester baru kami. Beberapa hari sebelum semester baru mulai, kira2 2 minggu setelah aku kembali dari Hadong. Aku mendapatkan pesan dari kampus untuk mengurus masalah beasiswa semester selanjutnya.

Hari itu hari Kamis. Minggu ketiga Agustus. Memasuki akhir musim panas. Hawa musim gugur sudah sedikit terasa. Aku berangkat menuju kampus. Wisa tidak menemaniku karna dia ada urusan bersama Dana. Aku berangkat menggunakan bus menuju kampus.

Suasana kampus sangat sepi, karna memang masih hari libur. Hanya ada beberapa mahasiswa saja yang terlihat sedang mengurus masalah administrasi kampus.

Tok..tok..
Aku mengetuk ruang sekertariat fakultas seni, kemudian membuka pintunya.
"Permisi.." aku berkata pelan.
"Ah kamu, Adhiyaksa." Seru Pak Binawan, kaprogdi jurusan arsi.
"Iya pak." Aku berkata.
"Mari ke kantor saya ada yang mau saya bicarakan." Kata dia.
Kemudian dia mempersilahkanku duduk. Lalu dia memulai berbicara,
"Begini, langsung saja ya nak Adhiyaksa, saya tau kamu salah satu mahasiswa berprestasi yang mendapatkan keringanan beasiswa full." Dia berkata, aku mengangguk.
"Kamu tau juga kan, pihak kampus memberikan beasiswa itu juga karna sepenuhnya tidak ditanggung kampus melainkan ada pihak2 yang mensponsori." Deg. Jantungku serasa berhenti. Aku sepertinya tahu kemana arah pembicaraan ini. Tenggorokanku tercekat. Aku mengangguk.
"Bapak sangat menyesal nak. Bapak tau kamu membutuhkan beasiswa ini, dan secara pribadi dari pihak kampus pun masih mau memberikan beasiswa tersebut. Tapi..." Pak Binawan menghela nafas.
"Entah kenapa, ada pihak sponsor yang menarik dana bantuan untuk nak Adhiyaksa. Bapak dan pihak kampus sempat bertanya mengapa hanya nak Adhiyaksa, tapi mereka tidak memberikan jawaban. Tapi sepertinya nak Adhiyaksa tahu jawabannya. Bapak dan pihak kampus sangat menyesali hal itu, kami masih ingin kamu berkuliah disini dan tetap memberikan bantuan dana 40%, itu sudah kami bantu pengajuannya sebisa kami karna biasanya bantuan beasiswa adalah 25% pihak kampus, 75% pihak sponsor." Pak Binawan menatapku.

"T-tapi pak 60% dari 58juta masih berat juga bagi saya..saya.." aku tidak kuat melanjutkan pembicaraan.
"Bapak juga sangat menyesal nak. Itu sudah paling maksimal keringanan yang bisa diberikan dari pihak kampus. Bapak sudah mengusahakan semuanya ke pihak rektor. Bapak tau keadaan finansialmu dan bagaimana usahamu mendapatkan beasiswa ini memang sangat besar. Tapi bapak tidak bisa berbuat banyak, nak." Pak Binawan berkaca2.
Uang kuliah per semester untuk jurusanku adalah 58juta. Untuk melanjutkan kuliah disini tanpa beasiswa full, aku harus membayar 60% yaitu 35juta. Gaji coffeshop ku 880ribu/hari berarti sekitar 20juta sebulan. Sedangkan dari minimarket 3.6juta/minggu berarti sekitar 14juta sebulan. Total 34juta. Bagaimana dengan biaya makan dan biaya belanja kedai?Uang pendapatan dari kedai juga sebenarnya tidak seberapa karna biasanya uang belanja di potong dari gajiku. Tabungan masih ada. Selama ini aku juga tidak berfoya2 apapun. Tapi uang tabunganku sudah ku persiapkan untuk biaya pendidikan ke depannya. Karna aku tau di jurusan ini akan memakan banyak sekali biaya peralatan dan alat praktikum lainnya.

Aku menghela nafas. Apa aku cuti kuliah?Tidak. Aku harus cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan supaya Ibu bisa hidup enak nanti. Tidak perlu memikirkan biaya2 ini. Tidak..Tidak papa, Tisa. Setidaknya gajimu masih bisa menutupi. Untuk makan dan lainnya bisa di press lagi atau cari kerjaan lainnya.
"Terimakasih banyak, Pak, atas bantuan pihak kampus yang masih memberikan keringanan kepada saya. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk berkuliah disini. Saya akan membayar sisa biaya kuliahnya." Aku membungkuk dan mencoba tersenyum. Tapi hatiku sangat sakit.
"Nak Adhiyaksa. Bapak tahu ini berat buat kamu. Bapak minta maaf cuma bisa bantu sejauh ini." Dia menepuk kepalaku. Setelah itu aku mengucapkan terimakasih lalu berpamitan.

Sepanjang lorong, aku melamun memikirkan perencanaan keuangan kedepannya. Ternyata semakin sulit. Kerongkonganku terasa sakit menahan tangis sejak tadi. Kenapa, Tuhan.

Petrichor. [Park Sungjin] | Day6 AU✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang