WWFM . 23

1.9K 268 43
                                    

Suasana berbeda terlihat diluar tembok istana. Terdapat banyak tenda didirikan oleh pihak istana sebagai basis pasukan kerajaan karena didalam keadaan sudah tidak memungkinkan. Terlihat banyak prajurit dan pekerja istana yang mondar-mandir membantu para prajurit lainnya yang terluka. Begitupun Seokjin yang dengan susah payah berhasil dibawa keluar langsung diberi pertolongan disalah satu tenda bersamaan dengan prajurit lainnya.

Setelah dia selesai diobati oleh tabib, Seokjin keluar berjalan mencari Panglima Oh meski sebelumnya dilarang oleh tabib. Tapi tentu saja dia tidak akan mendengarkannya. Ada yag lebih penting baginya sekarang yaitu keselamatan adik dan keluarga kerajaan. Ia bertanya pada salah satu prajurit lalu ditujukan ke salah satu tenda utama. Sambil terpincang-pincang Seokjin melangkahkan kakinya kesana.

Begitu masuk, ia mendapati Panglima Oh, Jenderal Jung dan beberapa orang lain juga berada disana. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu saat Seokjin masuk. Mereka terlihat terkejut dengan kedatangan Seokjin dan langsung terdiam.

"Apa yang kau lakukan disini, Tuan Muda Do Seokjin? Sebaiknya kau beristirahat, kondisimu belum pulih," Panglima Oh berjalan mendekati Seokjin dan membantu memapahnya untuk duduk disalah satu kursi yang ada disana.

"Bagaimana aku bisa istirahat sedangkan adikku dan yang lainnya berada didalam sana?"

"Tapi kondisimu tidak memungkinkan Tuan."

"Aku tidak peduli."

"Tapi tuan..."

"Seokjin!!!!"

Belum selesai Seokjin berbicara tiba-tiba ada dua orang yang menyeruak masuk tanpa permisi ke dalam tenda dan memanggil nama Seokjin hingga kembali membuat orang-orang yang berada didalam terkejut.

"Ho-hoseok? Chanyeol?" Seokjin membelalakan matanya. Sungguh ia belum siap bertemu dengan kedua kakak dari Jimin itu.

Mereka berdua langsung mendekati Seokjin. Keduanya datang dengan berderai airmata. Mereka baru saja mendapat kabar perihal meninggalnya Jimin dan langsung pergi menyusul ke istana. Hoseok yang bahkan baru pulang dari perjalanan bisnisnya segera meninggalkan semuanya dan datang ke istana dengan tergesa. Diperjalanan ia mendapat kabar dari utusan Chanyeol yang mengatakan jika adik mereka tewas oleh pemberontak.

"Apa itu benar Seokjin-ah? Jimin sudah pergi? Dia... tewas?" Hoseok mengguncang bahu Seokjin.

Seokjin tidak mampu menatap mata Hoseok. Ia menunduk lalu meneteskan airmata. Kembali membayangkan tubuh kaku tidak bernyawa Jimin yang berada dalam rengkuhannya.

"Jawab aku Seokjin!" Hoseok nampak tidak sabar.

"Hyung, tenanglah," Chanyeol yang terlihat sedikit lebih tegar mencoba menenangkan sang kakak tertua.

"Tapi Jimin... adik kecil kita..." suara Hoseok bergetar.

"Mianhae... Hoseok-ah. Aku tidak bisa menjaga Jimin dengan baik. Maafkan aku," lirih Seokjin.

Tubuh Hoseok meluruh begitu saja. Kakinya lemas mendengar penuturan Seokjin. Beruntung Chanyeol dengan sigap menahan tubuhnya.

"A-andwee... Jiminku... adik kecilku... hiks... Tidak mungkin... Hiks... Mengapa kau meninggalkan hyung dengan begitu cepat saeng...hiks... kenapa..." Hoseok menangis tergugu.

Semua orang disana hanya bisa menatap iba kepadanya. Jimin mati diusia yang begitu muda. Dia bahkan belum menikah. Hoseok membayangkan wajah sang adik saat pertemuan terakhir mereka seminggu yang lalu sebelum kepergiannya ke kota sebelah. Saat itu Jimin ijin padanya untuk mendampingi Hansung ke istana untuk acara pernikahannya. Hoseok sama sekali tidak menduga jika akhirnya akan seperti ini.

When We First Met (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang