Chapter 10

2K 273 14
                                    

꧁༒ Happy Reading ༒꧂

Setelah kepergian Nie Huaisang untuk menjemput sang Da-ge nya, tinggallah Presdir Lan, Lan Xichen, Lan Wangji, Jiang Cheng dan Wei Wuxian.

"Hmm jadi apa rencana kalian hari ini?" tanya Lan Zhuoren memecah keheningan.

"Tak ada Presdir Lan. Mungkin kami akan bermain dengan Huaisang. Kami tak tau apakah shijie akan datang atau tidak. Jadi kami hanya akan menunggu saja sambil bermain dengan Huaisang." jawab Wei Wuxian setelah berpikir.

"Bagaimana dengan anda Presdir Lan?" Jiang Cheng bertanya basa basi. Jiang Cheng sedikitnya menyukai Lan Zhuoren. Ia melihat sosok Ayahnya pada Lan Zhuoren.

"Aku? Hmm mungkin hanya berjalan jalan saja disini. Aku sedang tidak ada pekerjaan. Jadi aku bebas hari ini. Haaa senangnya." jawab Lan Zhuoren senang.

"Jadi begitu Presdir Lan. Baiklah saya mengerti." ucap Jiang Cheng formal tak ingin membuat Presdir Lan berpikir kalau dia tak sopan.

"Hmm iya begitu. Ah iya satu hal lagi, jangan terlalu formal bicara padaku. Kita sudah sering bertemu. Aku sedikit tak nyaman jika kalian terlalu formal begitu." jelas Lan Zhuoren mencoba mengakrabkan diri dengan kedua remaja manis itu yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri. "Kalian bisa menganggapku sebagai Ayah kalian." lanjutnya lagi dengan penuh ketulusan.

"Benarkah??? Apa kami boleh memanggil anda Ayah?" tanya Wei Wuxian bersemangat.

"Tentu saja. Kalian adalah anak-anakku yang manis." jawab Lan Zhuoren sangat tulus terlihat dari tatapan matanya.

Melihat tatapan ketulusan dari Lan Zhuoren, Jiang Cheng meruntuhkan pertahanannya, matanya sedikit berkaca-kaca. Ia merindukan sosok Ayahnya yang sudah lama pergi. Ia melihat ketulusan dalam setiap kata yang diucapkan Lan Zhuoren. Hatinya menghangat mendengar Lan Zhuoren yang bersedia menjadi ayahnya. Jiang Cheng perlahan melangkahkan kakinya mendekat kearah Lan Zhuoren, air matanya hampir menetes, sejenak ia melupakan sifat tsunderenya. "Ayah." ucapnya lirih dan semakin mendekat kearah Lan Zhuoren. Lan Zhuoren pun merentangkan kedua tangannya. Jiang Cheng memeluk Lan Zhuoren erat sambil terus mengucapkan kata Ayah. "Ayah aku merindukanmu." Jiang Cheng merasakan kehangatan yang selama ini telah menghilang dari hidupnya. Lan Zhuoren kemudian mengusap punggung Jiang Cheng dengan lembut seraya mengirimkan kasih sayang kepada remaja manis itu.

Wei Wuxian yang melihat kejadian itu meneteskan air mata dan segera memeluk Lan Zhuoren. Mereka bertiga berpelukan. Mereka bertiga berpelukan dengan erat.

"Terimakasih Ayah." ucap Wei Wuxian lembut. Walaupun Wei Wuxian selalu terlihat periang, namun tetap saja ia juga merindukan sosok Ayahnya, ia hanya tak mau menunjukkan kesedihannya dihadapan orang lain. Ia menutupi kesedihannya dengan sifat periangnya itu.

Lan Xichen dan Lan Wangji yang melihat kejadian mengharukan itu tersenyum. Tepatnya hanya Lan Xichen yang tersenyum, sedangkan Lan Wangji terus mempertahankan wajah datarnya, namun jauh dilubuk hatinya ia senang melihat pemandangan mengharukan itu.

Setelah cukup lama berpelukan. Jiang Cheng dan Wei Wuxian segera melepaskan pelukannya. "Maafkan kami." ucap Jiang Cheng lirih.

"Tak masalah sayang. Kau manis sekali. Ayah akan selalu menjaga kalian. Ayah menyayangi kalian." ucap Lan Zhuoren sambil mengusap pucuk kepala Jiang Cheng dan Wei Wuxian bersamaan sambil menunduk mensejajarkan tingginya dengan kedua remaja manis yang baru saja memanggilnya Ayah.

"Uhm terimakasih Ayah." jawab Jiang Cheng sedikit merona karena Lan Zhuoren mengusap kepalanya dengan lembut.

"Aww kau sangat manis sayang. Ayah tak tahan ingin mencubit pipi kalian." ucap Lan Zhuoren gemas dengan tingkah anaknya itu.

[BL] MEMORY : Unexpected Love Where stories live. Discover now