16

4.6K 579 13
                                    

Dua minggu yang lalu, ketika Wonwoo mampir di sebuah minimarket dekat perpustakaan untuk membeli sebotol air mineral, dia melihat Seulgi disana.

Bekerja di bagian kasir,

Tampak sibuk sekali melayani para pembeli yang kebetulan hari itu lumayan ramai.

Hingga dia tidak menyadari kehadiran Wonwoo disana.

Satu hal yang Wonwoo pikir tidak mungkin akan pernah dia lihat dalam seumur hidupnya.

Ayah dan Ibunya tidak akan pernah membiarkan Seulgi menjalani pekerjaan rendahan dengan gaji tidak seberapa seperti itu.

Pasti ada suatu hal yang telah terjadi..

"Ibu tau 'kan sebentar lagi Noona akan lulus?!"

"Tau! Tapi apa yang bisa kami lakukan jika tidak ada uang?! Kau bisa-bisanya menghakimi orang tuamu sendiri sementara kau hidup enak-enakan bergelimang harta di rumah suamimu! Kau ini tau apa tentang hidup susah!"

Tau apa tentang hidup susah katanya?

Apa ibunya lupa jika Wonwoo bahkan sudah mulai mencari penghasilan sendiri sejak dia duduk di bangku SMP.

"Irene Noona sudah mengirimkan uang untuk biaya kuliah Seulgi Noona rutin setiap bulannya."

"...tidak bisakah kalian bertahan hanya dalam waktu setahun ini saja? Ingat janji Irene Noona, dia sudah menyiapkan tempat di perusahaan untuk Seulgi Noona setelah lulus nanti."

"Kau pikir uang segitu cukup?! Itu bahkan masih kurang banyak dibandingkan pengeluaran yang harus kita tanggung selama ini!"

Pembohong!

Wonwoo tau uang itu lebih dari cukup untuk biaya kuliah Seulgi, bahkan kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

"Ayahmu yang seorang pemabuk dan penjudi itu menghabiskan seluruh uangnya, bahkan sertifikat rumah ini ikut tergadaikan untuk menutupi sebagian hutang-hutangnya!"

Wonwoo mengurut pangkal hidungnya. Pusing sekali menghadapi keluarganya ini!

"Buㅡ"

"Jatuh temponya satu bulan lagi. Jika kami tidak sanggup melunasinya maka kami harus segera angkat kaki dari rumah ini." sela ibunya tidak mau kalah.

Ini bahkan sudah kedua kalinya!

Yang pertama dulu kejadiannya tidak lama setelah kelahiran Minwoo, Irene ikut turun tangan untuk melunasinya dengan nominal yang tidak sedikit.

Belum juga genap satu tahun berlalu, mengapa sekarang terulang lagi?

Benar-benar memalukan!

"Tidak usah menceramahi kami, lebih baik minta saja uang pada kakak iparmu itu untuk melepaskan kami dari hutang-hutang ini! Uang segitu tidak akan ada artinya untuk keluarga mereka yang kaya raya."

"Mana bisa begitu!" sentak Wonwoo kesal.

"...mengapa kalian selalu saja menjadi orang yang tidak tau malu?!"

"Jaga mulutmu! Kau pikir siapa yang merawatmu selama sembilan belas tahun ini?! Jika bukan kami, kau mungkin sudah lama mati."

"Itu memang tugas kalian sebagai orangtua untuk merawat serta mendidik seorang anak."

"Anak yang tidak pernah diharapkan maksudmu?!"

Sudah terbiasa,

Namun rasa pedihnya tetap sama.

"Gara-gara ada kau keluarga kami jadi berantakan dan jatuh semakin miskin! Memang tidak seharusnya anak tidak berguna sepertimu terlahir di dunia ini!"

"...kau memang tidak pernah ikhlas membantu kami, segalanya akan kau ungkit-ungkit suatu hari nanti. Benar-benar manusia dengan kepribadian buruk!"

"Hentikan, Bu!"

"Berisik sekali! Ada apa ini?! Para bajingan ini mengganggu waktu tidurku!"

Ayah Wonwoo yang masih dalam pengaruh alkohol keluar dari kamar dengan raut wajah marah.

"Berhentilah minum dan berjudi, Yah! Sebagai kepala rumah tangga seharusnya Ayah bertanggung jawab untuk mengurus Ibu dan Noona."

Mengerti dengan apa yang Wonwoo ucapkan, emosi sang ayah semakin tersulut.

Jika saja Wonwoo tidak cepat menghindar, sudah bisa dipastikan vas bunga yang di lemparkan ayahnya akan mengenai kepalanya.

"Bunuh saja anak itu! Melihatnya mati akan membuat kita merasa lebih baik!"

Umpatan sang ibu masih bisa Wonwoo dengar dari luar rumah.

••••

Uri Baby, Minu-ya.. | MEANIE (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang