Tahun ketiga pernikahan Mingyu dan Wonwoo, sudah banyak hal yang terjadi dalam waktu singkat itu.
Kematian ayah Wonwoo empat bulan yang lalu karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya.
Dan benar saja, segalanya perlahan mulai membaik..
Seulgi dan ibunya kembali menata hidup mereka, menjual rumah mereka yang dulu, kemudian pindah ke sebuah apartemen layak huni.
Keuangan mereka juga lebih stabil hingga Irene tak perlu lagi menjaminnya.
Meski hubungan Wonwoo dan Ibunya belum terlalu baik, namun Wonwoo tak jarang berkunjung untuk sekedar menanyakan kabar sang ibu.
Tawaran Irene dahulu, yang meminta Mingyu segera terjun ke perusahaan sebenarnya sangat sulit sekali untuk Mingyu jalani.
Waktu kebersamaan dengan Wonwoo dan Minwoo benar-benar terbatas, tau-tau sang anak sudah merayakan ulang tahun ketiga saja bulan kemarin.
Mingyu ingin menyertai tumbuh kembang sang anak, namun hal itu tidak bisa dia lakukan mengingat keadaan yang tidak memungkinkan.
"Jangan mengkhawatirkan apapun. Aku bisa mengurus semuanya disini dengan baik." pesan Mingyu ketika mengantar Junmyeon dan Irene ke bandara.
Ini sekian kalinya mereka akan terbang ke luar negeri.
Bukan untuk berlibur!
"Sedih sekali rasanya harus berpisah dengan kalian lagi. Apalagi dengan Minu, apa aku masih bisa melihatnya merayakan ulang tahun yang ke empat nantinya?" gumam Irene.
"Pasti bisa, Noona.. Kami semua akan menunggu kepulangan kalian berdua. Segeralah sembuh.." balas Wonwoo tulus dari dalam hati.
Ikatan mereka mungkin hanya sebatas saudara ipar, namun kedekatan mereka tidak perlu diragukan lagi.
Sekarang Mingyu mengerti mengapa dulu Irene begitu memaksa untuk dia segera menggantikan posisinya di perusahaan.
Kakaknya itu tengah sakit.
Sakit yang dulu hampir merenggut nyawanya itu kini kembali menggerogoti tubuhnya yang lemah.
Irene sudah berjuang selama dua tahun terakhir ini, namun memang belum ada hasil baik yang mereka dapatkan.
Terlalu cepat menyimpulkan jika kebahagiaan sudah dia raih didalam genggamannya.
Nyatanya Tuhan mungkin saja mengirimkan kebahagiaan itu untuk mengiringi sisa usianya yang tidak lagi lama.
Tidak masalah,
Irene sudah cukup merasa bahagia selama ini.
Melihat keakuran Mingyu dan Wonwoo, dia tak lagi perlu merasa khawatir ketika Tuhan memintanya untuk berpulang, Mingyu akan baik-baik saja bersama Wonwoo dan Minwoo.
Suara berisik Minwoo, juga langkah kakinya yang berlarian disekitar rumah tanpa merasa lelah adalah hal paling sederhana yang bisa membuat Irene merasa bahagia.
Juga kehadiran Junmyeon..
Irene sangat bersyukur telah diberi kesempatan untuk menjadi seorang istri dari laki-laki penyabar itu.
"Eomma, cepat pulang.."
Pesan singkat yang terdengar manis di telinga Irene, hingga dia tidak tahan untuk menggendong Minwoo yang tadinya cuma diam berdiri diantara Mingyu dan Wonwoo.
Wonwoo sungguh baik sekali, sengaja meminta Minwoo memanggil Irene dengan sebutan 'Eomma' ketika keponakannya itu sudah mulai belajar bicara.
Satu kata yang Irene pikir tidak akan pernah bisa dia rasakan sensasinya dalam seumur hidup.
Tapi sungguh, saat itu untuk pertama kalinya Minwoo bisa memanggilnya 'Eomma', air mata Irene jatuh menetes karena rasa haru.
Saat itu Minwoo bahkan belum bisa memanggil 'Ibu', namun Wonwoo tidak merasa keberatan sama sekali.
"Eomma akan segera pulang dan bermain bersama Minu lagi. Selama eomma tidak ada, Minu tidak bolah nakal. Dengarkan semua kata-kata Ayah dan Ibu dengan baik, mengerti?"
Anak itu mengangguk lucu, tampak masih ngantuk karena mereka memang pergi saat hari masih cukup pagi.
"Berikan ciuman untuk eomma.."
Minwoo segera menuruti.
"Titip Irene Noona ya, Hyung.." pesan Mingyu.
Junmyeon tersenyum dan mengangguk.
"Kami akan menghubungi kalian setelah sampai nanti. Do'akan saja semoga segera ada hasil yang baik." ucap Junmyeon.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Baby, Minu-ya.. | MEANIE (Completed) ✓
FanfictionSequel dari Harta, Tahta, Wonwoo-ya..