18

4.8K 620 16
                                    

Wonwoo tau jika Eunwoo memiliki ketertarikan padanya, sudah terlihat cukup jelas sekali.

Mereka menjalani pekerjaan ini dengan profesional, itu yang membuat Wonwoo memilih untuk bertahan meskipun tau jika Eunwoo adalah sahabat dari Mingyu.

Dia sebenarnya pemuda yang baik, bahkan sempat menawarkan pinjaman uang pada Wonwoo.

Wonwoo tidak pernah menceritakan detail masalah yang tengah dia hadapi, Eunwoo hanya sekedar menebak jika saat ini Wonwoo tengah membutuhkannya, apalagi setelah mendengar Wonwoo memohon agar gajinya dibayarkan lebih awal.

Jadi sudah jelas sekali, semua yang ada di dalam pikiran Mingyu hanyalah sebuah kesalahpahaman.

Hari itu segalanya terasa berat, ketika ibunya meminta Wonwoo mampir ke rumah.

"Semua ini salahmu!"

"Ibu, hentikan! Wonwoo sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu kita, Bu."

Seperti biasa,

Pembelaan dari Seulgi untuk Wonwoo tidak akan pernah didengar.

"Bicaralah lebih masuk akal, Bu. Aku bahkan tidak melakukan apapun!" balas Wonwoo tidak peduli meski Eunwoo yang diminta menunggu di luar sana mendengar keributan ini.

"Karena kau, anak perempuanku yang paling berharga sampai harus rela banting tulang demi bisa melunasi hutang orangtuanya!"

Wonwoo tau kakak perempuannya itu kembali bekerja di sebuah minimarket, dia membiarkannya karena meskipun gajinya tidak seberapa namun setidaknya itu bukan pekerjaan kotor.

"Kalau kau berniat untuk membantu bukan setengah-setengah begini caranya?!"

"Aku tidak memiliki uang sebanyak itu! Aku sedang mengusahakannya, sekalipun ibu sangat membenciku akan lebih baik jika ibu diam saja daripada terus berbicara buruk tentangku."

"Apa gunanya memiliki suami yang kaya raya jika masalah uang yang tidak seberapa bagi keluarga mereka saja kau tidak bisa mendapatkannya."

"Bagaimana dengan Ayah?ㅡIbu tidak pernah menyalahkannya meskipun Ibu tau jika Ayah adalah sumber dari segala kekacauan yang terjadi di keluarga ini."

"Beraninya kau bicara seperti itu!" sentak ayahnya.

Sikap kasar ayahnya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Wonwoo, jadi dia tidak banyak memberikan bereaksi ketika lelaki tua itu mendorong kasar tubuhnya.

"Ayah, hentikan!" cegah Seulgi sebelum ayahnya berhasil mendaratkan sebuah tamparan pada Wonwoo.

"Kau hanya menguji kesabaran kami 'kan?! Kau bawa sisa uangnya bukan? Bagaimana bisa kau dan keluarga suamimu membiarkan kami hidup menderita begini?! Apa kau senang ketika melihat kami terlantar dijalanan?! Kau bahagia karena merasa sudah berhasil balas dendam pada kami!"

Ayahnya tampak tidak sabar, mengacak isi tas Wonwoo, mencari keberadaan uang yang memang sebenarnya tidak ada disana.

Uang gajiannya sudah terkirim di kartu rekening tabungan yang kini berada ditangan Seulgi.

Memang benar jumlah itu masih jauh dari kata cukup untuk melunasi hutang orangtua mereka.

"Dimana kau sembunyikan uangnya?!"

Wonwoo meraih tasnya kembali dari tangan sang ayah. Sudah cukup untuk hari ini, dia ingin segera pulang.

"Tidak ada. Hanya itu yang bisa aku berikan pada kalian, selebihnya kekurangannya usahakan untuk melunasinya sendiri."

Ayahnya belum cukup puas dengan membiarkan Wonwoo pergi begitu saja, mengikuti langkah sang anak hingga di luar rumah dan menemukan Eunwoo disana.

"Siapa pemuda ini?!"

"Jangan pedulikan! Ayo, kita pulang." Wonwoo meminta Eunwoo untuk mengabaikan ayahnya.

"Lihatlah, kelakuanmu itu! Selama ini aku selalu bertanya-tanya dari mana sifat gampanganmu ini berasal? Belum cukup puas hanya dengan mendapatkan Kim Mingyu dari keluarga yang kaya raya, sekarang kau malah pergi bersenang-senang dengan pemuda lainnya. Apa itu artinya sebentar lagi akan ada anak haram kedua yang akan menyusul lahir ke dunia ini?"

Jika itu dirinya yang mendapatkan sebuah hinaan mungkin Wonwoo tidak akan semarah ini.

Namun nalurinya sebagai seorang ibu tidak bisa menerima ketika sang ayah menyebut Minwoo sebagai anak haram.

Sekalipun putranya itu memang lahir karena sebuah kecelakaan!

"Apa?! Kau mau marah?ㅡbukankah itu sebuah kenyataan? Apa sebutan bagi bayi yang hadir sebelum adanya ikatan suci pernikahan?"

"Pergilah.." gumam Wonwoo.

"Huh?!"

"Pergilah ke akhirat! Kematianmu akan membuat segalanya menjadi lebih baik."

Sorot mata tajam penuh amarah itu cukup membuat sang ayah terdiam beberapa saat.

Baru kali ini lelaki tua itu tidak bisa membalas perkataan kejam anak bungsunya.

"Aku ingin segera pulang! Aku ingin memeluk putraku." ucap Wonwoo setelah berada didalam mobil Eunwoo.

••••

Uri Baby, Minu-ya.. | MEANIE (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang