12

4.4K 605 27
                                    

Ponsel Wonwoo terkunci.

Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya!

Meski benaknya tengah dipenuhi dengan rasa curiga, Mingyu berusaha meredamnya.

Setidaknya sampai keadaan sang istri kembali membaik.

Mingyu akui,

Dia dan Wonwoo itu sama!

Sama-sama keras kepala.

Jadi kurang lebih seperti inilah perasaan kesal Wonwoo ketika kemarin Mingyu tidak mau mendengarkan nasehat dari sang istri.

Dia jadi merasa sudah kena karma, atau mungkin Wonwoo sengaja menguji kesabaran Mingyu?

Tapi tidak harus sampai melibatkan Minwoo juga 'kan?

Setelah makan malam dan minum obat penurun demam, Wonwoo segera terlelap.

Lagi-lagi Minwoo tidak mendapatkan kunjungan ibunya di malam hari.

Malang sekali nasib putra kecil mereka..

Kekurangan kasih sayang dari sang ibu.

Tapi kali ini kondisi Wonwoo memang sedang tidak memungkinkan.

Menemui Minwoo sama artinya dengan menularkan penyakit pada sang anak.

Bayi 'kan sistem kekebalan tubuhnya masih belum cukup kuat.

"Aku sudah membaik. Berkat kau." ucap Wonwoo ketika Mingyu ngeyel melarangnya pergi ke kampus pagi ini.

"Kau tidak kasihan pada Minu?"

"Anak kita baik-baik saja, Gyu."

"Bukan itu maksudku!"

"...Minu rindu padamu. Temani dia seharian ini saja. Ini sudah hampir seminggu kau mengacuhkannya."

"Aku tidak mengacuhkan Minu. Aku hanya sedang sibuk sekali akhir-akhir ini."

"Sibukmu itu di luar batas kewajaran!"

"Ini bahkan masih pagi astagaa.. Kenapa kita malah bertengkar?" Wonwoo ingin segera mengakhiri adu mulut ini.

Memangnya salah kalau Mingyu mengkhawatirkan istri sendiri?

Tapi yang di khawatirkan malah tidak sadar diri!

"Aku berangkat."

Mingyu tidak menjawab, hanya menatap kepergian Wonwoo.

••••

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharian bersenang-senang hanya dengan ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharian bersenang-senang hanya dengan ayah.

Wonwoo menghela nafas dalam setelah menatap layar ponselnya.

Mingyu sudah mengatakan hari ini dia sengaja bolos untuk menemani Minwoo.

Ini jelas sindiran halus dari sang suami.

"Itu bayimu?" suara tidak asing itu terdengar dari belakang.

Wonwoo menoleh, menemukan pemuda bertampang rupawan teman satu profesinya, Cha Eunwoo.

Mereka memiliki sesi pemotretan bersama.

"Iya."

"Siapa namanya?" tanya Eunwoo.

"Kim Minwoo."

"Lucu sekali. Usia berapa?"

"Sudah hampir tujuh bulan."

"Aku pikir menikah dan memiliki anak di usia muda akan menghambat segalanya, tapi setelah melihatmu, ternyata itu hanya kekhawatiranku semata."

"Tapi lebih baik kau tidak menikah dan mempunyai anak di usia muda. Tidak semua orang siap untuk menghadapinya."

Eunwoo mengangguk setuju. "Apalagi aku masih hobi bermain-main."

"...sayang ya kau sudah menikah, dengan Mingyu pula."

"Hm?"

"A-ah, maksudku tidak ketara sekali kalau kalian sudah menikah dan memiliki seorang bayi. Banyak yang mengira kalian cuma sekedar pacaran."

Obrolan berlanjut hingga segalanya terasa nyaman.

"Bagiku ini sangat memalukan. Aku tidak bisa berkata jujur pada suami dan kakak iparku."

"Tidak apa-apa.. Sekalipun nanti Mingyu marah, dia seharusnya bisa mengerti keadaanmu." hibur Eunwoo.

Satu pesan masuk di ponsel Wonwoo.

Hanya sekedar memberitahu jika Minwoo agak demam hari ini. Tidak usah pulang kalau kau memang sangat sibuk di luar sana.



Sudah pergi ke dokter?



Sudah.
Baru saja bersama Leeteuk.




Akan aku usahakan pulang cepat.


Tidak usah memaksakan diri kalau memang tidak bisa. Minwoo akan baik-baik saja bersamaku.



Wonwoo mencoba menelfon sang suami, namun sepertinya Mingyu sengaja tidak menjawabnya.

Wonwoo tau Mingyu marah.

Kemelut yang tengah membelenggu Wonwoo akhir-akhir ini membuatnya tampak sangat kacau.

Mengabaikan suami dan anaknya, percayalah Wonwoo memiliki sebuah alasan untuk itu.

••••

Uri Baby, Minu-ya.. | MEANIE (Completed) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang