Happy reading❤
Sudah sekitar seminggu Jihan dirawat. Hari ini Jini sudah diperbolehkan untuk pulang. Selama seminggu ini Marvin dan Danu menjaga Jihan secara bergantian.
Pun Winda dan juga Dion sering menjenguk Jihan selama ia dirawat di rumah sakit.
Seorang laki-laki menghampiri ruang administrasi.
"Juan? Ngapain lo kesini?" Tanya Marvin dingin serta melemparkan tatapan tak suka.
"Ngapain? Ya gue mau bayar administrasi adik gue dan juga bawa dia pulang." Jawab Juan enteng.
"Gak usah. Gue udah bayar semuanya."
"Kalo gitu mana adik gue?" Tanya Juan dengan raut muka yang sama sekali tak merasa bersalah.
"Adik lo bilang? Bahkan lo aja gak pernah jenguk Jihan sama sekali selama dia dirawat disini. Asal lo tau, lo itu udah memperlakukan adik lo sendiri kayak orang asing." kata Marvin dengan nada yang sangat menekan.
"Tapi gue tetep kakaknya!" Ujar Jeno tak mau kalah.
"Cih, Kakak? Bisa-bisanya lo masih nyebut diri lo kakak setelah semua yang udah lo lakuin ke Jihan? Orang kayak lo, Jamie, dan juga Jayden itu gak pantes buat disebut sebagai seorang kakak."
"Setelah apa yang gue lakuin? Lo tau apa sih tentang kehidupan gue dan keluarga gue? Oh, atau anak sialan itu cerita yang enggak-enggak dan berlebihan sama lo? Cih miris, percaya kok sama omongan bocah!" Remeh Juan.
"Liat, bahkan lo berani nyebut adik lo sendiri dengan sebutan 'anak sialan'. Kakak macam apa lo? Gue memang gak tau kehidupan keluarga lo, tapi dari sulut mata Jihan waktu dia cerita tentang lo ke gue gak bisa bohong. Lo, Jamie, Jayden sampah!"
"Bangsat!"
Buagh!!
Juan memukul wajah Marvin dengan sangat keras. Sontak saja orang - orang yang ada di dalam ruangan tersebut terkejut.
"Sialan lo Juan!"
Bugh!!
Marvin membalas pukulan Juan tak kalah keras. Dan terjadilah perkelahian di tempat umum tersebut.
Beberapa perawat disana mencoba memisahkan Marvin dan Juan yang masih saling memukul dan salah satu perawat memanggil sekuriti rumah sakit.
Wajah Marvin penuh luka, begitu juga wajah Juan.
Setelah Marvin dan Juan berhasil dipisahkan, mereka berdua ke ruangan Jihan. Mereka berjalan santai seperti tak terjadi apa-apa.
Mereka berdua memasuki ruangan tersebut. Jihan yang melihat kedua orang pria itu sontak terkejut karena wajahnya penuh dengan luka, meskipun hanya luka ringan sebenarnya.
"Kak Juan? Kak Marvin? Kalian kenapa?"
Juan dan Marvin tak menjawab.
"Jihan ayo pulang." ujar Juan dengan nada suara dingin dan raut wajah mencekam.
Sebenarnya Marvin ingin membawa Jihan pulang dan membuatnya tinggal dirumahnya, namun apa boleh buat? Marvin tidak punya hak atas hal itu.
"Tapi kak-"
"Sekarang! Gak pake tapi-tapian."
Jihan langsung menyiapkan barang - barangnya dan Juan langsung menarik tangan Jihan keluar dari ruangannya.
"Bisa cepet dikit gak sih?!" Bentak Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] "𝗛𝗜𝗥𝗔𝗘𝗧𝗛"
Teen FictionJihan rindu rumah lama nya. Jihan hanya berharap suatu hari nanti ia bisa merasakan rumah yang sebenarnya. Jihan hanya ingin mendengar ungkapan sayang dari orang yang paling ia sayangi. Harapannya begitu kecil tapi rasanya susah sekali untuk mewujud...