Happy reading❤
Jihan mengerjapkan matanya. Ia melihat jam di dinding yang menunjukan pukul 3 pagi.
Tak biasanya Jihan terbangun secara tiba-tiba seperti ini. Dirasanya tenggorokannya haus, Jihan mengambil sebuah botol yang berisi air minum yang biasa ia bawa ke sekolah.
Hatinya merasa gelisah. Ia juga tidak tahu mengapa hatinya merasakan gelisah sehingga terbangun di jam segini.
Samar-samar Jihan mendengar suara video game dari lantai bawah. Jihan mengintip sedikit dari arah pintu, rupanya Jayden yang sedang bermain play station sambil memakan beberapa cemilan dan pastinya dengan minuman bersoda.
Selalu saja begitu. Jayden memang suka begadang hanya untuk bermain game. Sering kali Jihan melihat Jayden yang tertidur di depan televisi yang masih hidup, itu tandanya Jayden begadang untuk bermain game.
Paginya, Jayden bangun dengan sedikit telat karena semalaman ia bermain game di ruang televisi. Untung saja Jayden pindah ke kamarnya dan tidak ketiduran di depan televisi.
Jayden membuka pintu kamarnya. Dilihatnya sudah tidak ada siapa-siapa di rumahnya yang berarti ia sudah telat untuk ke sekolah.
Jayden memang termasuk murid yang pintar di sekolahnya, ia sering sekali mendapatkan juara kelas. Namun satu kekurangannya, Jayden sering telat datang ke sekolah. Tetapi gurunya jarang memarahinya karena meski Jayden sering telat datang ke sekolah, nilainya tidak turun sama sekali. Mungkin gurunya hanya memarahinya karena ia kurang disiplin.
Jayden mengambil handuk untuk segera mandi. Namun sebelum itu, Jayden menemukan kertas yang ditempel di depan pintu kamarnya. Kertas itu bertuliskan 'Kak, jangan terlalu sering begadang ya, nanti sakit loh, Jihan gak mau kakak sakit. Jihan sayang kakak'.
🍂🍂🍂
"Kamu udah ngerjain pr?" Tanya Winda kepada Jihan dan Dion.
"Udah." jawab Jihan dan Dion hampir bersamaan.
"Oh iya, nenek aku bawain aku sandwich tadi, kalian mau?" Winda menawarkan kotak yang berisi sandwich tersebut.
"Makasih adikku," ejek Dion.
"Ish apaan sih!" Winda mendengus kesal.
Winda sangat tidak suka jika dipanggil seperti itu. Meski Winda adalah yang paling muda diantara mereka bertiga dan ia sering bilang ingin mempunyai kakak, tetap saja Winda tidak suka dipanggil dengan sebutan adik. Terlebih lagi dengan Dion.
"Nanti kan pulang cepet, gimana kalo kita ke rumah Kak Marvin?" Ajak Winda.
"Eh iya aku lupa kasih tau kalian, Kak Marvin pulang ke Kanada untuk beberapa hari," ujar Jihan.
"Yah..." Winda menghembuskan nafas berat.
"Tugas yang dari Bu Senja udah kalian kerjain? Kan besok dikumpul." tanya Jihan disela-sela memakan sandwich.
"Aduh aku lupa, kalian udah ngerjain?" Diom menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aku juga belum sih hehe." kekeh Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] "𝗛𝗜𝗥𝗔𝗘𝗧𝗛"
Teen FictionJihan rindu rumah lama nya. Jihan hanya berharap suatu hari nanti ia bisa merasakan rumah yang sebenarnya. Jihan hanya ingin mendengar ungkapan sayang dari orang yang paling ia sayangi. Harapannya begitu kecil tapi rasanya susah sekali untuk mewujud...